Corona di Aceh

Darwati Ajak Ibu Rumah Tangga untuk Lockdown Keluarga

"Manfaatkan waktu bersama anak-anak sambil menemani mereka belajar di rumah," kata istri Irwandi Yusuf ini kepada Serambinews.com

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Nur Nihayati
SERAMBINEWS/instagram
Berlibur di Taman Burung Dara Indrapuri, Aceh Besar. 

"Manfaatkan waktu bersama anak-anak sambil menemani mereka belajar di rumah," kata istri Irwandi Yusuf ini kepada Serambinews.com

Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Darwati A Gani mengajak ibu rumah tangga (IRT) memimpin pembatasan pergerakan diri dan anggota keluarga ke luar rumah selama dua minggu, termasuk melarang suami dan anak duduk dalam waktu lama di warung kopi atau kafe.

"Manfaatkan waktu bersama anak-anak sambil menemani mereka belajar di rumah," kata istri Irwandi Yusuf ini kepada Serambinews.com di Banda Aceh, Kamis (19/3/2020) pagi.

Seiring dengan langkah "lockdown keluarga" itu Darwati menyarankan kepada kepala rumah tangga agar menyediakan kebutuhan yang memungkinkan anggota keluarga tidak ke luar rumah.

Seperti ke warung baik untuk minum kopi atau makan. Apalagi untuk nongkrong dalam waktu yang lama, termasuk bekerja dan main game di warung.

Begini Ide Pemuda Perampokan Rekayasa di Aceh Timur, dari Kepikiran Mahar Hingga Cerita Bohong

Reaksi Raffi Ahmad saat Nagita Slavina Panik Menghadapi Wabah Virus Corona

Saat Pantau UNBK di Pijay, Ini Harapan Kadisdik Aceh, dari Peningkatan Mutu Hingga Persaingan Kerja

Pembatasan diri dimaksud, lanjut Darwati, adalah tidak melakukan kegiatan di luar rumah jika memang tidak terlalu mendesak.

"Jika pun harus melakukan aktivitas berbelanja maka lakukanlah di waktu tertentu guna menghindari orang ramai dan utamakan berbelanja di lokasi terdekat dengan rumah atau di tempat yang diketahui tidak dikunjungi orang asing, dan lebih penting bersih," kata politisi Partai Nanggroe Aceh (PNA) ini.

Ajakan pembatasan diri dan keluarga ini dikhususkan Darwati bagi warga yang tinggal di daerah perkotaan,
atau daerah perbatasan, daerah yang menjadi pintu ke luar masuk orang ke dan dari luar Aceh.

"Ini memang sangat sulit, serbasalah dan serbatidak enak. Tapi, ini pilihan terbaik untuk mencegah terpapar dari virus corona atau covid-19," imbuh Darwati.

Dalam dua hari terakhir Darwati juga mengaku sangat sedih karena beberapa orang dokter yang sedang mengambil program pendidikan dokter spesialis (PPDS) di RSUZA Banda Aceh meminta kepadanya agar dicarikan masker.

Stok masker yang makin menipis di rumah sakit pendidikan itu menyebabkan pembagian masker untuk mahasiswa co-ass dibatasi. Ironisnya, mau beli sendiri di apotek atau di supermarket pun masker tak lagi tersedia seperti biasanya.

Darwati sampai terpikir untuk mengorder masker produk lokal kepada tukang jahit di Banda Aceh. Namun, ia masih harus konsultasi kepada beberapa dokter terkait apakah masker yang dijahit (nonpabrikan) cukup aman mengempang masuknya virus ke hidung atau mulut.

Jika masker yang dijahit oleh penjahit lokal memenuhi syarat hieginis dan medis untuk dipakai, maka Darwati akan mengorder sebanyak-banyaknya untuk dibagi-bagikan gratis kepada mahasiswa co-ass dan terutama kepada fakir miskin yang sangat membutuhkan masker, tapi tak sanggup membelinya dalam kondisi seperti sekarang ini.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved