Mengenang Tsunami Aceh, Jasad Tidak Bertemu, Rumah Pun Belum Dapat

Mengenang Tsunami Aceh, Jasad Tidak Bertemu, Rumah Pun Belum Dapat. Warga yang berdomisili di Kajhu, Baitussalam, Aceh Besar menimpa tsunami aceh

Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM/Kolase Serambinews.com
Muhammad Idris (kiri) dan foto keluarga korban tsunami Aceh 

Ketika keliling kampus, saya melihat ratusan mayat tergeletak di alam terbuka, ada yang sedang memandikan, ada yang duduk lesu dan beragam pandangan memilukan lainnya.

Setiba di sana tidak bisa masuk karena jalan berlumpur.

Saya putuskan untuk tidur di bawah satu pohon pada ruas jalan Darussalam.

Bantal berupa tas isi pakaian tidur di alam terbuka.

VIDEO - Dibangun Setelah Gempa dan Tsunami Aceh 26 Desember 2004, Begini Kondisi Escape Building

Saat tidur terdengar suara krek-krek, saya terkejut, rupanya satu ekor lembu sedang
merumput dekat kepala saya.

Saya segera bangun rupanya sudah pukul 05.00 WIB pagi.

Kemudian pukul 09.00 WIB kami berkumpul kembali dan kawan tiga orang yang sama berangkat dari Banda Aceh juga ke Darussalam sebagaimana janji kemarin.

Saat itu, semua lesu dan terdiam, semua gemetar dan saling menyapa mengabari keadaan kerusakan.

Sekitar pukul 10.00 WIB, ibu saya (Aisnyah) tiba di Darussalam dengan mobil dari Peureulak bersama
sejumlah rombongan lainnya dan kami berjumpa.

Kami terpencar lagi sampai ke dekat Kahju untuk melihat dan mencari adik kami serta keponakan.

Namun hingga sore hari tidak satupun jasad kami temukan.

“Beruntung mamak datang, andainya tidak datang dan tidak melihat kondisi kerusakan mungkin kita dipersalahkan tidak mencari kakak dan anak-anaknya,” ujar Muhammad waktu itu.

Saat keliling kawasan Darussalam berjumpa Fauzi (karyawan bidang Layout Serambi), ia sedang bingung dengan kereta sorong berisi mayat istrinya hendak dibawa ke mana.

Beberapa saat kemudian, kami bertemu Asnawi (Wartawan Serambi) di jembatan Lamnyong, Darussalam, Asnawi dengan suara bergetar langsung menangis ketika melihat kami.

SPBU Pertamina Terapkan Pembayaran Nontunai, Mulai Januari 2020

Sore hari kami putuskan, keluarga yang masih ada langsung bawa pulang ke Bireuen dan Peureulak.

Keesokan harinya saya bersama keluarga dan lainnya bergerak lagi mencari Zawiyah dan anak-anaknya.

Usaha mencari dilakukan berkali-kali menelusuri tempat pengungsian di sepanjang jalan Bireuen-Banda Aceh.

Bahkan sampai ke Medan, mungkin ada satu atau dua orang yang selamat berada di tempat pengungian.

Berselang dua bulan kemudian, kami baru bisa melihat pertapakan rumah dan menandai, rumah sudah rata dengan tanah.

Pertapakan rumah tinggal tanda saja dan hingga saat ini belum ada rumah bantuan sebagaimana
korban lainnya.

Muhammad mengatakan, sampai 15 tahun musibah tsunami belum ada rumah bantuan untuk korban atas nama Zawiyah dan keluarganya, tanah lokasi rumah masih kosong.

“Jasadpun belum bertemu, rumah bantuan juga belum ada,” kata Muhammad.

Disebutkan, waktu itu Keuchik Kajhu, Usman mencoret rumah bantuan untuk Zawiyah karena berbagai alasan.

Namun beragam argumen diutarakan rumah bantuan hingga sekarang belum dapat.

“Kalau abang tidak sempat, saya dan istri saya dan keluarga lainnya ke Kajhu untuk melakukan doa bersama, mamak tidak bisa pergi karena sedang sakit berat di Peureulak,” ujar Muhammad.(*)

Semua Nelayan di Aceh Barat Diminta Ikut Serta dalam Doa Peringatan 15 Tsunami Aceh

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved