Berita Abdya

Puluhan Sekolah Krisis Siswa, Ini Ketentuan Diterapkan Pemkab Abdya

Sejumlah SD tersebar di sembilan kecamatan di Abdya memiliki peserta didik satu kelas tidak sampai 10 orang, bahkan ada satu hanya satu orang siswa.

Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Taufik Hidayat
Hand-over kiriman warga.
Guru sedang mengajar di salah satu SMP di Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Abdya. 

Laporan Zainun Yusuf | Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM,BLANGPIDIE - Puluhan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), mengalami krisis siswa. 

Sejumlah SD tersebar di sembilan kecamatan di Abdya memiliki peserta didik satu kelas tidak sampai 10 orang, bahkan ada satu hanya satu orang peserta didik.

Peristiwa sama juga terjadi di beberapa SMP di Abdya, dengan jumlah murid satu kelas berkisar antara 3 sampai 10 orang saja.

Sementara ada beberapa sekolah umum daerah setempat terjadi ledakan jumlah murid dan siswa, terutama Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Aliyah (MI/MA).

Kondisinya mengakibatkan sejumlah SD dan SMP yang mengalami kekurangan sangat mencolok terancam digabung (regrouping) dengan sekolah lain.

Pemkab Abdya melalui Dinas Pendidikan (Disdik) setempat beberapa tahun lalu telah menempuh kebijakan regrouping beberapa SD.

Karena SD tersebut mengalami kekurangan murid, dan konsekwensinya ada sekolah yang harus ditutup.

Kepala Disdikbud Abdya, H Jauhari SPd melalui Kabid Dikdas, Muhammad Hasan SPd dihubungi Serambinews.com, Minggu (24/11/2019), mengakui sejumlah SD dan SMP daerah itu mengalami kekurangan murid dan siswa.

Upaya pemerataan jumlah murid dan siswa mulai tahun ajaran baru 2020 akan diterapkan sistem zonasi dalam penerimaan murid dan siswa serta meniadakan konsep sekolah favorit.

Sistem zonasi merupakan sebuah sistem pengaturan proses penerimaan siswa baru sesuai dengan wilayah tempat tinggal. Sistem ini diatur dalam Permendikbud Nomor 14 Tahun 2018.

Penerapannya sudah di-SK-kan oleh Bupati Abdya, diberlakukan  mulai tahun ajaran baru 2020. Dengan berlaku sistem ini tidak ada lagi istilah favorit dan non favorit.

Karena dengan sistem zonasi, maka peserta didik bertempatkan tinggal di beberapa desa yang mudah menjangkau sekolah tertentu, tidak bisa lagi sekolah lagi keluar. “Kecuali, murid dan siswa berprestasi, dan itu pun ada persentasenya,” kata Muhammad Hasan.

Dengan penerapan sistem zonasi dalam penerimaan murid dan siswa baru, maka tidak ada lagi istilah sekolah yang dianggap sekolah favorit dan non favorit.  

Seperti diberitakan bahwa dari 108 SD dan 29 SMP tersebar di sembilan kecamatan Kabupaten  Abdya, puluhan sekolah diantaranya mengalami krisis murid dan siswa.

Hal dilihat  berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Abdya.

Dari 108 SD di Abdya, puluhan diantaranya jumlah peserta didik satu kelas sebagian besar kurang dari 20 orang, bahkan tidak sampai 10 orang per kelas.

Peristiwa sama dialami sejumlah SMP di Kabupaten Abdya. Dari 29 SMP Negeri dan Swasta, beberapa diantaranya mengalami krisis siswa.

Karena jumlah peserta didik satu kelas kurang dari 10 orang, bahkan ada hanya 3 siswa satu kelas.

Diantara 108 SD, tidak kurang 22 diantaranya mengalami krisis murid.

Di Kecamatan Kuala Batee, sangat mencolok SDN 9  atau lebih dikenal SD Lampoeh Kupi, jumlah peserta didik setiap kelas kurang dari 10 orang, dan SDN 13 jumlah siswa per kelas antara 8 sampai 15 orang.

Kecamatan Lembah Sabil sangat kekerangan siswa dialami SDN 8 dan 9, dimana jumlah siswa setiap kelas antara 4 sampai 10 orang.

Masih di Lembah Sabil krisis murid terjadi di SDN 5, 4, 3, 11 dan 10.

Di Kecamatang Manggeng, terdapat sejumlah SD kurang siswa. Sangat parah SDN 6 dan 12 karena jumlah murid setiap kelas berkisar antara 6 sampai 11 orang.

Kemudian,  SDN 9 Manggeng dengan jumlah murid per kelas 8 sampai 14 orang.

Di Kecamatan Setia, kekurangan murid dialami SDN 2 dan 6, karena jumlah murid per kelas antara 5 sampai 12 orang.

Lalu, Kecamatan Susoh, SDN 2 dan 9, jumlah siswa antara 4 sampai 12 orang per kelas.

Di  Kecamatan Tangan-Tangan, dialama SDN 3, 11, 12 dengan jumlah peserta didik per kelas antara 3 sampai 12 orang.

Sedangkan di Kecamatan Jeumpa terjadi di SDN 8 dan 7 dengan jumlah murid antara 5 sampai 12 siswa per kelas.

Selanjutnya, Kecamatan Blangpidie, kekurang murid dialami SDN 15 dan 4, jumlah murid per kelas antara 4 sampai 10 orang.

Di Kecamatan Babahrot, krisis murid terjadi di SDN 15 karena jumlah murid per kelas antara 5 sampai 10 orang.

Sedangkan dari 29 SMP di Abdya, tercatat sedikitnya tiga sekolah mengalami krisis siswa.

Masih berdasarkan Dapodik, krisis siswa sangat parah adalah SMPN 3 Blangpidie di Desa Cot Jirat, jumlah siswa kelas I 5 orang, kelas II 6 dan kelas II 7 orang.

SMPN 2 Lembah Sabil, jumlah siswa kelas I 8 orang, kelas II 8 dan kelas III 6 orang.

SMP Swasta Labschool STKIP Muhammadiyah di Padang Meurantee, Susoh, jumlah siswa kelas I 3 orang, kelas II 7 dan kelas II 18 orang.        

Kepala Disdikbud Abdya, H Jauhari SPd melalui Kabid Dikdas, Muhammad Hasan SPd dihubungi Serambinews.com, Jumat (22/11/2019) menjelaskan, penyebab sehingga SD dan SMP daerah itu mengalami kekurangan murid dan siswa.

Penyebabnya, berkurang sumber daya manusia atau berkurang tingkat kelahiran anak daerah setempat.

Orangtua memilih sekolah yang dinilai lebih bagus, dan ada kecendrungan orangtua memilih pendidikan madrasah (MI/MTs) bagi anak-anak mereka.(*)

Menang WO dari Kuansing United, PSLS Lolos ke babak 12 Besar Liga 3 Regional Sumatera

BPBD Kota Subulussalam akan Bangun Huntara untuk Korban Kebakaran dan Sambaran Petir di Dua Lokasi

25 Tahun Terbengkalai, Bendungan Irigasi Simpang Kapal Aceh Tamiang Segera Rampung

Ini Hasil Liga Gampong Wali Kota Lhokseumawe Cup III, Tim Baloy Menang Penalti, 2 Lainnya Menang 2-0

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved