Luar Negeri

Sudah 32 Orang Tewas Kerusuhan di New Delhi, Mohammad Zubair: Saya Dipukul Sampai Darah Mengucur

Meskipun kekerasan mulai berkurang, terdapat laporan kekerasan yang terjadi secara sporadis di wilayah rawan hingga malam dan situasi tetap tegang.

Editor: Faisal Zamzami

Kerusuhan itu dipicu oleh Undang-Undang di India terkait kewarganegaraan anti-muslim banyak dikritik dan dianggap sebagai diskriminasi terhadap umat Islam.

Umat Hindu dan Muslim saling berkelahi (adu kekerasan) selama berjam-jam, memukul dengan benda keras, melempar batu dan bom bensin primitif yang menyebabkan kebakaran di beberapa titik.

Di Twitter, penulis sekaligus kolumnis asal Kuwait, Prof. Abdullah al-Shayji mengunggah video perusakan simbol masjid yang terjadi pada kerusuhan India kemarin Rabu (25/02/2020).

Di dalam keterangan yang diunggahnnya, Prof. Abdullah al-Shayji mengungkapkan kemarahannya.

Dia kurang lebih menulis, "Pemerintah Modi yang rasis melakukan perlindungan yang mendorong kawanan ekstremis Hindu untuk mengintimidasi, menyerang, membunuh umat Islam dan bahkan membakar, menodai dan menghancurkan masjid.

Sementara itu, Trump dalam kunjungannya hanya mengklaim bahwa itu semua urusan internal pemerintah India."

Minoritas agama yang dianiaya dan berasal dari komunitas Hindu, Sikh, atau Kristen berhak mendapatkan kewarganegaraan.

Tetapi mereka yang beragama Islam tidak bisa memiliki keuntungan yang sama.

Sementara itu, Partai Nasionalis Hindu dari Perdana Menteri Narendra Modi Bharatiya Janata (BJP) mengatakan undang-undang kewarganegaraan baru diperlukan untuk melindungi minoritas yang dianiaya dari Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan, dan menyangkal adanya bias terhadap Muslim India.

Kerusuhan di India. (AFP)(AFP)
Kerusuhan di India. (AFP)

Sampai Kamis (27/02), sekitar 32 orang tewas dalam aksi kerusuhan di New Delhi.

Kekerasan sporadis terjadi di sejumlah kawasan di New Delhi, India saat kelompok-kelompok geng turun ke jalan-jalan di ibu kota India itu.

Kekerasan sektarian tersebut merupakan rangkaian kekerasan terbaru terkait UU kewarganegaraan yang telah memicu aksi-aksi demo selama berbulan-bulan.

Sunil Kumar, direktur Rumah Sakit Guru Teg Bahadur (GTB) menyatakan pada Kamis (27/2/2020), rumah sakit tersebut mencatat 30 kematian.

Dokter kepala di Rumah Sakit Lok Nayak mengatakan bahwa dua orang meninggal di rumah sakit itu.

"Mereka semua (di GTB) mengalami luka-luka tembak," ujar Kumar seperti dikutip kantor berita AFP, Kamis (27/2/2020).

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved