Kisah Aipda Purnomo, Polisi yang Dirikan Jasa Antar Jemput Gratis Siswa Yatim Piatu
Selama ini, sejumlah siswa yatim piatu kesulitan untuk berangkat menuju sekolah, lantaran menempuh jarak cukup jauh dan tidak memiliki sarana sepeda.
Sementara, tenaga pengantar atau tukang ojek yang mengantar anak-anak, berasal dari anggota yayasan komunitas sosial Berkas, terutama para guru swasta.
Angkutan bagi guru
Purnomo mengatakan, antar jemput siswa yatim piatu bukan satu-satunya tujuan.
Program sukarela ini juga sekaligus membantu para guru swasta yang kebanyakan tidak mampu membeli sepeda motor.
"Ide pertama kami, selain ingin mengantar anak yatim piatu ke sekolah, kami juga ingin memberikan fasilitas kepada para guru swasta."
"Dalam hal ini anggota Berkas yang kebanyakan tidak mampu membeli sepeda motor atau sepeda motornya yang sudah usang, tapi belum mempunyai uang untuk membeli unit yang baru," kata dia.
Menurut Purnomo, guru-guru honorer tersebut boleh menggunakan sepeda motor, dengan syarat mau memberikan layanan jasa antar jemput siswa yatim piatu ke sekolah.
Untuk sepeda motor, Purnomo mengatakan, karena statusnya sumbangan dari para donatur dan menjadi inventaris komunitas, maka hanya akan dipinjam oleh guru dan anggota komunitas.
Bensin dari tunjangan jabatan polisi
Bantuan yang diberikan belum selesai meski sepeda motor telah dipinjamkan kepada para guru dan anggota komunitas.
Purnomo rela menghabiskan salah satu uang tunjangannya untuk membiayai bahan bakar motor yang digunakan anggota komunitas.
"Kebetulan saya sekarang menjabat sebagai Panit Lantas Polsek Babat, sehingga uang tunjangan jabatan inilah yang saya pakai untuk beli BBM dan uang saku kepada para siswa yatim piatu yang diantar-jemput," tutur Purnomo.
Selain mendapat layanan antar jemput, para siswa yatim piatu tersebut juga mendapatkan uang saku. Setiap orang mendapat uang saku per hari Rp5.000.
Uang ini sengaja diberikan, guna memotivasi para siswa untuk semakin giat belajar dan menuntut ilmu di sekolah.

Menurut Purnomo, banyak juga di antara para guru yang menjadi tukang ojek itu malah memberikan biaya yang seharusnya untuk bensin motor mereka, untuk uang saku anak yatim piatu.