Berita Pidie Jaya

Puluhan Pedagang Jajanan Anak Sekolah di Pidie Jaya Datangi DPRK, Ini Tujuannya

"Kami selama ini kewalahan, lantaran tidak dibenarkan lagi berjualan di sekolah atau madrasah. Mulai dari tingkat dasar hingga menengah."

Penulis: Abdullah Gani | Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS.COM/ABDULLAH GANI:
Puluhan pedagang jajanan keliling sekolah/ marasah di Pidie Jaya, Senin (24/2/2020) jelang siang mendatangi DPRK, mempertanyakan alasan mereka tak lagi dibenarkan berjualan di sekolah/ madrasah. 

"Kami selama ini kewalahan, lantaran tidak dibenarkan lagi berjualan di sekolah atau madrasah. Mulai dari tingkat dasar hingga menengah (SD/MI dan SMP/MTs)," lapor Fauzi.

Laporan Abdullah Gani | Pidie Jaya

SERAMBINEWS,COM.MEUREUDU - Sekitar 25 orang pedagang jajanan anak sekolah lengkap dengan gerobak dan barang dagangannya, Senin (24/2/2020) menjelang siang mendatangi DPRK Pijay di Cot Trieng Meureudu.

Mereka berdelegasi ke sana , kata beberapa pedagang kepada Serambinews.com secara terpisah, bermaksud untuk menemui wakil rakyat.

Menyusul adanya larangan dari pendidik atau guru, untuk tidak lagi berjualan di sekolah atau madrasah.

Alasannya, sekolah atau madrasah (SD/MI, SMP/MTs) sudah memiliki kantin sehat.

Sehingga pedagang tidak lagi dibenarkan berjualan di lingkungan sekolah/ madrasah.

Kedatangan para pedagang dengan tertib disambut baik oleh Sekretaris Dewan (Sekwan), Abubakar SSos dan beberapa wakil rakyat.

VIDEO - Perusahaan Daerah Aceh Utara Bongkar Pasar Keude Geudong

Antara lain, Mahlil dan Muhammad atau lebih akrab dipanggil Cek Mat.

Kepada wakil rakyat, pedagang melaporkan bahwa, selama ini hampir semua sekolah/ madrasah sudah diawasi supaya tak ada lagi yang berjualan.

Seperti dilaporkan Jafaruddin dan Fauzi, dua dari perwakilan pedagang jajanan keliling yang diizinkan menemui anggota dewan.

Untuk menyampaikan uneg-unegnya, terkait dengan persoalan yang mereka alami dalam mencari rezeki.

"Kami selama ini kewalahan, lantaran tidak dibenarkan lagi berjualan di sekolah atau madrasah. Mulai dari tingkat dasar hingga menengah (SD/MI dan SMP/MTs)," lapor Fauzi.

Padahal, lanjut Fauzi, sehari-hari hanya dari situlah ia bersama puluhan rekannya mencari rezeki untuk menghidupi anggota keluarganya.

Pendapatan yang didapat pun terkadang sangat minim atau sekadar beli sebambu beras dan setumpuk ikan.

Maklum, yang dijualnya hanya barang jajanan untuk anak-anak sekolah.

Antara lain somai, es krim, escino, sosis, rujak, serta beragam jenis buah-buahan.

Dalam kondisi demikian, sambung rekannya Jafaruddin, selama ini omzet penjualan menurun drastis karena sepi dari anak-anak.

Padahal, biasanya setiap jam istirahat mereka berkerumun untuk membeli.

Dinkes Kota Langsa Fasilitasi Rujukan Diduga Penderita Kaki Gajah Ke RSUZA Banda Aceh

"Maunya, mereka terus berjualan di kantin dan kami pun diberikan kebebasan berjualan. Jangan seperti selama ini kami dienyahkan dari sekolah. Sedihnya, ada sekolah/ madrasah yang sengaja melapisi pagar sekolah dengan kawat bronjong. Tujuannya, agar anak-anak tak bisa beli di luar," ujar Jafar.

Persoalan yang disampaikan pedagang, ditanggapi baik oleh Sekwan dan anggota DPRK setempat.

Hanya saja, karena Ketua DPRK dan Ketua Komisi B saat itu tak ada di tempat.

Sehingga pedagang diminta agar, Selasa (25/2/2020) kembali mendatangi DPR untuk duduk bersama mencari solusi terbaik.

"Harapan bapak dan abang-abang dari pedagang kami tampung serta kami hargai sekaligus terima kasih banyak. Tapi karena Pak Ketua serta Ketua Komisi B tak ada ditempat, maka dimohon Selasa (25/2/202) besok tolong balik lagi ke sini," ujar  Sekwan, Abubakar.

DPRK pun akan memanggil kadis terkait, untuk bermusyawarah mencari solusi terbaik. (*) 

Polres Lhokseumawe Proses Kasus Anak Palu Ayah Kandungnya, Begini Kejadiannya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved