Virus Corona Serang China
Para Ilmuwan Tegaskan Virus Corona Bukan Rekayasa Genetika, Ini Alasannya
menurut seorang ilmuwan, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa virus corona direkayasa secara genetik di laboratorium
Laporan Yeni Hardika | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Seorang ilmuan dari pusat penelitian kanker di Seattle, Washington, Dr. Trevor Bedford, menegaskan bahwa virus corona bukan rekayasa genetika dari laboratorium.
Dilansir dari Dailymail.co.uk, menurut seorang ilmuwan, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa virus corona direkayasa secara genetik di laboratorium.
Para ilmuwan yang telah mempelajari struktur virus secara rinci mengatakan bahwa tidak ada hal yang menunjukkan bahwa virus itu telah diedit oleh manusia atau mesin.
“there’s no evidence whatsoever of genetic engineering that we can find.”
Demikian yang diucapkan oleh Dr. Bedford kepada Financial Times dalam pertemuan American Association for the Advancement of Science (AAAS) di Seattle, dikutip dari Dailymail.co.uk, Sabtu (15/2/2020).
• Makanan Ekstrem di China, Daging Babi Digantung Selama 30 Tahun , Harganya Capai Rp 2 Miliar
Dia menjelaskan bahwa, dari bukti yang mereka miliki, mutasi virus tersebut sepenuhnya konsisten dengan evolusi alami.
Virus akan bermutasi secara alami seiring waktu, ketika virus itu bersentuhan dengan lebih banyak hal yang dapat membunuh mereka.
Untuk bertahan hidup, virus akan beradaptasi dan berubah.
Dengan demikian, mereka akan lebih sulit untuk diobati atau dihentikan.
Dr. Bedford juga menambahkan, mutasi yang terlihat dalam virus penyebab penyakit COVID-19 ini tampaknya bukan sesuatu yang abnormal.
Virus ini pun sedang diteliti dengan cermat oleh para ilmuwan diseluruh dunia.
• Foto Satelit Sempat Merekam Kota asal Virus Corona, Wuhan Merah Menyala, Ini Kata Para Ilmuwan
Isu yang sempat menyebar secara online sebelumnya, mengklaim bahwa virus corona yang sudah mematikan 1500 lebih jiwa ini, merupakan senjata biologis yang dilepaskan secara tidak sengaja.
Isu ini pun diperkuat dengan adanya pengakuan bahwa negara China menjalankan laboratorium virus rahasia di Kota Wuhan yang merupakan kota pusat wabah.
Akan tetapi, seorang ahli dari Universitas Rutgers, Dr. Richard Ebright mengatakan kepada Dailymail.co.uk, bahwa tidak ada alasan untuk mencurigai laboratorium tersebut bersalah.