Breaking News

Muslim Uighur

Human Rights Watch Sorot Kondisi Muslim Uighur di Cina, ‘Mereka Alami Mimpi Buruk’

Human Rights Watch menyebut kondisi yang dialami oleh Muslim Uighur sebagai “mimpi buruk”.

Editor: Zaenal
ANADOLU AGENCY/UGUR SUBASI
Kelompok Muslim Uighur yang terdiri dari 18 orang datang dari Istanbul ke Ankara untuk menarik perhatian masyarakat internasional terhadap aksi pelanggaran hak asasi manusia terhadap orang-orang Uighur, di China. 

SERAMBINEWS.COM - Kelompok advokasi yang bermarkas di New York, Human Rights Watch (HRW), mengecam kondisi yang dialami warga Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Cina barat laut.

Demikian salah satu butir laporan tahunan tentang pelanggaran yang dilakukan di seluruh dunia yang diterbitkan Human Rights Watch, Selasa (14/1/2020).

Dikutip Serambinews.com dari Anadolu Agency, Human Rights Watch menyebut kondisi yang dialami oleh Muslim Uighur sebagai “mimpi buruk”.

Direktur eksekutif Human Rights Watch, Kenneth Roth, menggambarkan serangkaian kekejaman yang dilakukan oleh Beijing terhadap anggota kelompok Muslim Turki di wilayah Xinjiang, China barat jauh, serta perambahan serius oleh pihak berwenang atas kebebasan terbatas Hong Kong.

"Beijing telah lama menekan kritik domestik," kata Roth.

“Sekarang pemerintah Cina sedang mencoba memperluas sensor itu ke seluruh dunia. Untuk melindungi masa depan semua orang, pemerintah perlu bertindak bersama untuk menentang serangan Beijing terhadap sistem hak asasi manusia internasional."

Kesaksian Reyep Ahmet, Ketua Asosiasi Uighur Jepang: Kelakuan China Terhadap Uighur Seperti Nazi

Cuitan Mesut Ozil Soal Muslim Uighur Berbuntut Panjang, China Hilangkan Mesut Oezil di Game PES 2020

Media Asing Ungkap Alasan Ormas Islam Indonesia Bungkam Atas Pelanggaran HAM Muslim Uighur China

Roth berbicara dengan wartawan di New York pada hari Selasa setelah ditolak masuk ke Hong Kong pada hari Minggu.

Dia dijadwalkan untuk meluncurkan laporan yang mencakup pelanggaran di seluruh dunia, tetapi berfokus pada orang-orang yang mengalami tekanan oleh otoritas China.

Para pakar dan juru kampanye PBB mengatakan bahwa sekitar 1 juta warga Uighur dan minoritas lainnya, sebagian besar Muslim, telah dikurung di Xinjiang.

Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan lainnya, telah berulangkali menyampaikan protes terhadap tindakan China ini.

Namun, Pemerintah China berulang kali mengatakan kamp-kampnya menawarkan pendidikan dan pelatihan sukarela untuk membantu memberantas ekstremisme.

Menurut Roth, tindakan keras Beijing terhadap warga Uighur dan pengunjuk rasa di Hong Kong dimungkinkan oleh pembangunan "negara pengintai yang luas".

Eks Kombatan GAM Tripoli Meninggal Dunia di Malaysia, Mualem dan Tokoh Aceh Bertakziah

Ayatollah Ali Khamenei Pemimpin Tertinggi Iran Pimpin Shalat Jumat Pertama Kalinya dalam 8 Tahun

FPI Tidak Terdaftar karena Izin SKT Tak Terbit, Kemendagri Sebut karena Tak Sesuai Asas Pancasila

Ia mendesak para pemimpin asing dan organisasi internasional untuk lebih menekan pemerintah China.

"Kecuali jika kita ingin kembali ke era di mana orang digadaikan untuk dimanipulasi atau dibuang sesuai dengan keinginan tuannya, kita harus menahan serangan Beijing terhadap hak-hak kami," kata Roth.

"Dekade kemajuan hak, dan masa depan kita, dipertaruhkan," lanjut dia.

Dalam World Report 2020 setebal 652 halaman, Human Rights Watch mengulas praktik-praktik hak asasi manusia di sekitar 100 negara.

Para peneliti juga membidik aksi pasukan Suriah dan Rusia yang bertempur di Suriah dan serangan koalisi pimpinan Saudi terhadap warga sipil di Yaman.(Anadolu Agency)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved