Harimau Masuk Perangkap
Tim Medis BKSDA Aceh Tiba di Subulussalam, Cek Harimau yang Tertangkap
Kedatangan tim medis bersama pihak BKSDA Aceh ini guna memeriksa kondisi harimau sumatera yang masuk dalam perangkap beberapa hari lalu
Penulis: Khalidin | Editor: Nur Nihayati
Kedatangan tim medis bersama pihak BKSDA Aceh ini guna memeriksa kondisi harimau sumatera yang masuk dalam perangkap beberapa hari lalu
Laporan Khalidin I Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Rombongan tim mesid Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh tiba di Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam, Sabtu (7/3/2020).
Kedatangan tim medis bersama pihak BKSDA Aceh ini guna memeriksa kondisi harimau sumatera yang masuk dalam perangkap beberapa hari lalu.
Pantauan Serambinews.com, sebelum ke lokasi tim BKSDA Aceh menggelar pertemuan dengan Kapolres Subulussalam AKBP Qori Wicaksono di sebuha kafe di Subulussalam.
Pertemuan dalam rangka koordinasi upaya penyelamatan satwa liar di Desa Singgersing.”Kami koordinasi dulu dengan pihak kepolisian setelahnya baru ke lokasi,” kata Hadi Sofyan, kepala Seksi Wilayah II BKSDA Subulussalam.
• Menlu AS Ubah Nama Virus Corona Jadi Virus Wuhan, China Sudah Peringatkan
• Wali Kota Langsa Ajak Investor Lokal dan Luar Negeri Buka Usaha di Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa
• Erni Guntarti Kukuhkan Ketua dan Pengurus Dharma Wanita Persatuan Aceh Periode 2019-2024
Sekitar pukul 16 .00 WIB, tim BKSDA Aceh bersama pihak medis tiba ke Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam. Tampak pula aparat kepolisian bersenjata mendampingi proses penyelamatan satwa di daerah ini. Berdasarkan keterangan pihak BKSDA bidang penyelamatan satwa, kondisi harimau sehat. Adapun harimau yang ditangkap merupakan anakan namun sudah pradewasa.
Harimau itu, kata BKSDA dalam kondisi sehat sehingga dapat ditranslokasi. Namun hal ini dilihat apakah ada hutan yang tepat untuk menjadi habitatnya. Selain itu, ada lagi harimau yang merupakan induk masih berkeliaran. Harimau berkeliaran itu dikabarkan mengalami cidera bagian kaki yang diduga disebabkan jerat. Bahkan berkeliarannya harimau ini di sekitar Subulussalam akibat cidera yang dialami sang harimau tersebut.
Sebelumnya, BKSDA juga mengkonfirmasi data harimau yang berhasil tertangkap dalam operasi penyelematan (rescue) di Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam. Hal itu disampaikan dalam siaran pers yang dikirim Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto alias Egi kepada Serambinews.com, Sabtu (7/3/2020).
Berdasarkan siaran pers BKSDA, harimau yang diselamatkan berjenis kelamin betina. Selain satu yang ditangkap dengan perangkap, BKSDA melaporkan masih ada kawanan harimau berkeliaran. Jumlah harimau berkeliaran selama ini terdeteksi tiga individu atau tiga ekor. Ini diperoleh BKSDA atas hasil rekaman kamera trap di lokasi konflik harimau dengan manusia beberapa waktu terakhir.
Dikatakan, konflik antara manusia dan harimau telah terjadi sejak pertengahan bulan Februari 2020 sampai dengan Maret 2020 di Desa Singgersing dan Darul Makmur Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam. Sebagai upaya penanganan konflik tersebut, Balai KSDA Aceh bersama mitra dan Muspika Sultan Daulat melakukan berbagai upaya antara lain patroli, pemasangan camera trap di lokasi konflik, serta sekaligus mendatangkan pawang.
Agus Arianto menjelaskan berdasarkan pengecekan camera trap terdeteksi ada 3 (tiga) harimau yang terdiri dari 1 induk dan 2 pra-dewasa yang salah satunya cidera pada bagian kaki depan (cacat/buntung) akibat diduga terkena jerat. Nah, karena cidera, harimau terkait cenderung mencari mangsa yang mudah diburu terutama ternak warga.
Selain itu, lokasi konflik harimau tersebut terisolir di pemukiman dan perkebunan masyarakat. Bahwa pertimbangan ini menjadi dasar untuk menyelamatkan harimau yang cidera dan melakukan tindakan penyelamatan (rescue) untuk ditranslokasi ke habitat yang lebih baik. Selanjutnya, dalam melakukan rescue tersebut telah dipasang kandang jebak pada tanggal 26 Februari 2020. “Dan 6 Maret 2020, salah satu individu harimau tersebut di atas berhasil ditangkap. Dari hasil pengecekan, individu harimau berjenis kelamin betina dalam kondisi sehat dan berada di dalam kandang jebak,” papar BKSDA
Agus Arianto menambahkan, saat ini tim dokter hewan yang terdiri dari tim medis satwa BKSDA Aceh didampingi dokter wewan dari FKL dan PKSL FKH Unsyiah akan melakukan penanganan medis termasuk screening kesehatan untuk persiapan kelayakan translokasi. Sampai saat ini, harimau yang masih di dalam kandang jebak, dilakukan penjagaan oleh Balai KSDA Aceh bersama para pihak antara lain Tim WCS IP, Kepolisian, dan Koramil sambil menunggu proses evakuasi. Selanjutnya, setelah proses evakuasi harimau tersebut, sambil mengupayakan penyelamatan (rescue) terhadap dua harimau lainnya, BKSDA dan mitra akan tetap memantau dan memonitor pergerakan harimau tersebut.
Terakhir, Agus Arianto menyampaikan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu jenis hewan yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/ 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/ 2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa liar yang Dilindungi. Berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera ini berstatus Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis, beresiko tinggi untuk punah di alam liar.