Petir Landa Subulussalam

Dalam Sebulan, Tujuh Warga Subulussalam Jadi Korban Sambaran Petir, Tiap Tahun Ada Saja Sejak 2010

Intensitas petir di Kota Sada Kata itu selama ini memang sangat mengkhawatirkan karena sangat sering mengenai manusia.

Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
KORBAN remaja putri di Dusun Baitul Makmur, Desa Penanggalan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam yang tumbang disambar petir, Jumat (20/12/2019) sore tadi. 

Intensitas petir di Kota Sada Kata itu selama ini memang sangat mengkhawatirkan karena sangat sering mengenai manusia.

Laporan Khalidin I Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Hujan deras, petir, dan angin kencang melanda Kota Subulussalam dan sekitarnya selama empat bulan terakhir ini.

Intensitas petir di Kota Sada Kata itu selama ini memang sangat mengkhawatirkan karena sangat  sering mengenai manusia. 

Hal ini seperti yang terjadi pada Jumat (20/12/2019) sore tadi. Tiga remaja putri di Dusun Baitul Makmur, Desa Penanggalan, Kecamatan Penanggalan disambar setrum alam tersebut.

Pantauan Serambinews.com, setiap siang jelang petang langit Subulussalam tampak kelam dan jarak pandang terbatas.

Hujan deras mulai turun sekitar pukul 15.00 WIB.

Tak Terima Putusan Hakim, Darmili Nyatakan Perlawanan: Sekali Lagi Saya Merasa Dizalimi

Hujan disertai angin kencang plus gemuruh petir membuat masyarakat setempat was-was.

Musim penghujan bukan hanya membuat warga khawatir banjir dan longsor.

Namun yang tak kalah menakutkan gemuruh petir karena selama ini guntur kerap menciderai manusia bahkan telah menelan puluhan korban jiwa di kota itu.

Berdasarkan catatan Serambinews.com, dalam sebulan terakhir sudah dua kali petir melukai manusia.

Sebanyak empat warga di Desa Danau Tras, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam menjadi korban setrum petir tersebut terjadi, Jumat (22/11/2019) sore.

Selain melukai warga, satu unit rumah di desa tersebut musnah terbakar setelah diambar petir yang terjadi di tengah hujan deras tersebut.

Sopir Taksi Online Rekam Video Berhubungan Badan dengan 14 Penumpang, Sudah Punya 3 Istri dan Anak

Satu unit rumah yang terbakar adalah milik Muhammad Sabdaruddin (40) alias Rois. Rumah berukuran sekitar 5X5 meter ini rata dengan tanah setelah disambar petir.

Tidak ada harta benda apapun yang dapat diselamatkan kecuali pakaian di badan korban.

Pemilik rumah pun selamat setelah dievakuasi tetangganya beberapa saat sebelum peristiwa tersebut.

”Cuma baju di badan lah yang bisa diselamatkan selain itu habis. Lantai rumah saja terkelupas dihantam petir,” ujar Muhammad Sabaruddin alias Rois kepada Serambinews.com

Berikut kasus sambaran petir di Kota Subulussalam yang menelan korban jiwa berdasarkan catatan Serambinews.com.

Pada 22 April 2018, dua warga Desa Cepu, Kecamatan Penanggalan, Kota  Kota Subulussalam dilaporkan tumbang akibat disambar petir pada Minggu  jelang malam itu.

Akibatnya, kedua korban  terpaksa ditanam dalam lumpur hingga dirawat hingga dirawat di RSUD Subulussalam.

Prilly Latuconsina Bangun Rumah Mewah Mirip Istana, Bangunan 4 Lantai Ada Kolam Renang dan Minibar

 Informasi yang dihimpun Serambinews.com, dua warga yang tersambar petir yakni  Ramiah Cibro (45) dan Sabarita Cibro  (38).

Keduanya masih kakak beradik warga Desa Cepu, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam. Korban disambar petir saat sedang berteduh dari guyuran hujan di warung Bazis, Desa Cepu, Kecamatan Penanggalan.

Hujan deras disertai petir yang saban hari melanda Subulussalam kembali terjadi. Nahas, petir kali ini menyambar warga hingga terkapar.

Sebelumnya pada tahun 2016, seorang warga Desa Cipare-Pare Timur, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam dilaporkan tewas akibat disambar petir.

Peristiwa ini terjadi tepat Rabu (4/5/2016) jelang malam. Sementara seorang lainnya kritis hingga dirawat di rumah sakit setempat.

Sebelumnya, tahun 2015 insiden serupa juga terjadi yakni seorang warga juga tewas akibat disambar petir.

Korban bernama M. Joko Suwito (30) warga Dusun Jambu/Lae Pinang, Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam tewas disambar petir saat berteduh di bawah pohon kelapa sawit, Rabu (21/1/2015) sore.

Sementara tiga rekan sekerjanya dapat diselamatkan setelah ditanam dalam kubangan lumpur oleh warga. 

Tak hanya itu, sebelumnya juga ada puluhan warga menjadi korban sambaran petir.

Selanjutnya, 31 Oktober 2013, empat petugas pengamanan Kantor Komisi Independen (KIP) Kota Subulussalam terkapar akibat disambar petir yang terjadi saat hujan deras dan angin kencang melanda daerah ini.

Peristiwa ini terjadi Kamis (31/10/2013) petang sekitar pukul 16.30 WIB. Akibatnya, keenam korban yang terdiri dari personel kepolisian dan Satpol PP dilarikan ke rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subulussalam untuk mendapat penanganan medis.

Enam korban yakni dua dari satpol PP adalah Dedi Dores (23) dan Sarkani (28).

Sedangkan empat korban dari personel kepolisian masing-masing Brigadir Fadhlianto (32) Sabhara Polres Singkil, Briptu Riki Arjuna (27) dalmas Polda Aceh, Brigadir Irwanto dan Brigadir Agus.

Saat kejadian, keenam korban sedang duduk beristirahat seraya berbincang-bincang di kantin yang terletak di bagian belakang kantor KIP.

Sekitar pukul 16.00 WIB, hujan mengguyur Kota Subulussalam disertai angin dan kilat yang menyambar-nyambar.

 Tahun 2012

Kamis 9 Februari 2012. Petir menyambar delapan warga Kota Subulussalam hingga terkapar.

Tiga dari delapan korban petir sempat ditanam dalam lumpur sebelum diboyong ke rumah sakit.

Menurut keyakinan masyarakat setempat, menanam korban dalam lumpur bisa sebagai penawar sengatan petir.

Empat dari delapan korban sambaran petir tercatat sebagai siswi Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Pondok Pesantren Mardhatillah, Desa Tangga Besi, Kecamatan Simpang Kiri.

Mereka adalah Suryanti (15), Nur Lela (15), Nurhayati (14) ketiganya siswi kelas III dan Elvi (8) santri.

Selain anak didik, seorang guru pesantren bernama Aslamiah (26) bersama putrinya Hafiza (2) tak luput dari sambaran petir.

Sedangkan dua korban lainnya merupakan penduduk Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri yaitu Heri Jona (18) dan Hamat Sagala (43).

 Petugas Ponpes Mardhatillah, Darwin (29) mengatakan, petir menyambar sekitar pukul 15.20 WIB sesaat setelah hujan deras dan angin kencang.

Saat itu santri sedang di kantin dan sebagian lainnya di kelas. “Sambaran petir hanya mengenai enam orang, termasuk istri dan anak saya,” kata Darwin.

 Korban baru merasakan sengatan panas seperti disetrum setelah 15 menit kejadian. Korban langsung menjerit dan berhamburan minta tolong.

