JURNALISME WARGA

Tarik Pukat Darat di Gampong Jawa

Tarek pukat rakan lon lam buleun seupot karoeh eungkot jeunara eungkot jeunara

Editor: hasyim
zoom-inlihat foto Tarik Pukat Darat di Gampong Jawa
IST
SYAHRILl, S.Pd., M.Ag., Guru SMA Negeri 6 Banda Aceh, Anggota Lembaga Pemantau Pendidikan Aceh (LP2A), dan Pelatih Sanggar TPQ Plus Baiturrahman, melaporkan dari Banda Aceh

SYAHRILl, S.Pd., M.Ag., Guru SMA Negeri 6 Banda Aceh, Anggota  Lembaga Pemantau Pendidikan Aceh (LP2A), dan Pelatih Sanggar TPQ Plus Baiturrahman, melaporkan dari Banda Aceh

 Tarek pukat rakan lon

lam buleun seupot

karoeh eungkot jeunara

eungkot jeunara

LIMA belas tahun setelah setelah diguncang gempa dan diluluhlantakkan tsunami, Gampong Jawa, Banda Aceh, kini sudah menggeliat menjadi tempat wisata yang indah. Saya beserta keluarga sering berkunjung ke Pantai Gampong Jawa. Dulu kami sering berangkat dari rumah di Punge Jurong terus menuju Pantai Ulee Lheue dan mengambil jalan tembus hingga ke Pantai Gampong Jawa. Karena jalan tembus sudah mulai rusak terkadang berdebu dan mulai macet pada pukul 18.00 WIB, kami akhirnya memilih jalan lewat Keudah, Peulanggahan, dan terus ke Gampong Jawa.

Dalam perjalanan di bagian sebelah kiri jalan tampak perumahan untuk korban tsunami yang tersusun rapi. Sedangkan di bagian sebelah kanan jalan langsung terlihat  Krueng (Sungai) Aceh yang ujungnya bermuara ke laut di Gampong Jawa. Tampak perahu nelayan dalam berbagai ukuran tertambat di tepian  Krueng Aceh dengan rapi.

Setiba di Pantai Gampong Jawa sekitar pukul 17.30 WIB. Kami langsung memarkir kendaraan dan mengambil tempat duduk di dekat pasir laut. Selain kami, para wisatawan yang datang ke sini ada yang memilih duduk di atas batu penahan ombak tepi pantai. Di pinggir pantai seberang jalan sudah ada beberapa warga yang menjual aneka makanan dan minuman ringan yang akan dijual untuk para pelancong. Sambil menikmati pemandangan yang indah dengan cuaca cerah. Di depan kami tampaklah sejumlah nelayan sedang melakukan aktivitas tarik pukat yang dilakukan oleh nelayan Gampong Jawa, Banda Aceh yang menjadi salah satu daya tarik wisata pantai itu. Menurut informasi dari masyarakat setempat, puluhan hingga ratusan wisatawan lokal maupun nasional mendatangi Pantai Gampong Jawa. Mereka secara khusus menyaksikan secara langsung aktivas  yang dilakukan nelayan di sana.

Di Pantai Gampong Jawa itu sendiri, kegiatan tarik pukat rutin dilakukan warga kampung setempat. Ternyata  potensi ini telah dikembangkan oleh Pemko Banda Aceh menjadi daya tarik wisata Kota Gemilang. Oleh sebab itulah pantai tersebut sangat ramai dikujungi setiap hari. Semua warga yang hadir tidak hanya menyaksikan, beberapa dari warga yang datang mencoba merekam kegiatan para nelayan yang sedang menarik pukat menggunakan ponsel pintar, ada yang berselfie ria pokoknya seru. Namun, yang sangat disayangkan di beberapa sudut pantai kini dipenuhi sampah botol air dalam kemasan, botol-botol minuman ringan lain, plastik, kayu, dan sampah lainnya. Hal ini, menurut, saya bisa mengurangi keindahan alam di pantai ini. Hal ini harus segera ditangani. Apalagi pantai ini sangat dekat dengan tempat pembuangan akhir Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Gampong Jawa yang sudah mulai menggunung bila dilihat dari kejauhan.

Saya mengarahkan pandangan saya ke arah pantai, tampaklah seorang nelayan berada di atas perahu yang berukuran kecil sedang memegang pukat. Sepertinya beliaulah pawang/pemimpin.  Lalu, di belakang sebelah kiri beliau berdiri lima nelayan di dalam air hingga ke daratan. Nelayan keenam terakhir bertugas menggulung jaring. Setelah itu ia berjalan menuju laut berdiri paling depan sambil memegang pukat. Begitu juga di sebelah kanan pawang, berdiri lima nelayan di dalam air hingga ke daratan sambil menarik pukat. Nelayan keenam atau yang terakhir bertugas menggulung jaring, lalu menuju ke pantai untuk membantu menarik pukat. Begitulah seterusnya sampai aktivitas mereka selesai. Luar biasa kerja mereka sangat semangat dan penuh kekompakan. Sesekali para nelayan bergurau dengan sesama nelayan mungkin untuk menghilangkan kelelahan. Jarum jam menunjukkan pukul 18.00 WIB, ikan sudah mulai banyak kelihatan dengan berbagai ukuran dan jenis. Ada ikan jeunara (gembung), teri, ikan sebelah mata, kerong-kerong, pari, merah mata, ikan beledang, dan ikan-ikan lainnya.

Kami melihat, semakin pukatnya hampir habis ditarik ke darat, ikan-ikannya semakin banyak. Setelah habis pukat ditarik mereka membilas dengan air laut agar terlihat bersih sebelum digulung. Seluruh ikan-ikan hasil tangkapan dikumpulkan lalu dituang ke dalam beberapa keranjang dan diangkat ke darat. Tampaklah para pembeli yang sudah menunggu sejak sore menyerbu para nelayan untuk membeli hasil tangkapan ikan segar termasuk saya yang memang kepingin melihat dan membeli ikan segar. dengan harga terjangkau.

Bila ditelusuri lebih jauh, ternyata kegiatan tarek (tarik) pukat, merupakan tradisi menangkap ikan yang legal dan telah dilaksanakan sejak masa Kesultanan Aceh. Warisan abad ke-16 ini telah dilakoni di hampir seluruh pesisir Aceh. Pawang atau pemimpin para nelayan bertindak membawa ujung jaring ke tengah laut dengan sebuah perahu, sedangkan belasan nelayan yang lain berbagi posisi secara beriringan. Saat menarik pukat, para nelayan itu berdiri berderetan, tali dililit di pinggang berkait tali pukat panjang yang menjulur masuk ke laut. Secara perlahan, jaring yang telah ditambat agak jauh di laut itu ditarik secara berirama, agar bebannya menjadi lebih ringan. Pada jaring itulah ikan-ikan terkumpul akan terseret hingga ke pantai.

Setiap harinya, aktivitas nelayan menarik pukat dari laut tersebut menjadi daya tarik wisata di Gampong Jawa. Setiap kali kami pergi ke Pantai Gampong Jawa dengan hari yang berbeda-beda, jumlah warga yang berdatangan untuk menyaksikannya aktivitas para nelayan yang tidak sekadar mencari nafkah, tapi juga merawat tradisi tetap ramai.

Warga yang memadati Pantai Gampong Jawa di sore hari tidak hanya sekadar menikmati aktivitas nelayan menarik pukat, mereka juga bisa menyaksikan matahari terbenam. Pengunjung juga dapat secara aman bermain bersama keluarga di bibir pantai. Sikap para nelayan ramah kepada pengunjung. Mereka tetap berbicara dengan kita walaupun mereka sedang mengumpulkan ikan yang terperangkap di jaring.

Setelah membeli ikan segar, tiba saatnya untuk menyaksikan panorama yang sangat indah yaitu matahari terbenam sunset yang tak kalah sensasinya dengan para nelayan menarik pukat darat untuk mencari ikan. Keindahan pantai itu begitu terasa, matahari berukuran besar dengan warna agak jingga seolah-olah ingin bersembunyi di balik gunung. Subhanallah, Mahasuci Allah yang telah menciptakan pemandangan alam yang luar biasa. Lalu, saya melihat beberapa ekor burung camar laut terbang berputar-putar di atas pantai lalu terbang menjauh seolah-olah hendak beristirahat. Angin dingin mulai berembus terasa sejuk di badan.

Dari jauh terdengar suara qari sedang membaca ayat suci Alquran dengan sangat merdu, pertanda waktu shalat Magrib segera tiba. Kami pun bergegas pulang ke rumah.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved