Corona di Aceh
Tanpa Ruang Isolasi, RSUD Teungku Peukan Abdya Ditetapkan Sebagai Rumah Sakit Rujukan Covid-19
Akan tetapi penetapan RSUD TP sebagai rumah sakit rujukan penanggulangan penyakit infeksi emergensi tertentu seperti virus Corona, menimbulkan pertany
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Zainun Yusuf I Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Peukan (RSUD TP) Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan penanggulangan penyakit infeksi emergensi Covid-19.
Penetapan itu berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh Nomor 440/972/2020, ditandatangani Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.
RSUD TP Abdya berlokasi di Padang Meurantee, Desa Ujong Padang, Kecamatan Susoh, Abdya itu ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan bersama 10 rumah sakit lain di Aceh.
Akan tetapi penetapan RSUD TP sebagai rumah sakit rujukan penanggulangan penyakit infeksi emergensi tertentu seperti virus Corona, menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran sejumlah pihak.
Pasalnya, RSUD TP yang lebih dikenal ‘Rumah Sakit Korea’ itu hingga ini masih dalam kondisi keterbatasan sarana dan prasarana.
• Kronologi Siswi SMA Diperkosa Pacar dan 4 Rekannya Bergiliran, Korban Kenal Pelaku di Media Sosial
• Dokter Handoko Gunawan yang Sempat Viral Terjangkit Corona Dinyatakan Sembuh, Begini Kondisinya
• Nekat! Keluarga Urus & Makamkan Jenazah Pasien PDP, Jubir Covid-19: Terpaksa Kita Lihat dari Luar
Seperti belum punya ruang isolasi khusus untuk pasien yang yang diduga terpapar Covid-19.
Ruang isolasi khusus itu prinsipnya adalah sebuah ruangan yang tidak bisa diakses orang lain dalam upaya memutuskan rantai penularan virus.
Alat Pelindung Diri (ADP), seperti baju pelindung tenaga medis tidak ada, dan masker standar (N-95) juga sudah habis.
Bahkan, menurut keterangan stok sejumlah obat juga sangat terbatas.
Direktur RSUD-TP Abdya, dr Adi Arulan Munda dihubungi Serambinews.com, Rabu (25/3/2020) membenarkan rumah sakit dipimpinnya sudah ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan penanggulangan penyakit infeksi emergensi tertetu/covid-19.
“SK (Gubernur) itu, benar,” kata dr Adi. Tentang ruang isolasi khusus belum dimiliki, dikatakan sedang dipersiapkan.
“Dengan segala keterbatasan kita harus tetap mengusahakan kebutuhan ruang isolasi dapat terwujud,” katanya.
Direktur RSUD TP Abdya itu mengatakan, alur pelayanan juga sudah disiapkan.
"Kita kerja paralel. APD kita pesan, menunggu datang. Kita modifikasi bahan-bahan yang ada dulu untuk dijadikan APD,” papar dr Adi Arulan Munda.
Sebelumnya, dalam rapat koordinasi (rakor) kewaspadaan dan antisipasi penyebaran virus corona di Aula Mapolres Abdya, Rabu (18/3/2020) lalu, Adi Arulan Munda berbicara banyak tentang kondisi rumah sakit dipimpinnya itu.
Dalam rakor tersebut dr Adi menyebutklan, lebih berbahaya atau parah penularan penyakit TBC (tuberculosis) daripada virus corona atau Covid-19.
Tenaga medis dikatakan sangat terancxam lantaran mudah tertular virus TB, jika tidak melengkapi dengan pelindung diri dengan masker standar.
Akan tetapi, katanya, RSUD-TP mulai melakukan persiapan untuk penanganan pasien baik terhadap ODP (orang dalam pemantauan) maupun bagi PDP (pasien dalam pengawasan).
Bahkan, beber Adi, RSUD TP juga sudah membentuk semacam satgas yang dipimpin dokter ahli paru.
Hanya saja, urainya, kendala yang dihadapi adalah rumah sakit tersebut belum memiliki ruang isolasi khusus untuk PDP yang diduga terinfeksi Covid-19.
“Ada dua ruang isolasi yang kita punya. Satu untuk isolasi pasien TB dan satu lagi untuk ICCU. Sementara ruang isolasi khusus untuk Covid-19, di mana keadaan ruangan yang lebih layak, belum ada. Jadi perlu renovasi ruangan lain menjadi ruang isolasi khusus Covid-19,” papar Adi Arulan Munda.
Tindakan yang bisa dilakukan sekarang ini, terangnya, jika ditemukan kasus PDP, maka langsung dirujuk ke RSUZA Banda Aceh yang telah ditunjuk pemerintah sebagai rumah sakit rujukan Covid-19.
Kendala lain, beber dia, semakin menipisnya persediaan masker yang standar, yaitu N-95 yang bisa digunakan tenaga medis dalam penanganan pasien TB atau menangani pasien terinfeksi virus corona jika sewaktu-waktu ditemukan.
Kondisi ini, dipaparkan Direkur RSUD-TP itu, sangat mengancam tenaga medis lantaran mudah tertular virus TB, jika tidak melengkapi pelindung diri dengan masker standar.
“Lebih berbahaya penularan penyakit TB daripada Covid-19. Karena masker tak standar mudah ditembus virus TB,” paparnya.
Dia mengaku gundah jika persediaan masker di RSUD-TP habis, sementara masker yang baru tidak tahu ke mana lagi harus dipesan.
“Bagaimana memaksa tenaga medis menangani pasien TB, jika tidak dilengkapi pelindung diri dengan masker yang standar, termasuk menangani orang yang dicurigai terinfeksi virus corona,” tandasnya.(*)