15 Tahun Tsunami Aceh
Ini Data dan Fakta Dahsyatnya Tsunami Aceh, dalam Tujuh Menit Sepanjang Pesisir Aceh Dibanjiri Mayat
Lebih dari 132.000 jiwa dinyatakan meninggal dunia, 37.000 jiwa dinyatakan hilang, dan 572.000 jiwa kehilangan tempat tinggal, serta ratusan linier
Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Di pengujung tahun 2004, tepatnya pada Minggu 26 Desember 2004 sekitar pukul 08.30 WIB, sepanjang 800 km wilayah pesisir barat Aceh luluhlantak oleh gelombang tsunami setelah beberapa saat sebelumnya diguncang gempa dahsyat berkekuatan 9 SR.
Lebih dari 132.000 jiwa dinyatakan meninggal dunia, 37.000 jiwa dinyatakan hilang, dan 572.000 jiwa kehilangan tempat tinggal, serta ratusan linier meter arsip hilang atau rusak.
Bencana ini merupakan bencana alam terbesar di Indonesia sejak meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883.
Di beberapa tempat, sawah ladang hijau berubah menjadi lautan, dan pemukiman hancur berantakan.
Menurut cacatan lembaga United Nation Informasion Center, kerugian terbesar akibat impasan gelombang tsunami adalah di sektor perikanan.
Di sejumlah negara yang terkena tsunami, kerugiannya mencapai US$500 juta (kira-kira 4,6 triliun rupiah).
Angka itu termasuk sebanyak 111 ribu kapal hancur atau rusak, 36.000 mesin hilang, dan 1,7 juta peralatan perikanan rusak dan kerusakan terparah dialami oleh Aceh, Indonesia.
Demikian data yang dikutip Serambinews.com dari Buku Tsunami dan Kisah Mereka yang diterbitkan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Aceh.
Di luar catatan itu, fakta di lapangan menunjukkan banyak kerugian material lain yang tak terhitung jumlahnya diakibatkan hantaman tsunami.
• Hari Ini, 15 Tahun Lalu Gempa dan Tsunami Meluluhlantakkan Aceh, Lailahaillallah, Allahuakbar
• ICAIOS: 15 Tahun Pascatsunami, Aceh Belum Tangguh Bencana
• Kisah Notam A-0764 yang Membuat Aceh Banjir Relawan dan Militer Asing, Lintas Udara Terbuka Bebas
Dalam waktu tujuh menit, kota-kota di sepanjang pesisir Aceh, termasuk Banda Aceh sebagai ibukota provinsi, menjadi lautan yang dihiasi mayat dan puing-puing bangunan.
Tidak kurang dari 300.000 orang tewas mengenaskan.
Puluhan ribu jiwa lainnya pun dinyatakan hilang tak jelas berada dimana. Sejauh mata memandang, yang tersisa di kawasan pesisir hanyalah bekas-bekas reruntuhan.
Hampir semua bangunan rata dengan tanah. Areal tambak dan persawahan juga binasa. Jaringan infrastruktur seperti jalan dan jembatan hancur total.
Begitu pula dengan sarana telekomunikasi; bernasib sama.Bukan cuma itu, berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan Departemen Kelautan dan Perikanan RI, tak kurang dari 7000 nelayan di Aceh kehilangan mata pencaharian.
Bahkan, 90 persen komunitas masyarakat pesisir dan prasarana perikanan di lokasi bencana hancur porak poranda.
