Berita Langsa
Menjadi Paru-paru Dunia, Hutan Mangrove Langsa Butuh Perhatian Lebih Serius
Hutan mangrove di Kota Langsa yang berdiri di areal 6 ribu hektare telah menjelma menjadi paru-paru dunia.
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Yusmadi
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Hutan mangrove di Kota Langsa yang berdiri di areal 6 ribu hektare telah menjelma menjadi paru-paru dunia.
Dibutuhkan perhatian lebih serius untuk terus mengembangkan sekaligus merawat hutan ini agar tetap eksis di masa depan.
Taman hutan ini mulai dibangun tahun 2013, atau setahun berselang Usman Abdullah dilantik sebagai Wali Kota Langsa.
Meski mendapat penolakan dari berbagai pihak, Toke Seuem, sapaan akrab Usman terus melanjutkan pekerjaan hingga berhasil menyelesaikan jalur pejalan kaki di tengah-tengah hutan bakau.
“Semua menolak ide saya, saya dianggap gila, tidak bermoral karena lebih mementingkan membuat jalan di hutan, daripada di kampung,” kata Usman, Senin (30/12/2019).
Ketika itu hanya satu alasan yang menguatkan tekad Usman menyelesaikan pekerjaan ini, yakni memberantas pencurian kayu bakau. Masa itu, kata Usman, setiap harinya ada seratusan perahu hilir mudik mengangkut kayu
bakau yang diambil secara ilegal.
“Saya berpikir bagaimana cara memberantas pencurian ini. Maka munculah ide membuat tempat wisata, agar tempat ini ramai otomatis pencuri tidak berani beraksi,” kata dia.
• Abdullah Puteh: Hutan Kota Langsa Kado untuk Dunia
• Kadin Langsa Mulai Impor Minuman dan Makanan dari Pelabuhan Kuala Langsa
• VIDEO - Liburan Akhir Tahun ke Pulau Weh Sabang, Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh Padat
Kesimpulan ini ternyata tidak sepenuhnya benar. Awal-awal taman hutan ini dioperasikan, masih ada beberapa pencuri yang nekat beraksi di hadapan wisatawan. Usman sendiri sempat menangkap langsung empat pencuri. Sejak aksinya menangkap pelaku itu diketahui warga, sejak itu warga juga ikut berinisiatif menangkap langsung pencuri.
“Kalau sekarang sudah tidak ada. Masyarakat sekitar juga sudah tidak terpikirkan mengambil bakau lagi, karena sudah bisa mengambil manfaat dari objek wisata hutan ini,” jelasnya.
Meski saat ini hutan mangrove sudah menjadi tempat wisata favorit, Usman masih menaruh harapan besar untuk terus mengembangkan lokasi ini.
Saat ini dia tengah membangun menara setinggi 45 meter yang akan difungsikan sebagai lokasi selfie dan untuk melihat sekeliling Kota Langsa.
“Biayanya sangat mahal. Sepuluh wali kota lagi pun masih bisa mengeksplor lokasi ini, sangat luas,” bebernya.
Seabreg gagasan yang masih terpendam ini sudah disampaikan Usman kepada Wakil Ketua Komite II DPD RI Abdullah Puteh yang secara khusus meninjau keberadaan hutan ini Minggu (29/12/2019) kemarin.
Menyadari pentingnya keberadaan hutan ini, Puteh pun berkomitmen akan membantu pengembangannya dengan melibatkan kementerian.
“Ternyata selama ini Pak Wali belum mendapat dukungan dari provinsi maupun pusat. Padahal taman ini sangat penting. Saya akan mendorong kementerian untuk mengucurkan dana ke sini agar ke depannya semakin
baik lagi kondisinya,” kata Puteh. (*)