Features

Mencari Ukhuk Datar Tempat Lahir Syekh Abdurrauf As-Singkili

Ukhuk Datar, diyakini merupakan tempat kelahiran Syekh Abdurrauf as-Singkili pada 1001 Hijriah atau 1591 Masehi.

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Taufik Hidayat
Serambinews.com
Nisan kuburan zaman di kawasan Ukhuk Datar, di Desa Tanjung Mas, Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil, Jumat (3/4/2020). 

Laporan Dede Rosadi | Aceh Singkil

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Perahu kayu melaju mengikuti arus air sungai Lae Cinendang, di tengah terik matahari, Jumat (3/4/2020) siang.

Perahu dengan panjang lima meter itu didayung Barnawi (50) dan Sinaga (40) penduduk Tanjung Mas, Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil. 

Keduanya berbagai peran. Barnawi duduk di bagian haluan, selain mendayung tugasnya mengarahkan arah biduk. Sedangkan Sinaga tugasnya mendayung perahu sekuat tenaga agar tak hanyut terbawa arus.

Lewat tengah hari itu, Serambinewa.com, ditemani Agus, Andri dan Arif penduduk Lipat Kajang Atas, Kecamatan Simpang Kanan, menjadi penumpang perahu kayu yang didayung Barnawi dan Sinaga. 

Tujuan kami mencari lokasi yang disebut Ukhuk Datar. Bukan tanpa alasan, Ukhuk Datar, diyakini merupakan tempat kelahiran Syekh Abdurrauf as-Singkili pada 1001 Hijriah atau 1591 Masehi.

Perjalanan dimulai dari belakang pemukiman Desa Tanjung Mas. Deretan pohon kelapa sawit, dan rumput liar silih berganti memagari tepian sungai. Sesekali terlihat penduduk membalut badan dengan kain mandi di kamar mandi apung. 

Selepas 25 menit mendayung perahu, tiba di sebarang sungai. Lagi-lagi deretan kelapa sawit menyambut. 

Dari tepi sungai di sebarang pemukiman penduduk Tanjung Mas, itulah lokasi yang disebut Ukhuk Datar, berada. "Tandanya ada kuburan zaman," kata Barnawi. 

Langkah kaki mengayun setapak demi setapak masuk ke areal perkebunan kelapa sawit. Sesekali Barnawi yang berada di barisan depan berhenti sambil memutar pandangan mencari kuburan tua sebagai pertanda tepat berada di wilayah Ukhuk Datar.

Ukhuk Datar, berbeda dengan areal lahan di sekitarnya. Merupakan hamparan dataran yang lebih tinggi. 

Ukhuk Datar, masih sekawasan dengan lokasi pemakaman Ali al-Fansuri, Ayahanda Syekh Abdurrauf. 

Kedua tempat tersebut, sama-sama di seberang pemukiman penduduk Tanjung Mas. Ukhuk Datar berjarak sekitar 300 meter dari pemkaman Ali al-Fansuri ke arah hilir sungai Lae Cinendang.

Kembali kepada penelusuran kuburan zaman sebagai pertanda tepat berada di Ukhuk Datar. 

Butuh usaha keras menemukan kuburan zaman sebagai tanda berada di Ukhuk Datar. Barnawi yang berjalan di bagian depan berulang kali berdiskusi dengan Sinaga untuk mengingat lokasi kuburan. "Aku sudah lama tidak ke sini," ujar Barnawi.

Setelah hampir 30 menit berputar-putar keringat pun mengucur ke seluruh tubuh. Barnawi dan Sinaga mengajak kami berputar ke arah pulang, tapi dengan cara masuk ke kebun sawit lain. 

Akhirnya yang dicari terlihat. Berupa gundukan tanah di bawah pohon sawit di penuhi batu nisan. 

Temuan itu sontak disambut suka cita Arif, Andri dan Agus yang sekujur tubuhnya sudah basah kuyup oleh keringat. "Ini dia yang dicari," pekik tertahan Agus.

Batu nisan sebagian telah rubuh tertutup semak belukar.

Ada tiga jenis batu nisan. Dari batu biasa, dua jenis lagi terbuat dari semen. Namun yang terbuat dari semen bentuknya berbeda.

Satu berelief mirip dengan batu nisan ibunda Syekh Abdurrauf di kompleks pemakaman Ali al-Fansuri. Nisan kedua yang terbuat dari semen bentuknya mirip gada. 

Ukhuk Datar dari Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil, berjarak 1,5 jam perjalanan menggunakan kendaraan.

Sebelumnya informasi tempat lahir Syekh Abdurrauf di Ukhuk Datar, disampaikan Azwar Ramnur, penyusun buku Syekh Abdurrauf di Mata Orang Singkil.

Informasi serupa juga diungkapkan Mu'adz Vohry mantan wakil bupati Aceh Singkil pertama.

Sekitar abad ke-16 Ukhuk Datar masuk dalam kekuasaan Kerjaan Suro. Seiring perkembangan zaman wilayah itu kini masuk dalam wilayah Desa Tanjung Mas, Kecamatan Simpang Kanan. 

Tenjung Mas, sendiri pada masa yang sama merupakan kerjaan. Namun wilayahnya berbeda dengan Kerjaan Suro. 

Dua kerjaan tersebut masuk dalam kerajaan sienam belas. Masing-masing delapan kerjaan berada di pinggir sungai Lae Cinendang dan delapan lagi di pinggir sungai Lae Soraya. 

Matahari mulai condong ke ufuk Barat, kami pun kembali naik perahu menuju perkampungan. "Semoga ke depan di Ukhuk Datar, dipasang penanda sebagai situs sejarah," ujar Andri.(*)

Arab Saudi Tutup Penuh Mekkah dan Madinah Cegah Wabah Corona, Jam Malam Mulai Berlaku 24 Jam

Saat Lockdown, Wanita Malaysia Ini Pamer Tiket Penerbangan, Diduga Lolos Karena Ada Orang Dalam

1.986 Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Tersebar di 32 Provinsi, 181 Meninggal, Aceh 5 Kasus

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved