Jam Malam Dicabut

Muhammad Nazar: Meski Jam Malam Dicabut, Jangan Remehkan Ganasnya Suatu Wabah Penyakit

Ia mendorong Pemerintah Aceh maupun warga di seluruh Aceh tetap berupaya kuat dan kooperatif mencegah penyebaran virus corona asal Wuhan China itu.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FIKAR W EDA
Muhammad Nazar saat menyampaikan sambutan pada acara Maulid Nabi Muhammad di Ciledug Tangerang, Banten, Minggu (28/1/2018). 

Laporan Fikar W Eda I Jakarta

SERAMBINEWS.COM,JAKARTA - Wakil gubernur Aceh periode 2007-2012 Tgk H Muhammad Nazar menyatakan meski jam malam sudah dicabut, tapi usaha pencegahan penyebaran virus Corona tidak boleh kendor di Aceh.

Ia mendorong Pemerintah Aceh maupun warga di seluruh Aceh tetap berupaya kuat dan kooperatif mencegah penyebaran virus corona asal Wuhan China itu.

“Plt Gubernur Aceh telah mencabut pemberlakuan jam malam yang sempat berjalan hampir satu minggu, semangat dan tindakan serius tetap harus dijalankan dengan format yang berbeda dan mudah untuk terus menerus mencegah hingga menghilangkan wabah virus corona. Sebab yang namanya virus tidak dapat dilihat dengan kasat mata, apalagi keganasan virus corona yang mematikan jika telah menyerang pernafasan hingga ke paru-paru," ujar Muhammad Nazar, Minggu (5/5/2020).

Dari awal pemberlakuan jam malam memang muncul kontroversi di tengah masyarakat, bahkan viral di berbagai ragam media sosial seperti facebook, WhatsApp dan lain-lain. Sebab masyarakat yang selama ini bebas bergerak tiba-tiba harus mengurung diri.

Pasien RSUZA Turun Drastis, Khawatir Tertular Virus Corona

Penutupan Pasar Mingguan di Aceh Singkil belum Efektif

Ingin Kebumikan Sendiri Jenazah Pasien PDP Corona, Keluarga Almarhum Ngamuk

Dalam hal tersebut Nazar, yang saat ini masih memimpin Partai lokal SIRA melihat hal itu terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya, pemberlakuan jam malam tidak diiringi konten dan tata cara mencegah yang memadai, tetapi hanya sekedar memblokir komplek perumahan, kampung-kampung, seluruh tempat jual beli makanan dan kebutuhan juga ditutup tanpa disiapkan solusi penggantinya.

Selain itu seperti diketahui umum, sebahagian masyarakat di Aceh tidak mudah diatur sehingga orang-orang yang tidak paham pun akan ikut merespon dengan perkataan kasar di mana-mana, bahkan mau menantang maut seolah-olah mereka memahaminya dan siap mati dimana pun.

Menurut Nazar, membangun kesadaran tidak mudah di Aceh, maka seorang pimpinan tidak boleh cengeng dan wajib memahami sisi sosio-kultural dan sosio-antropologis Aceh agar tidak salah dalam menerapkan strategi pencegahan virus corona.

Terkait ide dan solusi pencegahan penyebaran virus Corona di Aceh, Nazar menginginkan Pemda dan masyarakat tetap berupaya serius walaupun bukan dalam bentuk pemberlakuan jam malam.

"Sebab dalam Islam pun mencegah wabah penyakit, menjaga nyawa dan jiwa itu memang wajib. Tata caranya dapat disesuaikan dengan keadaan tingkat penyebaran wabah penyakit karena penyebab apa pun, tingkat keparahannya dan secepat apa penyebarannya. Jadi kehidupan itu harus dihargai, dijaga dan diisi.

“Karena itu pula saya menyerukan dan mengingatkan agar pemerintah dan rakyat di seluruh Aceh tetap konsen mencegah, membatasi dan menghilangkan penyebaran virus Corona China itu. Bukan berarti tanpa pemberlakuan jam malam upaya pencegahan telah berhenti, tidak sama sekali," ujarnya.

Kepada warga masyarakat Nazar menyerukan agar jangan meremehkan ganasnya suatu wabah penyakit, apapun penyebabnya.

Virus Corona termasuk peristiwa yang paling banyak membinasakan manusia secara sangat cepat setelah peristiwa kematian dalam perang dunia kedua 1939-1945 serta korban gempa bumi yang diikuti tsunami di Samudera Hndia pada 2004 lalu.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved