Corona Serang Dunia

Studi Harvard: Jarak Sosial Diperlukan Jeda Sampai 2022

Bahwa jarak sosial atau seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB} di Indonesia diperlukan sampai dua tahun mendatang atau 2022, tetapi ada jeda.

Editor: M Nur Pakar
AFP / Johannes EISELE
Bendera AS terlihat setengah tiang di Times Square, New York City yang tampak sepi pada 13 April 2020. 

SERAMBINEWS.COM, CAMBRIDGE– Para ilmuwan yang tergabung di Universitas Harvard, Cambridge, Massachusetts, AS membuat penelitian mengejukan.

Bahwa jarak sosial atau seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB} di Indonesia diperlukan sampai dua tahun mendatang atau 2022, tetapi ada jeda.

Mereka  menilai pola lockdown satu kali tidak akan menghentikan penyebaran virus Corona baru, sehingga periode jarak sosial yang berulang mungkin diperlukan hingga tahun 2022 untuk mencegah rumah sakit kewalahan.

Amerika Serikat Catatkan Kematian Corona Tertinggi di Dunia, Negara Pertama 2.000 Kematian Sehari

Para ilmuwan Harvard yang mengeluarkan lintasan pandemi Corona menurunkan laporan di Jurnal Science pada Selasa (14/4/2020).

Studi muncul ketika AS memasuki puncak COVID-19 dan menyatakan akan segera mengurangi tindakan lockdown..

Simulasi komputer tim Harvard, yang diterbitkan dalam sebuah makalah di jurnal Science, mengasumsikan bahwa COVID-19 akan menjadi musiman, seperti flu biasa, dengan tingkat penularan yang lebih tinggi pada musim dingin.

Tetapi banyak yang masih belum diketahui, termasuk tingkat kekebalan yang didapat dari infeksi sebelumnya dan berapa lama hal itu dapat berlangsung, kata para penulis.

Corona Hancurkan Bisnis Geng Narkoba, Angka Pembunuhan Turun drastis di Amerika Latin

"Kami menemukan bahwa langkah-langkah jarak sosial satu kali kemungkinan tidak cukup untuk mempertahankan kejadian SARS dan CoV-2 dalam perawatan yang kritis di Amerika Serikat," kata penulis utama Stephen Kissler kepada wartawan.

"Apa yang tampaknya diperlukan dengan tidak adanya jenis perawatan lain adalah periode jarak sosial intermiten," tambahnya.

Tes viral yang luas akan diperlukan untuk menentukan kapan ambang batas akan memicu kembali pembatasan jarak dilewati, katanya.

Durasi dan intensitas lokcdown dapat dilonggarkan saat perawatan dan vaksin tersedia. 

Tetapi dengan ketidakhadiran mereka, menjaga jarak akan memberi waktu rumah sakit untuk meningkatkan kapasitas perawatan kritis, khusus untuk menangani lonjakan kasus yang akan terjadi ketika langkah-langkah itu dilonggarkan.

"Dengan memungkinkan periode penularan yang mencapai prevalensi lebih tinggi daripada yang mungkin terjadi, mereka memungkinkan mendapatkan kekebalan yang dipercepat," kata penulis bersama Marc Lipsitch.

Sebaliknya, terlalu lama jarak sosial tanpa jeda bisa menjadi hal yang buruk. 

Di bawah satu skenario "jarak sosial sangat efektif,  sehingga hampir tidak ada kekebalan populasi yang dapat dibangun," katanya seraya perlunya pendekatan intermiten.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved