Corona Serang Dunia

Harga Minyak Dunia Anjlok, BBM Turun Seadanya

Harga minyak dunia telah turun di titik terendah dalam 18 tahun ini terakhir, seiring wabah virus Corona telah meluas, sehingga penggunaan kendaraan

Editor: M Nur Pakar
AFP/FAYEZ NURELDINE
Pabrik pengolahan minyak Aramco, perusahaan raksasa Arab Saudi di Abqaiq juga menurunkan produksi, seiring permintaan terus turun. Foto direkam 20 September 2019. 

SERAMBINEWS.COM, JENEWA - Harga minyak dunia telah turun di titik terendah dalam 18 tahun ini terakhir, seiring wabah virus Corona telah meluas, sehingga penggunaan kendaraan jua turun drastis.

Dilaporkan, harga minyak dunia pada Rabu (15/4) turun menjadi 19,20 per barel Rp 302.169 dari Selasa (14/4/) masih 20 dolar AS per barel,seperti dilaporkan, AFP, Rabu (15/4/2020).

Jika dihitung, maka 1 barel sebanyak 158,9873 liter atau 159 liter, sehingga dengan harga 19,20 dolar per barel, maka per liter hanya Rp 1.912 per liter yang masih berbentuk minyak mentah berdasarkan kontrak WTI Berjangka.

Dunia Fokus Tangani Corona, Penyakit Menular Lainnya Terlupakan

Harga minyak dunia di era 80-an, sempat menyentuh 100 dolar AS ke atas dan terus turun sampai 50 dolar AS per barel.

Dengan kondisi minyak dunia yang terus mengalami penurunan, harga BBM di Indonesia turun tipis untuk Premium dan Pertalite dan juga Pertamax, termasuk untuk solar.

Harga pertamax, dari Rp 9.200 menjadi Rp 9.000/liter, Premium dari Rp 6.500 jadi Rp 6.450 dan Pertalite dari Rp 7.800 menjadi Rp 7.650 per liter, dimana penurunan antara Rp 50 sampai Rp 200 per liter.

Padahal, wabah virus corona telah menyebabkan permintaan minyak global turun drastis sepanjang tahun 2020 ini.

Badan Energi Internasional (IEA), Rabu (15/4)  mengatakan telah menghapus satu dekade pertumbuhan untuk menetapkan tahun ini sebagai yang terburuk dalam sejarah sektor ini,

Permintaan diproyeksikan menurun dengan rekor 9,3 juta barel per hari (mbd) secara keseluruhan, dengan 29 mbd pada April, dan 26 mbd pada Mei, ujar Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol.

"Saya percaya dalam beberapa tahun ke depan, ketika Anda melihat 2020, kita mungkin akan melihat sebagai tahun terburuk dalam sejarah pasar minyak global," katanya kepada wartawan melalui telekonferensi.

"Selama tahun yang mengerikan ini, kuartal kedua mungkin merupakan yang terburuk dari sebelumnya dan ... April mungkin merupakan bulan terburuk,” tambahnya.

Angka-angka yang diproyeksikan sama seperti 1995, kata Birol, menggambarkan sebagai "April gelap dalam sejarah industri minyak.”

Ekonomi global sangat terpukul oleh wabah virus Corona, dengan banyak industri tutup dan lalu lintas udara, kereta api serta jalan ditutup, ketika bisnis-bisnis yang tidak penting juga ditutup miliaran orang di seluruh dunia karantina di rumah.

Epidemi ini telah menewaskan lebih dari 123.000 orang sejak pertama kali muncul di Cina pada Desember 2019. IEA mengatakan langkah-langkah yang diambil oleh kelompok OPEC + dan negara-negara penghasil minyak lainnya untuk memangkas produksi harus memungkinkan permintaan melebihi pasokan pada paruh kedua tahun 2020, dengan asumsi karantina penduduk untuk mencegah penyebaran virus dicabut.

"Begitu penurunan permintaan minyak mulai berkurang dan begitu dampak dari pengurangan produksi dari perjanjian OPEC + dan produsen non-OPEC mulai menggigit, kita mulai melihat pemulihan di paruh kedua tahun ini," ujar Neil Atkinson, Kepala Divisi Minyak IEA.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved