Wali Murid Aniaya Guru

Guru yang Dianiaya Wali Murid Ternyata Anak Tokoh Pendidikan dan Pejuang Pemekaran Sultan Daulat

Rahmah ternyata anak dari almarhum Marhaban yang merupakan tokoh pendidikan di Subulussalam, dan pejuang pemekaran Kecamatan Sultan Daulat.

Penulis: Khalidin | Editor: Taufik Hidayat
Foto Dok Keluarga
Marhaban (alm), tokoh pendidikan Subulussalam dan pejuang pemekaran Kecamatan Sultan Daulat. 

Laporan Khalidin | Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Pengabdian Rahmah Ama.Pd, korban penganiayaan wali murid dalam mengajar sebagai guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jambi Baru, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, ternyata mengalir dari sosok mendiang ayahnya.

Siapa yang tak kenal dengan sosok almarhum Marhaban, di seantero Kecamatan Sultan Daulat, nama ini cukup populer terutama di tahun 2000-an.

Berdasarkan penelusuran Serambinews.com, Minggu (23/11/2019), Rahmah yang dianiaya wali murid dengan cara ditampar hingga mengalami memar dan jilbabnya robek itu, ternyata putri almarhum Marhaban, salah satu tokoh pejuang lahirnya Kecamatan Sultan Daulat.

Selain pejuang pemekaran kecamatan, mendiang Marhaban juga dikenal sangat peduli lembaga pada pendidikan. Sehingga dinilai sangat pantas menjadi tokoh pendidikan.

Hal itu disampaikan H Amiruddin Bancin, salah satu rekan almarhum Marhaban.

Menurut Amiruddin, sosok Marhaban selalu aktif dalam mendatangkan atau memperjuangkan pembangunan di daerah itu.

Bahkan, mendiang Marhaban bersama rekan-rekannya nekat mencegat Bupati Aceh Singkil saat itu, almarhum H Makmursyahputra, demi memperjuangkan ibukota kecamatan Sultan Daulat di Jambi Baru.

Jambi Baru semula hanya desa biasa dan merupakan pindahan dari wilayah Namo Buaya. Namun berkat perjuangan sejumlah tokoh di sana seperti almarhum Marhaban, almarhum Mustafa, dan sejumlah tokoh lainnya, akhirnya berhasil menjadi ibukota kecamatan.

Lalu, kata Amiruddin, sejumlah pembangunan yang ada di Kecamatan Sultan Daulat khususnya Jambi Baru, juga tak lepas dari perjuangan mendiang Marhaban.

Semasa hidupnya, pria bertubuh kecil ini begitu lincah dalam menghadapi birokrasi pemerintah meski terkadang harus berkorban tenaga, uang dan pikiran.

Apalagi di dunia pendidikan, menurut Amiruddin, dia bersama Marhaban dan sejumlah tokoh seperti almarhum Buyung Perling, Ustaz Abidin, Ustaz Nasir, dan Kasim, memprakarsai penegerian Sekolah Dasar (SD) di Jambi Baru.

”Kami masuk dalam panitia pembangunan SD Jambi Baru, awalnya swasta lalu dinegerikan,” ujar Amiruddin.

Tak hanya itu, kiprah mendiang Marhaban atas lembaga pendidikan terus bergelora hingga diwujudkannya Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Jambi Baru.

Bahkan, kata Amiruddin, mendiang koleganya itu juga menghibahkan lahan miliknya sebagai tempat pembangunan Sekolah Menengah Atas (SMA) Sultan Daulat.

Jadi, lanjut Amiruddin, ada banyak pembangunan yang saat ini dinikmati masyarakat tidak terlepas dari perjuangan almarhum Marhaban, ayahanda Rahmah, guru honorer yang dianiaya wali murid itu.

Marhaban merupakan mantan Kepala Desa Jambi Baru di era 30 tahun lalu ketika anak-anaknya masih kecil termasuk Rahmah.

Di tahun 2008 silam, Marhaban menghadap sang Pencipta menyusul istrinya yang telah meninggal tahun 1987.

Dalam perjalanan hidupnya, Marhaban dikenal banyak berjuang menyampaikan aspirasi masyarakat ke pemerintahan termasuk kiprahnya di dunia pendidikan.

Maka wajar jika kepeduliannya atas pendidikan mengalir kepada sang anak, yang telah mengabdi selama 14 tahun sebagai guru honorer.

Kini, Rahmah mengalami tindakan tidak menyenangkan yakni dianiaya wali murid hingga menyebabkan tubuhnya memar dan jilbab terkoyak.

“Betapa perihnya hati kami, menyaksikan peristiwa ini. Andai orangtuanya masih hidup, betapa ayahandanya akan merasa sangat terluka, karena anaknya dianiaya oleh orang yang menikmati sekolah hasil perjuangan sejumlah tokoh di sini termasuk mendiang Marhaban,” papar Amiruddin

Amiruddin menyampaikan hal tersebut sebagai bentuk pemberontakan batinnya melihat putri mendiang sahabatnya dikasari oleh oknum wali murid.

Menurut Amiruddin, tidak sepantasnya ada perlakuan kepada guru, siapapun dia. Karenanya, Amiruddin berharap kasus ini segera dituntaskan secara hukum.

Seperti diberitakan, seorang wali murid berinisial SN tega menganiaya guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jambi Baru, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Rabu (20/11/2019) lalu.

Guru yang menjadi korban penganiayaan wali murid itu bernama Rahmah Ama.Pd (35), wali kelas III B.

Rahmah merupakan guru berstatus honorer yang mengabdi selama 14 tahun terhitung 22 Juli 2005 silam.

Pengabdian putri kedua alm Marhaban, mantan kepala Desa Jambi Baru selama 14 tahun mengajar anak di tempat kelahirannya itu, berbuah pahit karena dibalas dengan penganiayaan oleh wali muridnya.

Rahmah adalah alumni SMAN 1 Simpang Kiri dengan pendidikan terakhir DII PGSD sudah mengabdi di SDN Jambi Baru sejak tahun2005 hingga 2016 lalu sebagai honorer sekolah dengan upah Rp 300.000 per bulan. Suatu upah yang sangat tidak pantas dengan pengabdiannya mendidik anak bangsa.

Namun, meski upah yang jauh dari kelayakan, ibu dua orang anak ini tetap menggelutinya dengan satu tekad mendidik anak-anak di desanya.

Saat ini, Rahmah tak lagi punya peluang menjadi PNS melalui rekrutmen jalur umum, lantaran usianya telah mencapai 35 tahun.

Dia hanya berharap manakala ada keajaiban yang dalam istilah honorer disebut ‘pemutihan’ dapat menjadi ASN. Tapi semuanya hanya angan-angan yang tak bisa terlalu diharapkan.

”Yang penting tujuan utama saya mengabdi untuk daerah, karena memang latar belakang pendidikan saya guru,” kata Rahmah dalam perbincangan dengan Serambinews.com, Minggu (24/11/2019).

Beberapa hari lalu, Rahmah justru dianiaya oleh wali muridnya sendiri hingga jilbab yang dikenakan robek dan mengalami memar akibat ditampar dan dicubit.

Bukan hanya itu, perlakukan ‘persekusi’ juga kerap dialami oleh Rahmah dalam kurun dua bulan terakhir oleh wali murid yang sama.

Pertama, Rahmah didatangi sang wali murid pada 26 Oktober 2019, kemudian 14 November 2019 dan terakhir 20 November 2019 yang berakhir dengan penganiayaan.

Tubuh Rahmah yang kecil tak berdaya melawan ganasnya wali murid sang penganiaya dengan postur tubuh lebih besar.

Penganiayaan dan penyerangan itu bukan hanya membuat Rahmah terluka dan syok, tapi putra pertamanya Prasetia Aulia Rahman yang masih duduk di kelas satu hingga sekarang juga masih trauma.

Sampai saat ini, putra bu guru ini masih ketakutan manakala melihat orang karena sering menyaksikan ibunya diserang dengan kata-kata kasar dan keras.

Saat tamu datang silih berganti memberi support kepada Rahmah, sang putra tampak duduk di belakang tubuh sang bunda, tak mampu menatap orang.

Penganiayaan itu terjadi Rabu (20/11/2019) pukul 10.30 WIB, yang bermula dari peristiwa pada 22 Oktober, dimana anak pelaku berkelahi dengan teman sekelasnya.

Saat itu, Rahmah sedang menulis di papan tulis dan diberitahu jika sang murid menangis. Lalu sebagai wali kelas, Rahmah mendamaikan sang murid karena hanya masalah kecil.

Lalu, lanjut Rahmah, berselang sepekan yakni Sabtu (26/10/2019) lalu wali murid berinisial SN datang ke dalam kelas saat proses belajar sedang dimulai dan menghampiri anaknya.

Rahmah sempat menanyai sang murid mengapa ibunya datang dan ternyata SN mendengarnya dan kembali masuk ke kelas.

Terjadi cekcok antara sang wali murid dengan Rahmah.

Wali murid memprotes soal anaknya yang berantam dan ia tidak terima. Rahmah berusaha menjelaskan saat kejadian dia tengah menulis sehingga tidak melihat, namun sudah didamaikan. Lagipula, perkelahian sang murid diawali anak pelaku.

Wali murid itu pun kemudian menyinggung Rahmah yang masih berstatus guru honorer, hingga menyampaikan kata-kata kotor yang tak pantas.

Terjadi keributan hingga membuat beberapa guru di sana berdatangan.

Dalam video yang beredar, tampak wali murid mengeluarkan ucapan bernada penghinaan menyebut guru dan kepala sekolah dengan kata tak pantas.

Lalu, terjadi keributan hingga membuat beberapa guru di sana berdatangan.

Para guru mengarahkan untuk diselesaikan di kantor dan di hadapan kepala sekolah, namun sang wali murid tetap tidak terima.

Selanjutnya, pada Rabu (20/11/2019) lalu, Rahmah kembali dicegat sang wali murid dan menanyai berbagai masalah. Termasuk permintaan sang wali murid agar anaknya dipesijuek.

Rahmah mengaku jika persoalan merupakan tanggungjawab kepala sekolah. Nah, sang wali murid tidak terima hingga terjadi penamparan dan menjambak jilbabnya hingga koyak. Peristiwa miris ini terjadi tepat di depan pintu gerbang sekolah. Sayangnya, warga yang menyaksikan tidak ada melerai hingga Rahmah mengalami memar.

Bahkan akibat penganiayaan, Rahmah belum berani masuk ke sekolah lantaran shock. Rahmah juga masih mengaku ada yang sakit bagian kepala sehingga belum mampu ke sekolah.

Kalaupun ke sekolah, kata Rahmah dia harus ditemani karena trauma dan kuatir terhadap wali murid yang menganiayanya.(*)

BREAKING NEWS - Heboh, Seorang Guru Dianiaya Wali Murid, Ditampar hingga Memar dan Bengkak di Kepala

Lontarkan Kata-kata Kasar Hingga Ditampar, Begini Kronologis Penganiayaan Guru oleh Wali Murid

Kisah Miris Guru Honorer Indonesia 2019, Dianiaya Wali Murid, Digaji Rendah Hingga Tinggal di Toilet

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved