Wawancara Eksklusif
Mari Bersiap Hadapi Corona hingga Lebaran
GUBERNUR Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan, kecenderungan penyebaran virus Corona 2019 (Covid-19) di provinsi itu
GUBERNUR Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan, kecenderungan penyebaran virus Corona 2019 (Covid-19) di provinsi itu masih terus naik. Ibarat fenomena heboh di Wuhan, Cina, lokasi awal ditemukan virus itu, atau di Vietnam, Januari lalu, seperti itulah kondisi Jakarta saat ini. Karena itu, ia meminta warga bersiap menahan diri sesuai dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk jangka waktu panjang, termasuk tidak mudik saat libur panjang dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, akhir Mei nanti.
Hal itu disampaikan Anies saat wawancara eksklusif secara online dengan Wakil Pemimpin Umum Warta Kota dan Super Ball, Achmad Subechi, Pemimpin Redaksi, Domu D Ambarita, Wakil Pemimpin Redaksi Super Ball, Sigit Setiono, dan tim, Selasa (14/4) siang. Wawancara lengkap tersebut akan kami turunkan dalam dua edisi mulai Rabu (15/4/2020) hari ini.
Peraturan Gubernur tentang PSBB sudah Anda tanda tangani dan berlaku sejak Jumat 10 April. Bagaimana kecenderungan kasus Covid-19 di Jakarta sampai hari keempat?
Sejak pemerintah mengumumkan kasus pasien 01 dan 02 awal Maret lalu, sampai 13 April, kasus positif Corona ada 2.242 kasus. Berdasarkan data Kemenkes RI dan Worldometers.info yang menjadi paparan saya, indeks kurva terus naik hingga membentuk huruf 'J'. Artinya, awalnya kasus Covid-19 masih sedikit seperti dasar huruf “J”, namun kini semakin banyak dan menuju puncak.
Hal ini pula terjadi pada tren penyebaran virus covid-19 di dunia sejak 22 Januari hingga 1 April 2020, dimana kasus positif terus naik hingga 1.853.604 kasus dengan kematian 114.270 kasus.
Tren ini juga sudah terjadi di Indonesia, sejak 3 Maret hingga 12 April 2020, jumlahnya terus naik. Hingga 12 April 2020, sudah ada 4.241 kasus positif dengan kematian 373 kasus. Sedangkan tren penyebaran Covid-19 di DKI Jakarta juga sudah membentuk indek kurva huruf J karena terus mengalami kenaikan. Data per 13 April 2020 sudah ada 2.242 kasus positif di DKI dan kasus meninggal 209 kasus.
Apakah Pemprov DKI punya data pasti mengenai jumlah positif Covid-19?
Hari ini kalau ditanya jumlah orang yang positif Covid-19, kami tidak tahu kok. Tapi, yang kami tahu jumlah orang yang sudah dites dengan hasil positif. Itu kan dua hal yang berbeda. Orang yang sudah dites positif, dengan orang yang sudah terjangkit Covid-19.
Apakah Anda punya data korban Covid-19?
Tadi (kemarin-red), jam 12.00, saya baru dari TPU Pondok Ranggon. Jumlah jenazah yang dimakamkan di sana, sesuai protap Covid-19 berjumlah 987 orang. Ditambah 13 angka lagi, jumlahnya sudah tembus 1.000 orang yang meninggal dunia dengan protap Covid-19. Sebagian korban meninggal belum mendapat hasil final uji laboratorium. Sehingga 987 itu, belum dapat dipastikan penyebab kematian adalah Covid-19. Tapi, dokter kan punya diagnosa, sehingga mereka dimakamkan seperti Covid.
Pasien yang positif karena terpapar virus Corona, berapa jumlahnya?
Data dari Dinas Pertamanan dan Kehutanan Pemprov DKI Jakarta menunjukkan sejak 6 Maret 2020 hingga 12 April 220 pemulasaran dan pemakaman jenazah dengan kategori penyakit menular dan dengan protap Covid-19 terdapat 926. Bahkan rata-rata pemakaman di DKI perbulan di tahun 2019 itu berada di angka 2.745. Namun di bulan Maret 2020 rata rata pemakaman mengalami kenaikan hingga 4.377. Angka kematian ini, tidak semuanya disebabkan Covid-19.
Sebelum PSBB diberlakukan, Anda sudah mulai merumahkan warga. Bekerja di rumah, belajar di rumah? Apa dasar pertimbangannya?
Kita bisa lihat angka Covid-19 di Italia, misalnya. Saat angka kasus covid-19 di 21 Februari 2020 sebanyak 21 kasus dan 1 orang meninggal dunia, sementara pada 1 April 2020 naik menjadi 12 ribu kasus. Itu bagaimana penjelasannya? Penjelasannya karena mereka tidak segera melakukan penutupan, tidak segera melakukan pembatasan sosial, ketika sudah melonjak baru pembatasan sosial, loh berat.
Saya juga mempelajari apa yang terjadi di Wuhan (Ibu Kota Provinsi Hubei, Cina), angka penyebaran virus covid-19 menurun saat dilakukan pembatasan (lockdown) oleh pemerintah China. Kasus Corona di Wuhan turun setelah ada kebijakan lock down, sehingga tidak ada interaksi sosial. Inilah pelajaran penting, kenapa itu sejak Maret kita lakukan (pembatasan sosial di Jakarta-red). Ya karena kita baca data di Wuhan. Mau kita potong penyebarannya.