Berita Subulussalam
Pemko Subulussalam Dorong Pengembangan Jagung, Walkot Affan Bintang Sebut Plot Dana untuk 3.000 Ha
Dikatakan, bantuan tersebut bersumber dari tiga mata anggaran masing-masing APBK 1.500 hektare, APBA 500 hektare dan APBN 1.000 hektare.
Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
Dikatakan, bantuan tersebut bersumber dari tiga mata anggaran masing-masing APBK 1.500 hektare, APBA 500 hektare dan APBN 1.000 hektare.
Laporan Khalidin I Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Pemerintah Kota (Pemko) Subulussalam mendorong masyarakat beralih dari usaha perkebunan ke sektor pertanian.
Misalnya mengembangkan tanaman jagung.
Sebagai bentuk dukungannya, Pemko Subulussalam memplot anggaran untuk pengembangan 3.000 hektare (Ha) jagung tahun 2020 mendatang.
Wali Kota Subulussalam, Affan Alfian Bintang SE kepada Serambinews.com, Selasa (10/12/2019) menceritakan arah kebijakan Pemko Subulussalam di bidang pertanian.
Dikatakan, jika selama ini mayoritas masyarakat mengembangkan sektor perkebunan kelapa sawit maka mulai 2020 mendatang akan didorong ke pertanian khususnya jagung.
Dalam hal ini, Pemko Subulussalam memploting anggaran guna membantu para petani.
• Fenomena-fenomena Langit Bulan di Desember 2019, Hujan Meteor hingga Gerhana Matahari Cincin
• Bimbingan dan Konseling Sering Terabaikan dalam Pendidikan Aceh
• Abdya Masuki Panen Raya, Produksi 7,8 Ton GKP Per Hektare
Dikatakan, bantuan tersebut bersumber dari tiga mata anggaran masing-masing APBK 1.500 hektare, APBA 500 hektare dan APBN 1.000 hektare.
Total luasan pengembangan tanaman jagung 2020 mendatang 3.000 hektar.
Ini, kata Affan Bintang dalam rangka menyukseskan program pengembangan jagung di Kota Sada Kata itu.
”Ini kita dorong karena komoditi jagung sudah sukses, dan trend petani yang megembangkannya selalu meningkat jadi pemerintah ikut andil,” ujar Affan Bintang
Affan Bintang menjelaskan jika gebrakan pengembangan sektor pertanian sebagai wujud visi misi dia bersama wakilnya Drs Salmaza MAP di bidang peningkatan perekonomian.
Dikatakan, selama ini berdasarkan pengkajian di lapangan masyarakat tidak mampu mengelola tanaman kelapa sawit atau sektor perkebunan.
Sebab, selain sulit mendapat bibit yang bagus, juga berat dalam perawatan.