Jamaah Masjid Taqarrub Shalat di Teras

* Pengurus Berharap Kubah yang Terbakar Dibangun Kembali

LHOKSUKON - Jamaah Masjid Taqarrub di Desa Alue Bungkoh pusat Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara, Sabtu (28/12/2019), terpaksa shalat Magrib secara sendiri-sendiri di teras masjid, karena lantai dalam tergenang air setelah diguyur hujan deras. Padahal biasanya shalat lima selalu dilaksanakan warga setempat secara berjamaah.

Lantai keramik masjid tergenang air hujan karena kubah masjid berkonstruksi kayu yang dibangun pada tahun 1980-an itu terbakar pada Sabtu (28/12/2019) pagi, bersama delapan rumah toko (ruko) yang berbanjang di samping masjid tersebut. Hingga sore tadi, panitia sedang berupaya membangun peranca untuk menutupi lubang pada bekas kubah.

“Kemarin kawasan kami diguyur hujan deras dari pukul 18.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB. Karena pada bekas kubah belum sempat ditutup, sehingga lantai masjid menjadi basah diguyur hujan, akibatnya jamaah terpaksa shalat di teras masjid,” kata Sekretaris Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Taqarrub Pirak Timu, Teuku Faisal Razi, kepada Serambi, Minggu (29/12/2019).

Jamaah yang shalat di teras juga harus mencari lantai yang tidak basah. Selain itu, juga tidak terdengar kumandang azan karena pengeras suara belum sempat diperbaiki dan listrik juga belum tersambung. “Setelah hidup lampu, kemudian kami ngepel air di lantai, lalu Isya sudah mulai berjamaah lagi,” ujar Faisal.

Disebutkan pada setiap Minggu sore di masjid juga diadakan pengajian tilawah untuk anak-anak dari Desa Alue Bungkoh dan sekitarnya untuk persiapan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat kecamatan dan kabupaten. Namun pada Minggu kemarin belajar tilawah terpaksa ditiadakan. “Tapi aktivitas ibadah jamaah di masjid mulai normal,” pungkas Faisal.

Sementara itu Ketua Panitia Pembangunan Masjid Taqarrub, Tgk Ishak Ismail, juga mengatakan hal serupa. Aktivitas ibadah di masjid ia katakan sudah mulai normal, hanya saja jamaah sedikit berkurang setelah kejadian kebakaran kubah.

“Tapi untuk shalat lima waktu kembali dilaksanakan secara berjamaah. Tadi shalat Subuh sudah berjamaah lagi,” ujar Tgk Ishak.

Selain shalat lima waktu, aktivitas lain di masjid tersebut adalah pengajian pada Jumat malam dan pengajian tilawah untuk anak-anak pada hari Minggu sore. “Saat ini kami sedang mempersiapkan bagaimana supaya bisa direhab agar tidak basah saat hujan,” ujarnya.

Pihaknya mengaku sudah merencanakan untuk melakukan rehab total terhadap masjid tersebut pada 2019 dan desain gambar sudah selesai. Namun, karena tidak memiliki dana, sehingga belum bisa dimulai. “Jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk membangun masjid yang baru sekitar Rp 4 miliar lebih,” sebutnya.

Menurut Tgk Ishak, karena pembangunan baru sudah tertunda, diharapkan dengan kejadian tersebut pembangunan masjid yang baru dapat segera dimulai. “Selama ini, untuk membangun masjid sumber dananya dari sedekah atau sumbangan dari para dermawan,” ungkap Tgk Ishak.

Pihaknya berharap dengan adanya kunjungan anggota DPRK Aceh Utara dari Fraksi Partai Aceh dan sebelumnya Wakil Bupati Aceh Utara Fauzi Yusuf, pembangunan kembali masjid dapat ditangani secepatnya. “Kami sangat berharap agar pembangunan dapat segera dimulai,” kata Tgk Ishak.

Sementara itu Ketua DPRK Aceh Utara, Arafat bersama sejumlah anggota Dewan lainnya dari Fraksi PA dan dari pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Aceh juga berdiskusi dengan pengurus masjid setelah shalat Zuhur. Kunjungan tersebut untuk menyerahkan bantuan kepada korban kebakaran dan melihat kondisi masjid.

“Kita sudah koordinasi dengan pemerintah, untuk tahap awal akan dibantu pembangunan masjid tersebut dengan tanggap darurat,” kata Arafat. Karena sudah ada wacana, masjid ini akan dibangun secara permanen, untuk itu pihaknya akan mengupayakan dapat membantu pembangunan masjid dengan dana APBK tahun 2021.(jaf)