RSUP Sardjito Pulangkan Bayi Kembar Batal Lakukan Operasi Pisah Kepala

Setelah merawat selama empat tahun, akhirnya Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta memulangkan bayi kembar

Editor: bakri
FOTO DOK DINSOS ACEH
Perwakilan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mengalih-asuh bayi kembar siam, Fitri Sakinah dan Fitri Rahmawati, ke Pemkab Agara, di pendopo Wakil Bupati Aceh Tenggara, Rabu (4/12/2019). 

BANDA ACEH - Setelah merawat selama empat tahun, akhirnya Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta memulangkan bayi kembar siam, Fitri Sakinah dan Fitri Rahmawati, ke kampungnya di Desa Mahasingkil, Kecamatan Semadam, Aceh Tenggara. Dokter di rumah sakit tersebut memutuskan untuk tidak melakukan operasi pemisahan kepala, karena berisiko kehilangan nyawa bagi keduanya.

Pemulangan bayi kembar siam bersama kedua orang tuanya itu didampingi langsung oleh tim dokter ahli RSUP Dr Sardjito  dari Yogyakarta. Mereka tiba sekitar pukul 19.30 WIB di Bandara Kuala Namu, Medan, Selasa (3/12/2019).

Kedatangan mereka di Bandara Kuala Namo disambut dengan suka cita oleh pihak Pemerintah Aceh dan Pemkab Agara. Kemudian, seluruh rombongan baik dari pemerintah maupun dari tim dokter RSUP Dr Sardjito Yogyakarta kembali melanjutkan perjalanan untuk mengantarkan balita kembar siam itu ke kampung halamannya di Desa Mahasingkil, Kecamatan Semadam, Aceh Tenggara.

Prosesi penyerahan kedua balita itu kepada Pemerintah Aceh dan pemkab Agara dilakukan di Pendopo Wakil Bupati Agara yang langsung disambut Wabup Agara, Bukhari dan Direktur RSU Sahudin Kutacane, dr Bukhari SpOG, Rabu (4/12). Untuk selanjutnya, kedua balita tersebut akan dirawat oleh pihak RSUD Sahudin.

Untuk diketahui, sejak dilahirkan tahun 2015 lalu, bayi kembar siam milik pasangan Syahbandi Putra dan Siti Khadijah itu tidak dapat saling menatap saudara satu rahimnya, karena terlahir dalam kondisi menempel di bagian kepala.

Karena itu, selama empat tahun terakhir keduanya mendapatkan perawatan intensif di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Dalam kurun waktu itu, pihak rumah sakit berencana melakukan pembedahan. Namun, menurut dokter, karena kondisi tubuh keduanya tidak memungkinkan untuk dipisah, maka akhirnya diizinkan pulang ke kampung halamannya.

Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Aceh, Isnandar Aks MSi, mengatakan, pihak pemerintah Aceh menyambut dengan suka cita kepulangan balita kembar siam itu. Pihaknya, kata Isnandar, atas perintah Plt Gubernur Aceh, juga memberikan sejumlah bantuan untuk balita kembar siam dan keluarganya selama satu bulan. "Pemerintah Aceh  menanggung biaya hidup selama sebulan untuk kembar siam dan keluarganya. Selain itu kami juga menyediakan sandang pangan untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara juga telah menyediakan rumah layak huni untuk keluarganya," kata Isnandar.

Wakil Bupati Aceh Tenggara, Bukhari, menyampaikan rasa terima kasih kepada tim dokter RSUP Dr Sardjito yang telah menangani perawatan balita kembar siam selama empat tahun terakhir.

"Kami hanya mampu menyerahkan kepada Allah atas jasa dan kebaikan bapak-ibu semuanya. Mudah-mudahan menjadi amal ibadah," kata Wakil Bupati. Bukhari mengatakan, pihaknya melalui tim Rumah Sakit Sahudin siap dan berjanji akan melanjutkan perawatan kesehatan bagi kemsi. Selain itu, ia juga akan menugaskan dinas terkait untuk memberikan pelayanan pendidikan dan sosial secara khusus bagi kedua bocah itu.

"Harapan saya setelah lepas sambut peralihan perawatan kembar siam ini, kepada pihak yang ditugasi untuk penanganan perawatan balita di Kutacane, mari bersinergi dan terpadu memberikan pengayoman terbaik bagi kemsi," katanya.

Ketua Tim dokter ahli RSUP Dr Sardjito, dr Rahmat Andi Hertanto, mengatakan, pihaknya telah merawat si kembar selama empat tahun lebih. Meskipun berat, kata dia, pihaknya tetap harus mengembalikan kedua bocah kembar itu ke kampung halamannya. "Acara ini bukanlah pelepasan, tapi hanya mengalihkan tempat pengasuhan ke tempat yang seharusnya," kata Rahmat.

Rahmat mengatakan, selama dirawat, kondisi kesehatan dan intelegensia kedua bocah itu cukup baik. Namun, pihaknya tidak dapat melakukan operasi pemisahan, karena berisiko tinggi mengorbankan salah satu dari keduanya. "Kondisinya tidak mungkin dipisahkan, jadi kalau dipisahkan bisa dua-duanya tidak bisa diselamatkan. Sebab, otak keduanya menyatu hampir 70 persen," kata dokter spesialis saraf itu. "Kemudian, beberapa organ vital dari masing-masing anak ini saling tergantung satu sama lain. Tim dokter ahli yang level tinggi di dunia juga sudah memutuskan bahwa kedua anak ini tidak bisa dipisahkan," ujar Rahmat. Selama perawatan empat tahun terakhir ini, kata Rahmat, pihaknya juga telah melakukan lima kali operasi dalam rangka pengoptimalan fungsi otak dan organ vital si kembar. (as)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved