Rektor UNAIR Sebut Sari Daun Sambiloto Bisa Cegah Virus Corona Masuk Tubuh, Benarkah?
menurut Rektor UNAIR Prof Mohammad Nasih saripati daun sambiloto juga bisa menjadi referensi pencegahan masuknya virus Corona ke dalam tubuh.
SERAMBINEWS.COM - Ramuan tanaman sambiloto (Andrographis paniculata) ternyata tidak hanya mencegah, tetapi juga bisa menyembuhkan penyakit malaria.
Selain itu, menurut Rektor Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Mohammad Nasih saripati daun sambiloto juga bisa menjadi referensi pencegahan masuknya virus Corona ke dalam tubuh.
Pasalnya, kedua virus dinilai sangatlah mirip.
"Dengan beberapa rempah itu, semua sudah melalui proses penelitian. Salah satu yang mendapat pengakuan dunia adalah saripati dari sambiloto yang mempunyai manfaat obat untuk malaria. Kita tahu, obat herbal tersebut dapat dijadikan sebagai referensi pencegahan masuknya virus corona dalam tubuh karena virusnya sangatlah mirip," papar Nasih pada pertemuan dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini di Lembaga Penyakit Tropik (LPT), kampus Unair, Surabaya, Selasa (3/3/2020), seperti dikutip dari Kompas.com.
Lebih lanjut Nasih mengatakan, Indonesia memiliki ketahanan terhadap virus Corona dengan berbagai rempah dan kekayaan alam yang ada.
Sebelumnya, para ahli kesehatan China juga telah mengumumkan bahwa mereka telah menemukan metode yang efektif untuk mengobati virus corona.
• Wabah Corona, Pemkab Aceh Singkil Diminta Perketat Pengawasan Wisatawan
• VIRAL Wali Murid Ngamuk di Pesantren dan Ustaz Tertunduk, Bawa Pengacara Tak Terima Anak Dikeluarkan
• Muncul Penyakit Misterius di Afrika, Pasien Alami Mata Menguning dan Pendarahan hingga Meninggal
Setelah melakukan berbagai uji klinis, para ilmuwan China telah mengonfirmasi bahwa Chloroquine Phosphate yang merupakan obat antimalaria memiliki efek kuratif tertentu pada penyakit virus corona yang baru (Covid-19).
Hal tersebut Wakil kepala Pusat Pengembangan Bioteknologi Nasional China di bawah Kementerian Sains dan Teknologi, Sun Yanrong kepada The Star, Senin (17/2/2020).
Sun mengatakan, para ahli telah sepakat untuk menyarankan obat tersebut dimasukkan dalam versi berikutnya dari pedoman pengobatan dan diterapkan dalam uji klinis yang lebih luas.
Sun menjelaskan, Chloroquine Phosphate, yang telah digunakan selama lebih dari 70 tahun, dipilih dari puluhan ribu obat yang ada setelah melalui proses screaning dan uji coba.
Lebih lanjut, Sun menyebutkan jika obat tersebut telah di uji klinis di lebih dari 10 rumah sakit di Beijing, serta di Provinsi Guangdong China Selatan dan Provinsi Hunan di China Tengah.
Hasil uji coba tersebet menunjukkan khasiat yang cukup baik.
Dalam uji coba tersebut, kelompok pasien yang menggunakan obat ini telah menunjukkan indikator yang lebih baik daripada kelompok paralel mereka, dalam penurunan demam, perbaikan gambar CT paru-paru, persentase pasien yang hasilnya negatif dalam tes asam nukleat virus dan waktu yang mereka perlukan untuk itu.
“Pasien yang menggunakan obat (Klorokuin fosfat) juga membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk pulih,” imbuhnya.
Sun memberi contoh seorang pasien berusia 54 tahun di Beijing, yang dirawat di rumah sakit selama empat hari setelah menunjukkan gejala virus corona.