5 Penelitian Ini Beri Harapan Baru dalam Wabah Corona, Soal Vaksin hingga Tak Terinfeksi Ulang

Di tengah suasana negatif ini, akan sangat membantu jika mengetahui penelitian yang memberi angin segar

Editor: Amirullah
Kolase Google/Fresh Daily
Ilustrasi - Saat dunia sedang memberantas wabah, perusahaan ini justru membayar orang senilai Rp 65 juta untuk diinfeksi virus Corona. 

Foto Angkatan Darat AS pada 8 Maret 2020 menunjukkan seorang karyawan USAMRIID (Institut Penelitian Medis Angkatan Darat Amerika Serikat) sedang melakukan penelitian terhadap virus coronavirus baru, COVID-19 (ERIN BOLLING / US ARMY / AFP)

Seorang Pria Acungkan Pisau Saat Diamankan Polisi, Sebelumnya Ancam Bunuh Ibu, Ini Kronologinya

4. Metode lama mungkin dapat melawan Covid-19

Menurut salah satu penelitian dalam jurnal The Journal of Clinical Investigation, para dokter mungkin dapat menggunakan metode lama yang disebut "terapi antibodi pasif" untuk menangani pasien Covid-19.

Ilmuwan dalam penelitian tersebut mengatakan metode ini tidak perlu dikaji ulang atau dikembangkan karena metode ini telah ada sejak 1930.

Metode ini melibatkan pengumpulan darah dari seseorang yang telah sembuh dari virus tersebut.

Dengan menggunakan serum, bagian yang mengandung antibodi penangkal infeksi, para peneliti berharap dapat menyuntikkannya ke orang lain sehingga dapat mencegah infeksi atau membantu melawannya.

"Itu semua bisa dilakukan.

Namun, akan sangat membutuhkan usaha, organisasi, sumber daya, serta orang-orang yang berhasil sembuh dan mau menyumbangkan darahnya," ucap Dr. Arturo Casadevall, seorang profesor di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Baltimore.

5. Sistem kekebalan tubuh manusia dapat mengalahkan virus

Sebuah penelitian dalam jurnal Nature Medicine mengamati pasien Covid-19 yang berhasil sembuh dalam beberapa hari.

Dia adalah seorang perempuan berusia 47 tahun yang terinfeksi virus di Wuhan, China.

Para peneliti mengamati bagaimana respons antibodi dalam tubuh wanita ini untuk memahami proses penyembuhannya.

Prof. Katherine Kedzierska dan timnya dari Departemen Mikrobiologi dan Imunologi di Doherty Institute di Melbourne, Australia, menemukan peningkatan imunoglobulin G, tipe antibodi yang paling umum, dalam sampel darah wanita tersebut.

()

Ilustrasi virus corona tak hanya menyerang secara fisik, namun juga secara psikis. Untuk itu pemerintah China juga memberikan layanan psikologis bagi warganya. (Twitter/XHNews)

Mereka juga mendeteksi sel imun kunci dalam jumlah besar, seperti sel T pembantu khusus, sel T pembunuh, dan sel B pada hari ketujuh dan sembilan setelah timbulnya gejala.

Halaman
1234
Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved