Luar Negeri

Iran Berhasil Luncurkan Satelit Militer Pertama, Amerika Serikat Tuduh Iran Langgar Resolusi PBB

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Rabu (22/4/2020) menuduh Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB melalui peluncuran satelit militer pertama

Editor: Faisal Zamzami

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON DC - Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Rabu (22/4/2020) menuduh Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB melalui peluncuran satelit militer pertamanya.

"Saya pikir Iran perlu bertanggung jawab atas apa yang telah mereka lakukan," kata Pompeo kepada wartawan dikutip dari AFP Rabu (22/4/2020).

Iran pada Rabu mengumumkan, mereka telah menempatkan satelit militer pertamanya di orbit setelah percobaan berulang kali, dan meskipun ada tekanan ekonomi serta militer yang kuat dari pemerintahan Donald Trump.

"Satelit pertama Republik Islam Iran telah berhasil diluncurkan ke orbit oleh Korps Garda Revolusi Islam," ungkap situs Garda Sepahnews.

Dikatakan, satelit bernama Noor itu telah diluncurkan dari peluncur dua tahap Qassed dari Gurun Markazi, sebuah bentangan luas di dataran tinggi tengah Iran.

Satelit itu "mengorbit bumi pada ketinggian 425 kilometer," kata situs web itu.

"Tindakan ini akan menjadi (hal) sukses besar dan perkembangan baru di bidang ruang angkasa untuk negara Islam Iran," tambah keterangan situs tersebut.

Operasi itu terjadi lebih dari dua bulan setelah diluncurkan Iran namun gagal untuk mengorbit satelit lain yang menurut keterangan dari Iran tidak memiliki tujuan militer.

Peluncuran satelit gagal pada dua bulan sebelumnya yakni pada 9 Februari dinamakan Zafar yang bermakna 'kemenangan' dalam bahasa Persia.

Tadinya ditujukan sebelum peringatan ke-41 Revolusi Islam Iran.

Dilansir dari media Perancis, AFP, Korps Garda Revolusi Iran telah memuji kesuksesan peluncuran satelit militer tersebut sebagai 'kesuksesan besar'.

Ketegangan antara Iran dan AS meningkat minggu lalu di mana Departemen Pertahanan AS menuduh kapal Iran melecehkan kapal-kapal mereka di Teluk.

Pasukan AS menuduh program satelit Iran untuk menutupi perkembangan misil mereka, sementara Iran sebelumnya bersikeras bahwa aktivitas luar angkasanya telah mematuhi kewajiban internasionalnya.

 Pemerintahan Trump telah lama berpendapat bahwa kegiatan satelit Iran adalah kedok untuk pekerjaan rudal balistik.

"Iran secara konsisten mengatakan bahwa program-program rudal ini terputus dari militer, bahwa ini murni perusahaan komersial," lanjut Pompeo.

"Saya pikir peluncuran hari ini membuktikan apa yang kami katakan selama ini di AS."

 "Saya pikir setiap negara memiliki kewajiban untuk mengevaluasi ke PBB apakah peluncuran rudal ini konsisten dengan resolusi Dewan Keamanan. Saya kira tidak jauh dari itu."

Politisi dari Partai Republik itu merujuk pada resolusi Dewan Keamanan 2231 tahun 2015, yang meminta Iran tidak mengejar kegiatan dalam mengembangkan rudal balistik yang dapat membawa hulu ledak nuklir.

Tujuan utama resolusi itu adalah memberi kepastian pada masyarakat internasional di perjanjian yang dinegosiasikan oleh pemerintahan Presiden Barack Obama saat itu, di mana Iran secara drastis mengurangi pekerjaan nuklirnya.

 Trump menarik diri dari perjanjian itu dan justru menjatuhkan sanksi.

Pada Januari ia memerintahkan serangan drone yang menewaskan seorang pimpinan militer Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani.

Kemudian pada Kamis (23/4/2020) Trump mengancam akan menghancurkan kapal perang Iran jika mereka melecehkan kapal-kapal AS di Teluk.

Musuh bebuyutan Iran dan Amerika Serikat tampaknya berada di ambang konfrontasi habis-habisan dua kali dalam setahun terakhir.

Pertikaian lama antara Teheran dan Washington diperburuk pada 2018 ketika Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan yang membekukan program nuklir Iran, sebelum mengeluarkan tuntutan baru bahwa Teheran membatasi pengembangan rudal balistiknya.

Ketegangan meningkat sejak AS membunuh Mayor Jenderal Qasem Soleimani, kepala unit operasi asing Garda, Pasukan Quds, dalam serangan pesawat tak berawak pada Januari silam.

Washington juga telah menyuarakan keprihatinan pada masa lalu tentang program satelit Teheran, dengan mengatakan peluncuran roket pembawa pada Januari 2019 sama dengan pelanggaran batas rudal balistiknya.

Iran menyatakan tidak berniat memperoleh senjata nuklir, dan mengatakan kegiatan kedirgantaraannya damai dan mematuhi resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Republik Islam yang wabah virus corona termasuk memprihatinkan di dunia, menuduh AS sebagai "terorisme ekonomi" atas sanksi-sanksi yang diberikan pada mereka.

Sanksi-sanksi terhadap Iran telah menolak akses obat-obatan dan peralatan medis yang dibutuhkan untuk melawan virus yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Iran mengatakan virus itu telah merenggut nyawa hampir 5.300 orang dan menginfeksi hampir 85.000 sejak wabah itu muncul pada 19 Februari.

Namun, jumlah orang Iran yang terbunuh dan sakit oleh virus secara luas dianggap jauh lebih tinggi.

Covid-19 di Aceh Tenggara, Masyarakat tak Patuhi Jaga Jarak Fisik, Ini Penjelasan dr Bukhari SpOG

Covid-19 di Aceh Tenggara, Masyarakat tak Patuhi Jaga Jarak Fisik, Ini Penjelasan dr Bukhari SpOG

Pantai Lhok Bubon, Samatiga Ditutup untuk Pengunjung, Mencegah Penyebaran Covid-19

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Luncurkan Satelit Militer Pertama, Menlu AS: Mereka Perlu Tanggung Jawab"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved