Kisah Sukses Masruman, Omset Mengiurkan dari Bisnis Lele Mutiara  

Bermodal uang pinjaman sekitar Rp 20 juta. Biaya itu digunakan untuk membangun kolam bioflok, penyiapan lahan, perlengkapan pendukung

Editor: bakri
Serambinews.com
Masruman penduduk Pulo Sarok, Singkil, Aceh Singkil, budidaya lele mutiara di kolam bioflok, Selasa (26/11/2019) 

Masruman, penduduk Pulo Sarok, Singkil, Aceh Singkil, memilih berternak lele mutiara dengan metode budidaya tak biasa. Dengan metode itu, diapun berhasil meraup omset mengiurkan.

Mantan anggota DPRK Aceh Singkil, itu budidaya lele di kolam bioflok. Memanfaatkan lahan sempit di belakang penginapan miliknya.

Bisnis ternak lele ditekuni Masruman yang memiliki panggilan akrab Acu Man sekitar dua bulan lalu.

Bermodal uang pinjaman sekitar Rp 20 juta. Biaya itu digunakan untuk membangun kolam bioflok, penyiapan lahan, perlengkapan pendukung budidaya dan membeli bibit, serta pakan.

Dalam tahap awal dia memelihara 10 ribu ekor lele. Selang dua bulan lelenya berhasil dipanen dengan produksi 1 ton lebih.

Per kilo dijual ke penampung di Subulussalam Rp 19.000. Sehingga pendapatannya sekali panen Rp 19 juta.

"Sekali panen modal sudah hampir kembali. Untungnya saya sudah punya kolam bioflok dan perlengkapan budidaya," kata Masruman.

Menurut Masruman, bisnis lele mutiara cukup menjanjikan. Asal mau belajar serta ulet.

Dia memprediksi pada panen kedua sudah meraih untung dari budidaya lele mutiara di kolam bioflok miliknya. "Saya belajar budidaya otodidak dengan melihat di internet," jelasnya.

Selain belajar dari internet, Masruman mengaku melakukan uji coba sendiri, terutama dalam menyiasati air payau agar lele cepat besar dan sedikit yang mati.

"Saya coba sepuluh ekor di kolam yang perlakukaan berbeda. Ternyata mati semua. Sekarang saya sudah mengetahui tekniknya," ujar Masruman.

Pria ramah ini menceritakan teknik budidaya lele mutiara di kolam bioflok. Pertama cuci kolam bioflok menggunakan air garam. Kemudian bilas menggunakan air bersih.

Sebelum ditebar bibit ke kolam bioflok terlebih dahulu dilakukan penyesuaian suhu di kolam penampungan khusus.

"Berikutnya pisahkan ikan lele kecil dengan yang besar. Ini yang memerlukan ketekunan selain rajin membuang kotoran," tukasnya.

Pemasaran lele mutiara sejauh ini tidak ada kendala. Pengepul langganannya di Kota Subulussalam, siap menampung.

Hanya saja ke depan sia khawatir jika program seribu kolam bioflok lele mutiara jadi dilakasanakan Dinas Perikanan Aceh Singkil, pihaknya kesulitan memasarkan.

Terkait hal tersebut, Masruman berharap Dinas Perikanan tidak hanya mendukung budidaya, tetapi sekaligus membantu pemasaran lele mutiara hasil budidaya pebisnis kecil seperti dirinya.(dede rosadi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved