Berita Aceh Singkil
Di Tengah Pandemi Corona, Lokan Sarang Buaya Tetap Jadi Primadona di Aceh Singkil
Meningkatnya permintaan para pedagang lokan sebagian tak lagi menjual per biji. Agar lebih mudah menjualnya per kilo.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Nur Nihayati
Meningkatnya permintaan para pedagang lokan sebagian tak lagi menjual per biji. Agar lebih mudah menjualnya per kilo.
Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Lokan (kerang sungai) yang diambil dari sungai tempat buaya bersarang terus menjadi primadona di Kabupaten Aceh Singkil.
Sebab tetap laris manis, tak terpengaruh pandemi virus Corona (Covid-19) yang tengah melanda dunia.
Bahkan harganya cenderung naik seiring meningkatnya permintaan baik lokal maupun luar daerah.
Warga meminati lokan sebagai lauk alternatif pengganti ikan dan daging. Apalagi lokan bisa diolah jadi berbagai macam penganan, seperti sate lokan, gulai lokan, rendang lokan dan lokan krispi.
• Ribuan Cacing Tanah Muncul ke Permukaan Jadi Pertanda Gempa Bumi? Simak Penjelasan BMKG
• Setelah Delapan Bulan, Mantan Ketua DPRK Aceh Utara Kembalikan Mobil Dinas
• Wakil Wali Kota Langsa Datangi Korban Kebakaran, Ini Jenis Bantuan Disalurkan
Meningkatnya permintaan para pedagang lokan sebagian tak lagi menjual per biji. Agar lebih mudah menjualnya per kilo.
Kendati demikian pedagang lokan tetap melayani pembelian per butir. "Biar mudah di jual per kilo saja," kata Ete Inang penjual lokan di Desa Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara, Minggu (19/4/2020).
Per kilo lokan dijual Rp 25 ribu. Sementara per butir ukuran besar Rp 30 ribu per 100 biji, ukuran sedang Rp 20 ribu dan ukuran kecil Rp 15 ribu tiap 100 butir lokan.
Lokan dijual setelah dikupas. Namun untuk pengiriman ke luar daerah biasanya dijual masih bercangkang.
Penjual lokan kini tak hanya didominasi warga pinggir sungai di Kecamatan Singkil. Di Singkil Utara, tepatnya di Desa Gosong Telaga Barat, telah ada penjual lokan.
Jangan tanya tempat mencarinya. Lokan dimanapun dijual tempat mencarinya tetap di sungai tempat buaya bersarang.
"Kami mencari lokan di sungai Kampung Baru, tetap saja ada buayanya," kata Ogek Nas suami dari Inang.
Hanya saja sebut, Inang buaya di sungai Kampung Baru, tidak seganas di sungai Singkil, tempat mencari lokan sebelumnya.
"Dimana saja cari lokan pasti ada buayanya. Mudah-mudah tidak mengganggu kita kan cari nafkah," ujar Inang.(*)