Kupi Beugoh
Jangan Adu Otot dengan Guru
Sejatinya kita sebagai orang tua/wali anak yang dididik oleh tangan-tangan dingin mereka, menjadi benteng terdepan untuk membela para guru.
Penulis Muhammad Nasril *)
MEREKA tak hanya mendidik kita menjadi seperti sekarang ini, menggapai cita-cita, ada di berbagai profesi. Tapi mereka juga mendidik anak-anak kita, yang semestinya menjadi kewajiban kita.
Mereka tak mengharap banyak dari kita, kadang cukup sedikit peduli dari dermawan atau pemerintah. Itu cukup bagi mereka, melanjutkan abdinya untuk anak anak bangsa.
Mereka bukan malaikat, mereka manusia biasa seperti kita, tapi mereka luar biasa dalam pengabdian. Kita mungkin hanya mudah mencercanya saat anak-anak kita kena tegur atau mendapatkan hukuman akibat kesalahan yang ia lakukan.
Bahkan orang orang tertentu tajam ke mereka, menghiraukan alasan alasan logis mereka dengan alasan HAM perlindungan anak, mereka datang dengan berbagai kecaman untuk sosok itu, mungkin saja ia lupa kalau dia berada di posisi itu, juga karena sosok guru.
Banyak mereka bertahan dalam serba kekurangan, hanya mendapatkan syafaat alakadar. Tapi mereka tak mempermasalahkan itu, mereka tetap fokus pada tujuannya, pengabdian. Pengabdian untuk pendidikan anak-anak negeri.
Sewajarnya saat mereka salah atau khilaf kita tak langsung murka kepada mereka. Tahan sejenak emosi itu atas 1.000 kebaikan yang telah mereka lakukan untuk anak-anak kita, karena mereka adalah manusia seperti kita yang tentu ada salah.
• Kisah Miris Guru Honorer Indonesia 2019, Dianiaya Wali Murid, Digaji Rendah Hingga Tinggal di Toilet
• Kisah Rahmah, 14 Tahun Jadi Guru Honorer Upah Rp 300.000/Bulan, Pengabdiannya Berbalas Penganiayaan
• BREAKING NEWS - Heboh, Seorang Guru Dianiaya Wali Murid, Ditampar hingga Memar dan Bengkak di Kepala
Tahan sedikit emosi untuk mereka, apalagi di zaman seperti ini, 4.0 katanya, kita yang semakin acuh. Kalau bukan mereka siapa lagi yang akan peduli dan mendidik anak-anak kita.
Berbagai kekurangan, hambatan dan rintangan mereka jalani dalam pengabdian untuk pendidikan anak-anak kita, tak mereka keluhkan saat kondisi pahit, maka sewajarnya kalau tak bisa membantu jangan hina apalagi menyakiti mereka.
Sejatinya kita sebagai orang tua/wali anak yang dididik oleh tangan-tangan dingin mereka, menjadi benteng terdepan untuk membela para guru. Berbisik kepada pemangku kepentingan akan kesejahteraan mereka, bukan malah cacian dan tangan melayang.
Pendidikan anak negeri bukanlah semata tanggung jawab mereka dan pemerintah, tapi tanggung jawab kita bersama.
Orang tua dan semua pihak dalam memajukan pendidikan anak bangsa harus mengambil peran.
Menjelang hari guru Nasional 2019, guru dan tenaga kependidikan Aceh menyumbang kado terindah. Para pahlawan tanpa tanda jasa itu berhasil menoreh prestasi gemilang dan mengharumkan nama Aceh di kancah Nasional, Selamat Guru.
Namun, juga ada kisah pilu jelang HGN ini. Guru masih saja menjadi sasaran amukan orangtua/wali murid, seperti pemukulan yang terjadi terhadap guru di salah satu kabupaten di Aceh. Terlepas dari siapa benar dan siapa salah, menghantam fisik itu salah dan jelas salah.
Oh Tuhan, kalau pun mereka bersalah atau tak cocok dengan kita dalam mendidik anak-anak kita, jangan kasari mereka, jangan hujat mereka. Sampaikan dengan cara terbaik untuk perbaikan, apalagi mungkin ada diantara mereka ada yang lalai akan tugas mulia itu.
