Jurnalisme Warga

Cristy dan Relawan Sampah Kota Gemilang

LANTUNANA selawat dan zikir diikuti sahutan jamaah bergemuruh di Lapangan Blang Padang pada pengujung tahun 2019

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Cristy dan Relawan Sampah Kota Gemilang
IST
CUT DELLA RAZAQNA, Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe), Relawan Sahabat Hijau, dan Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris Semester V UIN Ar-Raniry, melaporkan dari Banda Aceh

OLEH CUT DELLA RAZAQNA, Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe), Relawan Sahabat Hijau, dan Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris Semester V UIN Ar-Raniry, melaporkan dari Banda Aceh

LANTUNANA selawat dan zikir diikuti sahutan jamaah bergemuruh di Lapangan Blang Padang pada pengujung tahun 2019. Hampir seluruh hadirin mengenakan pakaian putih saat mengikuti serangkaian acara Zikir Akbar Gemilang Banda Aceh pada malam itu.

 Di pintu masuk, panitia tampak membagikan kue kotak kepada jamaah yang baru hadir. Ada ribuan kotak berisikan air mineral kemasan di dalamnya. Sementara di sisi lain, relawan lingkungan yang terdiri atas beberapa komunitas memberi edukasi agar masyarakat tidak meninggalkan sampah di tempat duduknya.

Para relawan ini juga telah menyediakan masing-masing tiga plastik untuk jenis sampah berbeda di sejumlah tiang tenda dan membuka dua posko patroli sampah. Beberapa di antara mereka bersiap di posko untuk memilah, sedangkan relawan lainnya berpatroli keliling area kegiatan.

Di antara sejumlah relawan, seorang gadis bermata sipit dengan rambut sebahu tampak sibuk memilah sampah di sisi kiri posko dekat saf  jamaah wanita. Ia menerima kantong kresek biru dari relawan lain dan mengeluarkan isinya, lalu memasukkan ke dalam tong berbeda-beda sesuai jenis sampah.

Berkali-kali ia tersenyum dan tergelak oleh canda rekan-rekan relawan lainnya. Ia seperti tanpa beban. Padahal, orang-orang yang hadir malam itu 100 persen muslim, kecuali dirinya.

"Enggak apa-apa, aku kan niatnya untuk jaga lingkungan, enggak masalah ini acara orang muslim," kata Cristy, seorang relawan nonmuslim yang ikut membersihkan sampah acara zikir malam itu.

Gadis bernama lengkap Cristy Sisillia ini sudah menjadi relawan lingkungan sejak April 2019. Cristy bergabung dalam komunitas Sahabat Hijau yang aktif menggelar kegiatan Less Waste Event (LWE) dalam berbagai acara besar di Kota Banda Aceh.

Ia bercerita, saat itu melihat komunitas lingkungan yang memberi edukasi tentang pemilahan sampah di area Car Free Day, lalu ia tertarik dan meminta bergabung menjadi relawan. Disambut baik, mulai hari itu ia ikut menyuarakan isu-isu lingkungan.

Gerimis tak menghentikan kerjanya. Lirikan mata-mata jamaah terhadapnya juga dianggap biasa saja. Toh ia  berniat baik di sana, ingin berkontribusi dalam menjaga kebersihan lingkungan area kegiatan.

Beberapa orang bertanya, atas dasar apa ia hadir di acara ini. Dengan rendah hati ia hanya menjawab bahwa apa yang ia lakukan adalah kewajibannya sebagai relawan. Cristy tidak merasa terganggu dengan suara-suara zikir, selawat, ceramah agama, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan Islam.

Ia bersikap biasa saja. Dengan dilengkapi sarung tangan dan masker, ia terus memisahkan sampah kotak kue, kemasan air mineral, dan sisa makanan.

Malam itu Cristy tidak mengenakan penutup kepala, sehingga keberadaannya tampak mencolok di antara jamaah. Untuk menghindari perhatian orang, kemudian ia ditugaskan menjaga posko patroli sampah bersama beberapa relawan lain, tak boleh berjalan keliling area zikir.

Sebelum menjadi relawan LWE di Zikir Akbar Gemilang, Cristy rutin hadir dalam mengawal sampah di beberapa acara lainnya seperti Banda Aceh Coffee Fest, Internasional Food Festival, dan beberapa kegiatan besar lainnya dalam kota. Ia bergabung pada komunitas Sahabat Hijau bersama seorang sahabat bernama Kevin. Mereka berdua adalah nonmuslim, namun tetap setia menjaga kebersihan lingkungan di area kaum muslim.

Prinsip mereka, acara besar bukan berarti meninggalkan sampah dalam jumlah besar. Dengan dikumpulkan di tong sampah, beban petugas kebersihan akan berkurang. Dengan dipilah, beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah juga semakin sedikit. Ini karena sampah-sampah yang sudah dipisahkan berdasarkan jenisnya akan dibawa ke bank sampah untuk diolah kembali.

Cristy mengatakan bahwa ia merasa senang menjadi bagian dari relawan LWE. Terlebih, para relawan di sini tak pernah membeda-bedakannya meski beda agama. Ia berharap, Banda Aceh bisa bersih dan tak ada sampah yang berserakan. Tentu ini  akan membuat nyaman setiap mata yang melihat.

Kepala Subbagian Program Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Keindahan Kota (DLHK3) Banda Aceh, Yusrida Anita mengatakan, Christy merupakan relawan yang penuh semangat dan selalu hadir hampir di semua kegiatan LWE. Tak masalah datang ke zikir akbar jika niatnya murni untuk membantu. Hanya saja, ia mengaku lupa mengingatkan Cristy untuk berkerudung, sehingga ia harus menetap di posko.

"Kita mempersilakan siapa saja, tidak membedakan agama, selama niat dia positif untuk kebaikan Kota Banda Aceh," kata Yusrida.

Yusrida yang turut serta dalam kegiatan LWE Zikir Akbar Gemilang menambahkan, mengumpulkan sampah dengan cara dipilah dapat mengurangi jumlah sampah sekitar 70% dibanding hanya membuangnya langsung tanpa dipisahkan. Ini akan berdampak baik pada TPA.

Yusrida berharap, pihaknya dan para relawan dapat memengaruhi panitia untuk acara ke depannya agar tidak mengemas makanan dengan kotak, sehingga jumlah sampah yang dihasilkan pun berkurang.

Less Waste Event  merupakan kegiatan rutin komunitas Sahabat Hijau yang bermitra dengan Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Keindahan Kota (DLHK3) Banda Aceh dalam mengawal jumlah sampah. Untuk menjaga kebersihan area Zikir Akbar Gemilang, komunitas ini berkolaborasi dengan para pegiat lingkungan lainnya seperti Zero Waste Pioneer, Pemberdayaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) MAN Model Banda Aceh, dan Generasi Baru Indonesia (GenBI) Aceh. Total ada sekitar 50 relawan yang turun untuk patroli sampah.

Kegiatan ini bertujuan untuk membangun budaya hidup bersih dan memengaruhi orang-orang agar bertanggung jawab terhadap sampahnya masing-masing. Relawannya beragam, mulai dari anak sekolah, mahasiswa, hingga yang sudah kerja. Ini murni panggilan hati, karena tidak ada bayaran sama sekali.

Beruntung DLHK3 membiayai peralatan dan bahan kegiatan seperti masker, sarung tangan, perlengkapan tong sampah. Namun, keterbatasan dana juga mendorong Sahabat Hijau juga mengajukan proposal ke beberapa pihak lainnya.

Melalui kegiatan mulia ini, Sahabat Hijau berharap Kota Banda Aceh dapat menjadi contoh untuk daerah lain tentang pengelolaan sampah dan bagaimana warga secara sukarela berkontribusi dalam menjaga kebersihan kota tempat ia bermukim.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved