Cordelia Rahmatullah, Penyuka Kopi yang Jadi Barista
Profesi sebagai barista--sebutan untuk seseorang yang pekerjaannya membuat dan menyajikan kopi kepada pelanggan--kini tak hanya dilakoni
Profesi sebagai barista--sebutan untuk seseorang yang pekerjaannya membuat dan menyajikan kopi kepada pelanggan--kini tak hanya dilakoni oleh laki-laki saja. Buktinya, beberapa coffee shop (kedai/warung kopi) ada yang mempekerjakan kaum Hawa sebagai barista. Satu dari beberapa perempuan yang menjadi barista adalah Cordelia Rahmatullah (27). Gadis manis ini beprofesi sebagai barista pada salah satu coffee shop di Banda Aceh. Profesi tersebut sudah empat tahun dijalani oleh perempuan yang akrab disapa Adel, ini.
Berawal dari sering mencicipi rasa kopi saat bekerja di bagian dapur pada salah satu coffee shop di Banda Aceh, Adel akhirnya ‘jatuh hati’ pada kopi dan tertarik untuk mempelajarinya. Ia pun tak segan-segan untuk bertanya kepada teman-temannya yang terlebih dulu menjadi seorang barista.
“Awal ketertarikan saya pada kopi, ternyata rasa kopi itu unik. Berawal dari situ, lalu saya tertarik ingin coba belajar membuat atau meracik kopi, di samping saya juga suka kopi,” kata gadis kelahiran Banda Aceh, 13 November 1992, ini kepada Serambi, Jumat (24/1/2020) pekan lalu.
Setelah mempelajarinya, Adel memutuskan untuk fokus pada kopi dengan menjadi barista. Menjadi barista, menurutnya, tentu harus mengetahui menu-menu dasar dari kopi tersebut seperti espresso, cappuccino, dan sanger yang merupakan minuman khas Aceh. Disamping itu, sambung Adel, barista juga harus mampu menjelaskan kepada konsumen terkait kopi yang dibuatnya bila ada yang bertanya. “Jadi, tak hanya sekedar membuat kopi,” ujarnya.
Terkait proses pembuatan kopi, Adel mengungkapkan, dalam hal ini seorang barista juga harus bisa bermain dengan logika. “Sepertinya, ilmu yang kita pelajari dulu di bangku sekolah (kimia, fisika, dan matematika) masuk semua berbaur saat kita membuat kopi. Ternyata, membuat kopi itu enggak hanya airnya saja yang harus panas, tapi lebih rumit lagi dari itu. Kita seperti harus main logika, kimianya juga, sama seperti memasak,” timpal Adel yang sudah memperoleh sertifikasi profesi barista sejak Maret 2018 lalu.
Adel juga kerap memperkenalkan tentang kopi kepada pelanggannya. Misalnya, ada kopi tanpa gula yang juga nikmat untuk diminum. Selain itu, lanjut Adek, kalau perut dalam keadaan kosong belum terisi makanan, maka tidak disarankan untuk minum kopi apapun baik itu robusta atau arabika. “Perlu juga diperhatikan fisik kita dulu sebelum minum kopi, cocok tidak kopinya sama kita dan pola minumnya jam berapa,” rincinya.
Dikatakan, kopi arabika lebih rendah kafeinnya dibanding robusta. Sehingga, kopi arabika biasanya lebih aman dan disarankan untuk dikonsumsi bagi yang mempunyai sakit lambung. Justru itu yang disarankan dan dikonsumsinya tanpa gula, karena ketika kopi dicampur dengan gula ada zat-zat tertentu yang ditimbulkan. “Sebaiknya kopi diminum tanpa gula, karena sudah ada rasa manisnya tersendiri,” kata Adel yang juga penyuka ristretto, cappuccino, dan manual brewing ini.
Adel yang juga tergabung dalam Komunitas Aceh Gayo Manual Brewing ini pernah meraih juara ketiga pada event V60 Battle Brewing pada Maret 2017. Saat itu, Adel merupakan satu-satunya barista perempuan yang mengikuti lomba tersebut dan berhasil memperoleh juara. (mawaddatul husna)