Berita Subulussalam

Anggota DPR Aceh Harapkan Jalan Muara Situlen-Gelombang Tuntas Tahun Ini

Hal itu disampaikan anggota DPR Aceh Dapil IX Asmidar, S.Pd kepada Serambinews.com, Jumat (17/1/2020).

Penulis: Khalidin | Editor: Yusmadi
For Serambinews.com
Anggota DPR Aceh Dapil IX Asmidar, S.Pd 

Asmidar pun berharap agar kedepan plot anggaran tersebut diperbesar sehingga proses pengerjaannya bisa berjalan dengan cepat.

Sebelumnya, sebanyak 23 anggota DPRK Aceh Tenggara, Senin (13/1/2020) berkunjung ke Kota Subulussalam untuk bertemu anggota dewan setempat.

Kunjungan para wakil rakyat asal Tanah Sepakat Segenep ini berlangsung di Gedung DPRK Subulussalam.

Dalam kunjungan itu para wakil rakyat kedua daerah sepakat untuk bersama-sama memperjuangkan ruas jalan Gelombang-Muara Situlen, Aceh Tenggara. Lembaga parlemen ini sepakat berjuang agar jalur tembus dapat dibuka secepat mungkin.

"Kami baru saja menerima kunjungan anggota DPRK Aceh Tenggara ke DPRK Subulussalam," kata Abdurrahmansyah Ujung, sekretaris DPRK Subulussalam, Senin (13/1/2020).

Abdul menyampaikan kedatangan para wakil rakyat asal Aceh Tenggara diterima Ketua DPRK Subulussalam Ade Fadly Pranata Bintang.

Ketua DPRK Ade Fadly menyatakan secara letak Geografis Kota Subulussalam berbatasan langsung dengan Aceh Tenggara, namun untuk menuju ke Kutacane harus melintasi tiga kabupaten yang menempuh waktu perjalanan darat sampai lima jam.

Fadly menambahkan bahwa DPRK Subulussalam dan DPRK Aceh Tenggara akan membentuk tim bersama demi membahas dan mencari jalan keluar guna terwujudnya Jalan lintas Gelombang-Muara Situlen.

Anggota DPRK Aceh Tenggara Tomi, S.Kep, Kota Subulussalam dan Aceh Tenggara berada dan berbatasan dengan zona inti Taman Nasional Gunung Lauser sehingga sering terjadi konflik antara masyarakat yang ingin bercocok tanam dengan Badan Koservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

"Bahwasanya Kota Subulussalam dan Aceh Tenggara dan lima Kabupaten lainnya masuk pada zona inti Taman Nasional Gunung Lauser dan di Aceh Tenggara masyarakat yang ingin bercocok tanam masih dihantui konflik, kami rasa perlu kita cari solusi yang baik sehingga petani kita tidak merasa terancam,” kata Tomi. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved