Suami Istri Profesor

Tetesan Air Mata Warnai Pengukuhan Gelar Profesor untuk Pasangan Suami Istri di Kampus Unsyiah

Karena untuk pertama kalinya dalam 58 tahun usia Kampus Unsyiah sebagai 'Jantong Hatee Rakyat Aceh', ada dua dosen berstatus suami istri yang dikukuhk

Editor: Ansari Hasyim
For serambinews.com
Prof Dr Khairul Munadi dan istrinya, Prof Dr Fitri Arnia 

Ayah dan ibunya bertugas sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di pulau wisata itu.

Dari pulau terluar di bagian barat Indonesia itu Khairul Munadi yang sering disapa KM, tumbuh menjadi remaja yang sangat tertarik dengan dunia pendidikan.

Kedua orang tuanya yang berprofesi guru amat menginspirasi KM muda, yakni ayahanda almarhum Drs Anwar Hamzah dan ibunda Mariani, untuk tumbuh menjadi sosok pembelajar yang tekun, tanpa pernah putus asa.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup dan pendidikan bagi anak-anaknya, ayah KM berkebun cengkih (lawang) di Sabang.

Hebatnya lagi, sang ayah, tidak hanya berjuang menyiapkan dana pendidikan untuk KM dan adik-adiknya, tetapi juga gigih menyelesaikan sekolahnya sendiri di Universitas Terbuka (UT), meski di usia yang tak lagi muda.

Ayah KM tercatat sebagai mahasiswa angkatan pertama UT yang lulus sarjana di Kota Sabang pada tahun 1991.

Sedangkan sang ibu adalah pelita kasih sayang, mata air doa yang tak pernah putus, dan teladan kesabaran dalam menjalani kehidupan.

Semangat sang ayah dan teladan sang ibu inilah yang menapasi KM menapaki profesi sebagai akademisi ketika dewasa.

Cita-citanya untuk menjadi akademisi sangat terjaga.

Setelah lulus sarjana di tahun 1996 dari Teknik Elektro ITS Surabaya, KM sempat bekerja di beberapa perusahaan asing dengan gaji dan posisi yg relatif lumayan.

Ia pernah bekerja di PT Freeport McMoRan Indonesia di Tembagapura, lalu sebagai System Engineer di Alcatel Telspace di Jakarta, dan kemudian menjadi Regional Manager di PT Alcatel Enkomindo Jakarta, hingga tahun 1999.

Tapi semua posisi itu ia tinggalkan, karena kuatnya dorongan cita-cita untuk menjadi seorang akademisi.

Dorongan ini memuncak ketika ia aktif menjadi dosen terbang di Jurusan Teknik Elektro FT Unsyiah pada tahun 1998.

Setiap akhir pekan kala itu, ia tempuh perjalanan Medan-Banda Aceh untuk mengisi kuliah di kampus, di sela-sela tugasnya menjadi manajer di Medan.

Bagi banyak orang, keputusan KM saat itu mungkin tergolong gila.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved