Wawancara Eksklusif
Infrastruktur Dasar Masih Jadi Kendala di KIA Ladong
Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong yang di-launching pada Desember 2018 lalu, sempat berdenyut dengan masuknya perusahaan multimoda
KAWASAN Industri Aceh (KIA) Ladong yang di-launching pada Desember 2018 lalu, sempat berdenyut dengan masuknya perusahaan multimoda PT Trans Continent. Perusahaan swasta nasional milik Ismail Rasyid, putra Matangkuli, Aceh Utara ini, melaksanakan groundbreaking (peletakan batu pertama) pertanda dimulainya investasi mereka di KIA Ladong, pada 31 Agustus 2019, atau hampir setahun setelah kawasan industri itu diluncurkan.
Namun, hingga awal Maret 2020, atau enam bulan setelah groundbreaking, belum ada aktivitas ekspor impor di Pusat Logistik Berikat itu. Apa saja kendala yang dihadapi? Dan bagaimana sikap investor jika keadaan ini berlangsung dalam waktu lama? Berikut wawancara eksklusif wartawan Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur, dengan CEO Trans Continent, Ismail Rasyid. Wawancara berlangsung secara tertulis melalui pesan WhatsApp (WA) dan dijawab Ismail Rasyid di sela-sela kunjungannya ke Pelabuhan Malahayati dan Kompleks KIA Ladong, di Aceh Besar, Jumat (6/3/2020). Wawancara tersebut akan kami turunkan dalam dua bagian, mulai hari ini.
Bagaimana posisi Trans Continent di KIA Ladong?
Trans Continent masih sebagai leading operator untuk mengembangkan kawasan tersebut sebagai Pusat Logistik Berikat. Kami juga sekaligus sebagai hub untuk konsolidasi barang-barang komoditi unggulan dari Aceh dengan tujuan ekspor, maupun barang impor dari luar negeri yang akan diolah untuk tujuan ekspor atau kebutuhan lokal Aceh dan Indonesia.
Bagaimana ceritanya sehingga Anda bersedia berinvestasi di KIA Ladong?
Desember 2018, saya mendapat undangan launching (peluncuran-red) KIA Ladong dari Pemerintah Aceh yang dihadiri banyak kementerian, salah satunya Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. Dalam diskusi pada acara tersebut, saya mendapat tawaran untuk ikut serta dalam pengembangan KIA Ladong dengan beberapa kondisi yang segera dipersiapkan dan dibangun oleh Pemerintah Aceh. Pemerintah menjamin akan mempercepat proses penyediaan basic infrastructure (infrastruktur dasar-red) serta kepastian hukum terhadap investasi, dalam rangka percepatan pengembangan kawasan tersebut.

Apa yang mendorong Anda ingin terlibat dalam mengoperasionalkan KIA Ladong?
Sebagai putra daerah, saya melihat bahwa Aceh memerlukan kebersamaan untuk kembali bisa menggerakkan roda investasi dan industri. Makanya, saat itu saya mengangkat tangan untuk ikut serta. Saat itu ada komitmen untuk sama-sama saling mempercepat proses agar bisa segera mewujudkan kawasan tersebut seperti yang diharapkan. Saya ingin ikut berpartisipasi dalam membangun Aceh, sesuai dengan bidang dan kemampuan yang saya miliki.
Kedua, saya melihat bahwa dalam jangka panjang, bila pemerintah serius, punya konsep yang jelas, dan bisa melibatkan semua pihak, masyarakat dan dunia usaha bergerak bersama, maka kemajuan dan tujuan pembangunan tersebut akan lebih mudah diraih. Sebab, Aceh memiliki potensi sumber daya yang sangat besar. KIA Ladong Insya Allah akan menjadi salah satu magnet baru bagi pengembangan industri di Aceh.
Sejauh ini aktivitas apa saja yang sudah berjalan di KIA Ladong?
Pematangan lahan, pembelian dan pengadaan alat alat kerja untuk mendukung kegiatan tersebut, termasuk proses rekrutmen sudah dilaksanakan sejak selesai groundbreaking. Jadi, dari sisi kami hampir tuntas, untuk alat kerja utama reach stacker akan kami masukkan pada akhir bulan ini. Namun, kami belum bisa melaksanakan kegiatan lebih lanjut secara komersial, karena masih menunggu beberapa hal yang agak prinsipil.
Apakah Anda merasakan ada kendala dalam menggerakkan KIA Ladong?
Setiap investasi pasti ada kendala, karena itu kita harus bekerja secara lintas sektoral dan melibatkan masyarakat. Pemerintah sebagai regulator perlu memastikan bahwa aturan-aturan yang akan diterapkan bisa memberi rasa keadilan bagi semua pihak, namun tetap harus ada ketegasan dan kepastiannya.
Apa kendala terberat yang Anda rasakan?
Basic infrastructure (infrastruktur dasar-red).