“Kami langsung menolong dengan cara menanam korban di dalam lumpur. Setelah itu korban diboyong ke Puskesmas Penanggalan untuk penanganan medis,” kata Darwin

 Masih di 2012, hujan   lebat   disertai   angin   kencang   yang mengguyur Kota Subulussalam, Rabu (1/2/2012) sore tadi membawa petaka bagi Zulkifli (25),penduduk  Jalan Sultan  Daulat, Kecamatan Simpang  Kiri,  Kota   Subulussalam.

Pemuda   yangsehari-hari   bekerja   di   Kantor   Kesbangpol   dan   Linmas   Kota   Subulussalam   itu   kritis   akibat disambar petir saat sedang mengendarai sepeda motornya di Jalan Pertemuan.

Salah seorang saksi mata, Medan Rayali (33) kepada Serambinews.com mengatakan, peristiwa naas itu terjadi sekitar pukul 16.40  WIB ketika hujan deras  mengguyur Subulussalam.

Saat kejadian,korban tengah mengendarai sepmor dari arah Jalan Teuku Umar menuju Jalan Malikussaleh.

Namun ketika sedang melintas di Jalan Pertemuan, menjelang Kantor DPRK Subulussalam tiba-tiba   petir   menyambar   korban.  

 Melihat   kejadian   tersebut,   Medan   bersama   sejumlah   wargalangsung mengejar memberikan pertolongan dengan melumpuri tubuh korban ke halaman rumahpenduduk   setempat.  

Tubuh   korban   pun  dilumuri   dengan     lumpur.  

Hal   itu   dilakukan   untukmenghilangkan rasa panas yang menyengat tubuh korban akibat sambaran petir.

Kemudian masih di tahun 2012, nasib tragis menimpa pasangan suami istri Rusman Banurea (40) dan Megawati bru Samosir (36) Penduduk Jalan Sosor, Lorong At Taubah, Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam.

Keduanya tewas mendadak disambar petir saat sedang memperbaiki parabola di belakang rumahnya, Kamis (27/12/2012) sekitar pukul 17.10 WIB.

 2010, Hujan deras disertai petir yang mengguyur wilayahKota Subulussalam, Jum’at (14/5/2010) silam membawa malapetaka. Tigawarga   Desa   Cipare-Pare,   Kecamatan   Sultan   Daulat   tersambar   petir.

Satu korban yakni Dijan (42) dilaporkan meninggal dunia.

Sementara   dua   warga   lainnya   masing-masing   Lala   (50)   danNurhasanah (30) mengalami cedera ringan sehingga terpaksa dirawatdi   rumah   sakit.  

Informasi   yang   dihimpun   Serambi,   menuturkanperistiwa naas itu terjadi sekira pukul 17.00 WIb saat warga sedangaberistirahat di rumah.

“Kejadiannya sekitar pukul 17.00 WIB saat itupetir kuat menyambar,” ujar Alim, salah seorang warga

 Upaya   tanggap   darurat   langsung   dilakukan,   terhadap   ketiga   korbannamun   satu   diantaranya   tidak   dapat   diselamatkan.   Usai   kejadian,kedua   korban   selamat   langsung   dilarikan   warga   ke   rumah   sakit   diSubulussalam. Menurut warga, dalam sebulan terakhir ini cuaca burukseperti   hujan   deras   disertai   angin   kencang   dan   petir   melanda   KotaSubulussalam.

Maret 2010, puluhan santri yang mondok di Dayah Raudhatul Jannah, Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Selasa (16/3/2010) petang sekira pukul 17.00 WIB, disambar petir.

Kendati tidak ada korban jiwa dalam insiden ini namun para korban dilaporkan trauma.

Pimpinan Dayah Raudhatul Jannah, Ust Amrullah yang dikonfirmasi Serambi membenarkan kejadian tersebut.

Menurut Amrullah sedikitnya 23 santri putri dan seorang putra  terkena sambaran petir.

Pihak dayah menuruit Ust Amrullah langsung memberikan pertolongan secara tradissional terhadap para korban dengan cara mengubur tubuhnya ke dalam lumpur.

"Ada dua puluh empat semua kebanyakan perempuan cuma seorang yang putra," terang Amrullah

Lebih jauh Ust Amrullah menjelaskan, saat kejadian para korban sebenarnya berada dalam ruang asrama masing-masing. karena itu, petir yang menyambar para santri ini diduga hanya bayangan. selain secara tradisional, kata Amrullah, para korban juga telahg ditangani secara medis.

Namun hingga berita ini disusun, para korban dilaporkan masih dalam kondisi trauma berat.

"Memang sudah sembuh tidak ada yang patal tapi mereka (santri-red) masih trauma," ujar Amrullah

 2011, Lima warga Dusun I, Desa Sikerabang, Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam mengalami luka parah akibat disambar petir, Senin (21/11/2011) sore.

Akibatnya satu dari lima korban, yakni Sumiati (48) terkapar dengan luka bakar yang cukup parah sehingga harus dirujuk ke Puskesmas Penanggalan untuk mendapatkan perawatan secara intensif.

 Korban lainnya adalah Depi Haryati (10) murid kelas IV Sekolah Dasar (SD), Ruhiyat (33), Dewi Kurnia (28) dan Nandang (32).

Kepala Desa Sikerabang, Jimmi didampingi unsur muspika setempat kepada Serambi  Selasa (22/11/2011) mengatakan, musibah tersebut terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Saat kejadian, Sumiati dikabarkan sedang memetik rambutan bersama keponakannya Depi Haryati di halaman rumah.

”Nggak ada kilat tiba-tiba ada suara petir dengan suara menggelar menyambar tangan saya,” kata Sumiati menceritakan peristiwa yang dialaminya.

Kapolres Aceh Singkil AKBP Bambang Syafrianto S.IK yang dikonfirmasi Serambi melalui Kapolsek Penanggalan Iptu Budimansyah di rumah duka membenarkan dua warga di Kecamatan Penanggalan tewas disambar petir.

”Kedua korban  adalah pasangan suami istri dan meninggal saat sedang memperbaiki parabola di belakang rumahnya,” kata Kapolsek Penanggalan Iptu Budimansyah.

Sementara Kepala Dinas Penanggalan, Haris Muda Bancin didampingi Tumirin (ipar korban) kepada Serambi  menerangkan tragedi sore hari yang membuat pasangan suami istri meninggal dunia tersebut terjadi saat korban Rusman sedang memperbaiki parabolanya yang rusak.

Kala itu Kota Subulussalam dan sekitarnya baru saja diguyur hujan deras diiringi kilat dan gelegar petir yang cukup memekak telinga.

Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba sambaran petir menyetrum tubuh korban yang sedang memegang besi pengatur sinyal parabola.   

Putri korban yang melihat ayahnya kesetrum memberitahu pada ibunya. Sang istri pun berusaha membantu suaminya yang kesetrum dengan kondisi lengket pada bagian besi parabola. Naas bagi Megawati yang turut meninggal dunia bersama sang suami.

”Si istri sebenarnya mau membantu korban tapi ikut juga kesetrum,” ujar Haris Bancin.

Data ini hanya sebagian kecil catatan Serambinews.com 

Ada sejumlah korban sambaran petir yang tidak tercatat termasuk peristiwa era 1994-2008. Intensitas petir di Kota Subulussalam selama ini memang cukup mengkhawatirkan.

Karena itu, masyarakat diminta agar selalu mewaspadai ancaman petir.

Setiap hujan turun di daerah ini selalu diwarnai sambaran petir yang menggelegar dan kilat yang menyala-nyala.

Karenanya, ketika musim hujan tiba di daerah itu, petir pun kembali mengancam. Bahkan setiap tahun ada saja warga yang tewas akibat sambaran petir.

Sejauh ini warga juga mengaku tidak tahu di mana lokasi paling aman dari ancaman petir yang tiap hujan turun melanda daerah itu.

Pasalnya, korban yang  terkena sambaran petir bermacam tempat bukan hanya di tanah lapang tapi tak sedikit mereka yang berada di dalam ruangan atau rumah. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved