Corona Serang Dunia

Iran Tuduh AS Kecanduan Bunuh Orang, Kali Ini dengan Virus

Pemerintah Iran, Rabu (15/4/2020) menuduh Amerika Serikat (AS) sudah kecanduan membunuh orang secara sengaja, melalui virus Corona

Editor: M Nur Pakar
AFP/Handout
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengenakan masker saat menghadiri pertemuan kabinet yang dipimpin Presiden Hassan Rouhani di Teheran, Rabu (15/4/2020). 

SERAMBINEWS.COM, TEHERAN - Pemerintah Iran, Rabu (15/4/2020) menuduh Amerika Serikat (AS) sudah kecanduan membunuh orang secara sengaja, melalui virus Corona yang belum ada vaksinnya.

Tuduhan itu bukan tanpa dasar, Presiden AS, Donald Trump telah membatalkan dana untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dana yang telah ditunda bukan berjumlah sedikit, tetapi mencapai 400 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,3 triliun yang sangat dibutuhkan oleh WHO.

Donald Trump menuduh badan PBB itu menutupi keseriusan wabah COVID-19 di Cina sebelum menyebar ke seluruh dunia, seperti dilansir AFP, Rabu (15/4/2020).

Cegah Virus Corona, BNN Aceh Bagikan 1.500 Masker Gratis ke Masyarakat

Trump juga menyebut WHO salah kelola dan menutupi penyebaran virus corona di negeri Tirai Bambu itu.

Korban tewas akibat pandemi COVID-19 telah mencapai 125.000 orang di seluruh dunia, dengan lebih dari dua juta orang terinfeksi penyakit ini sejak Desember 2019.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, Rabu (15/4/2020)  menyamakan pembekuan dana untuk WHO dengan tekanan kuat ke negaranya.

Amerika Serikat menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan terhadap Iran pada 2018 setelah Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015.

"Penggundulan WHO yang memalukan di tengah pandemi akan terus diingat sebagai keburukan salah satu Presiden AS," tulis Zarif di Twitter.

"Dunia sedang mempelajari apa yang telah diketahui dan dialami Iran selama ini," katanya.

"Rezim AS yang terus menebar ancaman dan menyombongkan diri bukan sebagai sebuah kecanduan: tetapi juga membunuh orang," tambah Zarif.

Iran sendiri sedang memerangi wabah virus corona paling mematikan di Timur Tengah dan pada Rabu melaporkan 1.512 orang lainnya dinyatakan positif COVID-19.

Iran telah berulang kali meminta Trump untuk mencabut sanksi, termasuk beberapa sekutu AS, terutama sejak pandemi dimulai.

Obat-obatan dan peralatan medis secara teknis dikecualikan dari sanksi AS, tetapi pembelian sering diblokir oleh keengganan bank untuk memproses pembayaran, karena takut kena penalti berat  dari AS.

Infeksi baru yang dikonfirmasi oleh Iran pada Rabu (15/4/2020)  menjadi 76.389 orang, dan mencatat 49.933 dari mereka telah dirawat di rumah sakit dan telah dipulangkan.

CORONA - Ini 5 Instruksi Plt Gubernur Aceh tentang Mudik untuk Bupati/Wali Kota, ASN, dan Masyarakat

Pemerintah Presiden Hassan Rouhani telah berjuang untuk menahan wabah yang muncul dua bulan lalu.

Rouhani telah memerintahkan penutupan sekolah dan universitas, menunda acara besar dan memberlakukan berbagai pembatasan lain, tetapi tidak melakukan lockdown.

Iran mengizinkan bisnis kecil di luar Teheran untuk dibuka kembali pada Sabtu dan diatur untuk memperpanjang langkah ke ibukota minggu depan.

Langkah mendapat kritik dari para ahli kesehatan dan bahkan beberapa pihak berwenang.

Iran telah meminta pinjaman darurat 5 miliar dolar dari Dana Moneter Internasional untuk memerangi wabah virus corona.

Tetapi Amerika Serikat, yang secara efektif memegang hak veto di IMF, telah mengisyaratkan tidak berniat menyetujui memberikan Iran kredit.

Bahkan, AS menuduh Iran akan menggunakan dana itu untuk mendanai teror di luar negeri.(*)

Corona Bikin Donald Trump Berseteru dengan Para Gubernur, Cuomo: Kami tidak Memiliki Raja

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved