RSUD Sigli Tolak Pasien Demam Tinggi, Dibawa Pulang Sebelum Diperiksa
Syukri (33) warga Gampong Barat Sanggeu, Kecamatan Kota Sigli, Kabupaten Pidie, terpaksa membawa pulang anak tirinya, Salman Alfarisyi
SIGLI - Syukri (33) warga Gampong Barat Sanggeu, Kecamatan Kota Sigli, Kabupaten Pidie, terpaksa membawa pulang anak tirinya, Salman Alfarisyi (14) dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Tgk Chik Di Tiro, Sigli. Ia tak punya pilihan lain, meski saat itu anaknya sedang mengalami demam tinggi.
Ia datang ke IGD RSUD Sigli, Rabu (4/12/2019) sekitar pukul 00.30 dini hari, bersama istri dan anak tirinya yang duduk di kelas 3 SMP. “Saat itu saya menunggu di mobil, sementara istri membawa anak saya masuk ke dalam IGD,” kata Syukri kepada Serambi.
Namun baru beberapa menit di dalam IGD, Syukri melihat istrinya sudah ke luar lagi bersama sang anak. Cerita yang ia peroleh dari istrinya, petugas IGD menolak melakukan perawatan. Alasannya, penyakit demam tidak bagus dirawat di IGD sehingga disarankan agar dibawa ke Poliklinik saat pagi harinya.
“Isteri saya cerita, kata petugas medis Muhammad Alfarisyi tidak bisa dirawat di IGD, dan disuruh bawa ke poliklinik rumah sakit tersebut,” ujar warga Gampong Barat Sanggeu ini.
Namun yang membuat ia sangat kecewa, petugas IGD tersebut langsung menolak tanpa terlebih dahulu memeriksa kondisi anaknya yang sedang demam, atau pun sekedar menanyakan. “Saya sangat terkejut. Anak kami butuh penanganan medis, kok disuruh ke poliklinik yang tidak buka malam hari. Saya kecewa sekali, jangankan memeriksa pasien, ditanyakan pun tidak tentang penyakit anak saya,” keluh Syukri.
Saat mendengar pengakuan istrinya, emosi Syukri langsung tersulut. Ia berniat masuk menemui petugas IGD, menanyakan langsung penyebab anak tirinya ditolak. Namun langkahnya ditahan sang istri yang tidak meninginkan terjadinya keributan antara dirinya dengan petugas medis.
"Isteri saya melarang masuk IGD karena khawatir akan terjadi keributan dengan petugas medis. Kalau saya memang menginginkan ribut saja, agar terang semuanya. Petugas medis tugasnya melayani pasien sakit," pungkas Syukri.
Karena tak tahu lagi harus kemana, malam dini hari itu ia dan istrinya memutuskan membawa pulang Salman ke rumah. Di rumah, anak tirinya itu sempat beberapa kali mengalami muntah. Baru pada paginya ia membawa sang anak ke rumah sakit. Namun tidak lagi ke RSUD Tgk Chik Di Tiro, melainkan ke rumah sakit swasta. Setelah diperiksa, dokter kemudian menyarankan agar anaknya dirawat di rumah. “Sekarang anak saya di rumah, rawat jalan,” ujar Syukri.
Dirinya mengaku sudah dua kali mengalami pelayanan mengecewakan dari petugas RSUD Tgk Chik Di Tiro. Ia berharap, kejadian yang menimpa dirinya tidak dialami oleh orang lain. “Petugas IGD itu harus dievaluasi supaya menjadi pelajaran, agar tidak dilakukan pada orang lain,” pintanya.
Terpisah, Direktur RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli, dr Muhammad Yassir SpAn, saat dikonfirmasi Serambi, Rabu (4/12) mengaku belum menerima laporan terkait adanya pasien yang ditolak petugas IGD RSUD yang ia pimpin.
"Saya kan cek kembali ke IGD. Kalau ada nama pasien, saya akan evaluasi dalam rentang waktu 24 jam," tegasnya.
Terkait keluhan masyarakat terhadap pelayanan petugas IGD RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli, Muhammad Yassir mengaku sangat menghargainya. Ia mengatakan, keluhan itu merupakan pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan untuk menuju standar pelayanan dan mutu rumah sakit yang lebih baik lagi.
“Dengan adanya komplain dari masyarakat, kita bisa mengetahui dimana letak kekurangan pelayanan,” imbuhnya.
Direktur RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli ini mengaku jika sudah sering mewanti-wanti para petugas medis agar melakukan komunikasi yang baik dengan semua pasien. Semua pasien yang masuk IGD harus diperiksa terlebih dahulu. Setelah diperiksa baru diputuskan, apakah dilakukan rawat inap atau rawat jalan. Edukasi juga harus diberikan kepada pasien sehingga keluarga pasein memahaminya," terangnya.
Terhadap pasien dengan kondisi demam, terkadang lanjutnya, saat pasien sampai di IGD demamnya menurun akibat pengaruh temperatur ruangan, sehingga petugas medis memutuskan tidak perlu dirawat, dan pasien biasanya disarankan ke poliklinik. “Tetapi untuk mengetahui kejadian sebenarnya, nanti akan saya cek lagi," tambah Muhammad Yassir.(naz)