Kupi Beungoh
Ini Beda Jam Malam di Aceh dengan Lockdown di Malaysia, Pilih yang Mana?
Berdasarkan laporan warga di medsos, saat malam, banyak truk yang tertahan di jalan-jalan utama masuk Kota Banda Aceh dan daerah-daerah lainnya.
Oleh Jafar Insya Reubee*)
TULISAN ini bukan bermaksud mengkritik apalagi menghantam kebijakan yang telah diambil oleh Pemerintah Aceh.
Melainkan hanya sebagai perbandingan saja.
Siapa tahu menjadi masukan bagi para pengambil kebijakan di Aceh dalam memutuskan sesuatu, agar tidak semakin membuat rakyat kecil hidup di bawah tekanan yang berakibat pada stres berlebihan.
Baiklah agar mukadimahnya tak berpanjangan, kita mulai langsung dengan laporan tentang suasana jam malam di Aceh.
Berdasarkan amatan penulis di media sosial dan pesan berantai di WhatsApp, pemberlakuan jam malam yang sudah berlangsung selama empat malam di Aceh, mulai menuai kritik dari beberapa pihak.
Dilansir Serambinews.com Rabu, (1/4/2020), Kepala Ombudsman RI Perwakilan Aceh, Dr Taqwaddin Husin, SH menilai pemblokiran jalan dan penerapan jam malam di Aceh offside atau overacting.
Dikatakan offside karena mendahului kebijakan di tingkat nasional.
Sementara overacting, karena penerapan di lapangan dianggap terlalu kaku, keras, dan nyaris tanpa toleransi.
Membuat rakyat ketakutan untuk ke luar malam, meski untuk urusan yang sangat mendesak sekalipun.
Sebab beberapa kabar beredar, aparat yang melaksanakan tugas di lapangan, menjalankan tugas dengan tegas.
Bahkan truk-truk pembawa kebutuhan masyarakat pun dilarang lewat pada malam hari.
Berdasarkan laporan warga di medsos, saat malam, banyak truk yang tertahan di jalan-jalan utama masuk Kota Banda Aceh dan daerah-daerah lainnya.
Truk-truk itu baru dibolehkan lagi berangkat menjelang atau setelah Subuh.
• Kepala Ombudsman Nilai Penerapan Jam Malam di Aceh Offside dan Over Acting
• Malam Keempat Jam Malam, Jalanan di Banda Aceh Sangat Sepi, Begini Komentar Warganet
Bagaimana di Malaysia?