Anggotanya Tularkan Corona, Pemimpin Sekte Sesat di Korsel Berlutut Minta Maaf, Didakwa Pembunuhan
Pemimpin sekte sesat yang kontroversial di Korea Selatan (Korsel), meminta maaf setelah anggotanya menularkan virus corona.
SERAMBINEWS.COM - Pemimpin sekte sesat yang kontroversial di Korea Selatan (Korsel), meminta maaf setelah anggotanya menularkan virus corona.
Hal tersebut dilakukannya setelah pemerintah Kota Seoul menjerat Lee dengan pasal pembunuhan, karena dituding jadi dalang penyebaran virus Covid-19 di Korea Selatan.
Pria berusia 88 tahun ini berlutut di depan kamera televisi pada Senin (2/3/2020) sambil mengucapkan permintaan maaf.
"Aku ingin menyampaikan permintaan maafku yang tulus kepada orang-orang," kata Lee dengan suara terisak.
"Meskipun ini tidak disengaja, banyak orang telah terinfeksi," ucapnya sembari dua kali menundukkan kepalanya ke lantai di hadapan wartawan di Gapyeong.
"Aku memohon ampunan dari orang-orang."
"Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah atas semua usahanya.
Saya juga memohon ampunan dari pemerintah," pungkasnya.
Dalam konferensi pers, Lee Man-hee berlutut dalam sebanyak dua kali sebagai gestur tradisional bahwa dia merasa malu dan menyesal.
"Kami sudah melakukan yang terbaik. Namun kami tidak mampu menghentikan penyebaran virus ini," ujar Lee yang mengaku sebagai Yesus itu.
Dalam jumpa pers di fasilitas gereja di Gapyeong, pemimpin sekte sesat Gereja Shincheonji itu menuturkan bahwa dia merasa berterima kasih.
"Namun di sisi lain, saya meminta pengampunan karena saya tidak mengira, (virus corona) ini bakal terjadi bahkan di mimpi saya," jelasnya.

Dilansir Sky News Senin (2/3/2020), pria berusia 88 tahun itu menuturkan bahwa virus yang menyebar di Korea Selatan adalah "musibah besar".
Gereja Shincheonji dianggap sekte sesat karena Lee mengaku mengenakan jubah Yesus, dan berjanji membawa 144.000 pengikutnya ke surga.
Pengikuti kelompok tersebut dilaporkan sempat mengadakan pertemuan di Wuhan, kota di China yang menjadi asal muasal penyebaran, akhir tahun lalu.
Pasien 31, julukan bagi seorang anggota cabang gereja itu, ditengarai merupakan gelombang pertama penyebaran yang melanda Korsel dalam beberapa pekan terakhir.
Karena sebagian besar kasus infeksi berasal dari Gereja Shincheonji, publik Korea Selatan pun marah.
Sejumlah pendemo bahkan berteriak saat Lee Man-hee menggelar konferensi pers.
Ketegangan pun sempat terjadi di luar tempat yang bernama Istana Kedamaian, di mana ratusan polisi melakukan penjagaan ketat.
Jaksa penuntut kini mempertimbangkan menjerat Lee dengan tuduhan pembunuhan, setelah organisasinya menolak untuk bekerja sama dengan aparat berwajib.
Hingga saat ini, Negeri "Ginseng" sudah melaporkan 4.335 kasus penularan secara nasional, di mana 26 lainnya meninggal.
Angka tersebut adalah yang tertinggi di luar China, disusul Italia (1.694 kasus, 34 meninggal) dan Iran (1.501 kasus, 66 meninggal).
Jumlah kasus virus corona yang menimpa negara pimpinan Moon Jae-in ini diperkirakan masih akan bertambah, karena pemerintah sedang memeriksa lebih dari 266.000 umat Gereja Shincheonji Yesus.
Lee menyatakan, banyak masyarakat "salah paham" dengan gerejanya, tanpa mau menjelaskan lebih lanjut. Adapun dia disebut negatif virus corona.
Pada pernyataan yang dirilis Minggu (1/3/2020), sekte tersebut siap mematuhi pemerintah dan meminta publik menghentikan "stigma dan kebencian" terhadap anggotanya.
• Heboh! Sopir Avanza Tabrak Kendaraan di Lima Lokasi, Termasuk Tabrak Abang Ojek Online
• Ketua DPRK Imbau Warga Waspadai Kekerasan Terhadap Anak
Siapa sebenarnya Lee Man-hee?
Lee Man-hee merupakan pendiri sekte sesat Gereja Shincheonji, yang dituding punya "andil" di separuh lebih dari 4.000 kasus virus corona di Korea Selatan.
Lee dinobatkan oleh para pengikutnya sebagai "Pendeta yang Dijanjikan" karena memiliki jubah Yesus dan menjanjikan akan membawa 144.000 orang bersamanya ke surga pada Hari Penghakiman.
Pemerintah Kota Seoul telah meminta jaksa untuk menjerat Lee dan 11 pemimpin lainnya dengan pasal pembunuhan, setelah sekte Gereja Shincheonji menyerahkan daftar palsu anggotanya kepada pihak berwenang.
Sekte tersebut berdalih, para anggotanya akan menerima stigma sosial dan diskriminasi jika kepercayaan mereka diketahui publik.
Para pemimpin gereja kemudian menghalangi beberapa umatnya untuk menanggapi pertanyaan yang diajukan pemerintah.
Jaksa penuntut langsung menugaskan pemerintah kota Seoul untuk melakukan investigasi, demikian yang diberitakan kantor berita Yonhap.
Wali Kota Seoul, Park Won-soon, mengatakan di akun Facebook-nya jika saja Gereja Shincheonji mau bekerja sama sejak awal, penyebaran virus tidak akan meluas seperti ini.
"Jika mereka secara aktif mengambil langkah-langkah awal, kita bisa mencegah ledakan kasus Covid-19 di Daegu dan Provinsi Gyeongbuk Utara, juga kematian beberapa orang," tulisnya.
Senin (2/3/2020) Korea Selatan mengonfirmasi 599 kasus virus corona baru. Dari total 4.335 kasus, 60 persennya terkait dengan Gereja Shincheonji.
Kronologi penyebaran dari Gereja Shincheonji
Pada 10 Februari 2020, seorang wanita berusia 61 tahun yang merupakan anggota gereja menderita demam dan menghadiri setidaknya empat layanan di Daegu.
Daegu sendiri merupakan kota terbesar keempat di Korea Selatan dengan populasi 2,5 juta jiwa, sebelum wabah merebak.
Saat beribadah, anggota gereja Shincheonji duduk berdekatan di lantai dan berdoa secara luas.
Cara tersebut dianggap para kritikus sebagai "lingkungan ideal" untuk menyebarkan infeksi virus. Lee sempat mengklaim dirinya sudah dites dan negatif virus corona, dan bersikeras kelompoknya secara aktif bekerja sama dengan pemerintah.
Namun, kini Lee menghadapi dirinya didakwa pasal pembunuhan.
• Pemuda Alumni STIKes Cut Nyak Dhien Langsa Masuk Islam, Ucapkan Syahadat di Masjid Darul Fallah
• Ketua DPRK Imbau Warga Waspadai Kekerasan Terhadap Anak
• Masyarakat Diimbau Waspada Terhadap Penipuan Mengatasnamakan Bea Cukai, Ini Modus Menjerat Korban
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemimpin Sekte Sesat di Korea Selatan Dijerat Pasal Pembunuhan Terkait Penyebaran Virus Corona",