Breaking News

Wali Murid Aniaya Guru

Lontarkan Kata-kata Kasar Hingga Ditampar, Begini Kronologis Penganiayaan Guru oleh Wali Murid

Hingga kini, Rahmah bersama anaknya yang duduk di kelas satu SD masih trauma atas perlakuan kasar wali murid kepadanya.

Penulis: Khalidin | Editor: Taufik Hidayat
FOR SERAMBINEWS.COM
Rahmah, guru honorer di Sekolah Dasar (SD) Negeri Jambi Baru, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, korban penganiayaan yang diduga dilakukan oknum wali murid di sekolah itu. 

Laporan Khalidin | Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Rahmah (35)  ibu dua anak yang berprofesi sebagai honorer di Sekolah Dasar (SD) Negeri Jambi Baru, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam hingga Sabtu (23/11/2019) belum berani mengajar pascadianiaya wali murid tiga hari lalu.

Rahmah bersama anaknya yang duduk di kelas satu SD masih trauma atas perlakuan kasar wali murid kepadanya.

Saat dihubungi Serambinews.com, via telepon seluler, meski beberapa kali harus berhenti berbicara lantaran masih dalam kondisi sakit dan bantuk, Rahmah bercerita kronologis penganiayaan yang dia alami.

Dia mengaku mengalami penamparan dan dicubit kuat. Waktu itu, kata Rahmah kepalanya sempat memar dan bengkak. Peristiwa itu terjadi Rabu (20/11/2019) pukul 10.30 WIB.

Dikatakan, seperti biasa meski tidak ada jam mengajar sebagai guru dia tetap masuk ke sekolah. Rahmah adalah wali kelas III B, dan beberapa waktu sebelum kejadian tepatnya 22 Oktober, anak pelaku berkelahi dengan teman sekelasnya.

Saat itu, Rahmah sedang menulis di papan tulis dan diberitahu jika sang murid menangis. Lalu sebagai wali kelas, Rahmah mendamaikan sang murid karena hanya masalah kecil.

Lalu, lanjut Rahmah berselang sepekan yakni Sabtu (26/10/2019) lalu wali murid berinisial SN datang ke dalam kelas saat proses belajar sedang dimulai dan menghampiri langsung anaknya.

Rahmah sempat menanyai sang murid mengapa ibunya datang dan ternyata SN (sebelumnya tertulis SH) mendengar hingga kembali masuk.

Terjadi cekcok antara sang wali murid dengan Rahmah. Wali murid memprotes soal anaknya yang berantam dan ia tidak terima.

Rahmah berusaha menjelaskan saat kejadian dia tengah menulis sehingga tidak melihat, namun sudah didamaikan. Lagipula, perkelahian sang murid diawali anak pelaku.

Rahmah juga menjelaskan bagaimana dia harus mengendalikan 31 murid di kelas tersebut yang memiliki karakter berbeda.

Padahal, kata Rahmah di rumah saja kadang hanya mengurus dua anak bisa juga tidak melihat manakala mereka berkelahi.

Wali murid itu menegaskan jika anaknya di rumah merupakan sosok disiplin. Sang wali murid pun menyinggung Rahmah masih guru honorer, hingga menyampaikan kata-kata kotor yang tak pantas. Terjadi keributan hingga membuat beberapa guru di sana berdatangan.

Para guru mengarahkan untuk diselesaikan di kantor dan di hadapan kepala sekolah, namun sang wali murid tetap tidak terima.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved