Tak Hanya Menimpa Altet Senam SEA Games, 5 Isu Tes Keperawanan juga Pernah Terjadi di Indonesia

Sebelum masalah SAS, sudah pernah ada beberapa isu yang mencuat terkait tes keperawanan yang dijadikan sebagai syarat.

Editor: Amirullah
Kolase SURYAMALANG.COM/Didik Mashudi dan Tribunnews.com
Atlet senam putri SEA Games 2019 asal Kediri, Jawa Timur, dituduh tak perawan. 

SERAMBINEWS.COM - SAS (17) seorang atlet senam dari Kediri, Jawa Timur gagal mengikuti SEA Games karena dituding tidak perawan.

Keluarganya pun tak terima, karena berdasarkan tes yang dilakukan di rumah sakit milik Polri di Kediri pada 20 November 2019 dinyatakan kondisi selaput dara SAS masih utuh.

Pihak pelatih menolak hasil tes tersebut dan meminta tes diulang di RS yang ada di Gresik.

Tes Keperawanan sebagai 'syarat', bukan isu baru yang terdengar di kancah publik.

Sebelum masalah SAS, sudah pernah ada beberapa isu yang mencuat terkait tes keperawanan yang dijadikan sebagai syarat.

Berikut ini beberapa isu tes keperawanan yang pernah ada di Indonesia:

1. Tes Keperawanan untuk masuk SMP dan SMA di Jambi

Pada tahun 2010, wacana tes keperawanan bagi siswa yang akan masuk ke jenjang SMP dan SMA pernah muncul.

Melansir dari Harian Kompas, Jumat (08/10/2010) usulan DPRD Provinsi Jambi tersebut menimbulkan protes keras dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Meski saat itu dikatakan bahwa tes yang akan dilakukan hanya berupa wawancara, akan tetapi hal tersebut tetap dianggap tidak sesuai.

"Walaupun berupa wawancara, tetapi tes itu akan menimbulkan stigma yang akan terus terbawa hingga dewasa," ujar Wahyu Hartomo, Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kamis (7/10/2010).

2. Tes uji keperawanan untuk anak SMA di Prabumulih Sumatera Selatan

Melansir dari Harian Kompas, Selasa (20/08/2013) warga Prabumulih dihebohkan dengan wacana kepala dinas pendidikan setempat untuk menggelar tes keperawanan bagi pelajar SMA atau sederajat.

Program tersebut dimasukkan dalam pengajuan untuk APBD 2014. Alasannya adalah guna mencegah praktik asusila yang dilakukan oleh pelajar putri.

Adapun dana yang diajukan senilai Rp 630 juta. Lini masa Twitter kemudian ramai dengan penyebutan kata “keperawanan” yang dibicarakan oleh 4.592 pengguna pada Selasa (20/08/2013) pagi.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved