Melawan Covid 19
Sempat Jadi Korban Hoaks, Begini Kisah Jenny, Wanita yang Kini Sedang Berjuang Melawan Covid-19
Jenny bukan hanya menjadi korban covid-19. Volunteer Puskesmas Pegambiran ini juga sempat menjadi korban hoaks.
Penulis: Khalidin | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Khalidin
SERAMBINEWS.COM – “Oh video itu, silakan asal untuk kepentingan umat, saya ridha bang,” demikian antara lain petikan percakapan Serambinews.com via telepon seluler dengan Jenny Martinus, salah seorang pasien covid-19 yang sedang menjalani perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil, Padang, Minggu (26/4/2020).
Yah, wanita berusia 29 tahun ini merupakan pasien positif corona (covid-19) asal kluster Pegambiran di Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar) dan sudah menjalani perawatan selama dua pekan terakhir.
Jenny bukan hanya menjadi korban covid-19. Volunteer Puskesmas Pegambiran ini juga sempat menjadi korban hoaks. Ini terkait sebuah video viral di media sosial tentang nasehat seorang wanita diklaim bernama Erma Yunita Simamora yang tak lain adalah sosok Jenny.
Video yang telah beredar itu menunjukkan seorang wanita yang memberikan nasihatnya saat menjalani perawatan di RSU Lubuk Linggau karena Covid-19.
Yang jadi masalah dalam video itu disebutkan bernama Erma Yunita Simamora dan telah meninggal dunia. Padahal, pemilik video merupakan Jenny dan hingga kini masih dalam perawatan di rumah sakit.
Video asli diunggah di akun milik Jenny Martinus pada tanggal 20 April 2020 pukul 16.47. Jenny menggunggah dua video lainnya bersamaan dengan video tersebut. Jenny pun telah mengklarifikasi video itu per tanggal 24 April 2020 pukul 21.59.
Dalam video klarifikasi yang diunggah dengan narasi sebagai berikut: “Untuk kamu yang membuat berita hoax saya sudah meninggal dan viral se jagad raya. Terimakasih ya… Semoga Allah berikan umur panjang pada saya. Semoga Allah berikan anda kesehatan, rezki HALAL tidak dengan cara bikin berita HOAX,, dan saya berdoa agar keluarga dan anak keturunan anda merasakan apa yang saya rasakan. Pedih hati ini saat sakit di fitnah… Semoga yang lain tidak merasakan, cukup aku saja yang kalian sakiti
Banyakku berdoa untuk kebaikan kalian, janganlah kau sakiti hati saudara seimanmu dengan fitnah yang kejam. Kasihan almarhumah, sudah meninggal tapi jadi bahan gunjingan.. Dan aku yang masih hidup anda fitnah dengan mengabarkan saya sudah meninggal.” Kata Jenny
Nah, kembali soal Jenny, wanita kelahiran 21 Juni 1990 ini dengan senang hati memberi kesempatan kepada Serambinews.com untuk berbagi cerita mengenai kisah dukanya sebagai pasien covid-19.
Meski terpukul, Jenny tampak tegar menghadapi cobaan yang kini menimpa dia. Jenny pun menceritakan ihwal virus corona menulari dirinya.
Dia mengizinkan nama dan identitas lengkap lainnya ditulis di media karena merasa penyakit covid-19 bukan aib yang harus disembunyikan.
Sampai saat ini, kata Jenny dia sudah 12 hari menjalani perawatan isolasi. Jenny merupakan satu dari empat tenaga kesehatan di Puskesmas Pegambiran yang terpapar virus pandemik. Jenny satu dari sekian petugas sebagai Penanggungjawab (PJ) covid-19 di Puskesmas Pegambiran. Ini berawal dari aktivitasnya setiap hari berkoordinasi dengan unsur RT/RW, kelurahan hingga kecamatan untuk memantau orang yang berstatus pelaku perjalanan dari area terjangkit (PTT).
Dalam aktivitas tersebut, kata Jenny dia tak jarang kontak langsung dengan masyarakat berstatus orang dalam pemantauan (ODP) corona.
Inilah awal dugaan ia tertular virus corona. Tak hanya dirinya, tapi juga menular ke suami yang juga merupakan karyawan di Puskesmas Pegambiran. Jenny menduga terpapar oleh pasien yang tidak jujur dengan riwayat perjalanannya.
Tepat Sabtu (11/4/2020) lalu, Jenny bersama rekannya melakukan tes swab di Semen Padang Hospital (SPH). Berselang empat hari atau tepat Selasa (14/4/2020), hasil swab Jenny dan kawan-kawan keluar dan telah beredar di tengah masyarakat meski dia sendiri belum mendapat kabar tersebut. Karena penasaran banyaknya pertanyaan warga via whatsapp, Jenny menanyakan ke teman seprofesi yang ikut swab.
”Mungkin teman saya menjaga perasaan Jenny, jadi dia gak langsung bilang, walau dia sudah tau duluan,” ujar Jenny.
Walhasil benar saja, berdasarkan hasil swab, Jenny terpapar virus covid-19. Jenny dirujuk ke RSUP M Djamil Padang Rabu (15/4/2020).
Kini, Jenny telah melewati 11 hari di ruangan isolasi khusus covid-19. Tak banyak yang bisa ia lakukan di ruang itu, sendiri tanpa ada yang menemani. Di ruang sekitar 5x5 ini tidak tersedia televisi atau fasilitas lain sehingga terkadang membuat jenuh.
“Cuma pintu kaca keluar masuk paramedik itu kan tembus pandang jadi setiap hari bisa menyaksikan paramedik lalulalang. Inilah pengobat bosan, saya bisa lihat teman-teman medis dengan APD berjalan dan selalu menyapa saya agar tetap semangat,” terang Jenny.
Jenny menambahkan, saat awal menjalani perawatan dia tidak mengalami gejala seperti demam dan lainnya. Kondisinya termasuk sehat. Namun, kata Jenny, empat hari dirawat dia mengalami beberapa gejala seperti sesak nafas, batuk dan sakit tenggorokan.
Fase berat itu, lanjut Jenny begitu menyakitkan karena lidah dan penciuman tidak lagi berfungsi. Bahkan tenggorokan dan lidah sangat menyakitkan seperti ada yang menusuk. Serangan tersebut terjadi terutama malam hari.
Kini, kondisi Jenny mulai membaik, hanya saja masih mengalami batuk ringan setelah melewati fase terberat. Menurut Jenny, gejala covid yang dialami penderitanya berbeda-beda sehingga tidak bisa jadi patokan.
Dia sendiri yang positif covid-19 tanpa mengalami demam tinggi. Ketika ditanyai bagaimana grafik sakit yang diderita, Jenny menyebut mirip bukit naik turun. Kini, kata Jenny dia menjalani masa pemulihan dan semakin baik.
Jenny sendiri masih menunggu hasil swab lanjutan yang akan keluar beberapa hari ke depan. Dikatakan, jika hasil swab dua kali berturut-turut negatif maka dia akan bisa keluar dari RS tersebut.(*)
• Remaja Muslim di Inggris Meninggal Sendirian Karena Covid-19, Pangeran Charles Beri Penghormatan
• Antisipasi Penyebaran Covid-19, Pemerintah Aceh Mulai Salurkan Masker ke Seluruh Daerah
• Kelanjutan Liga 1 2020, PSSI tak Ingin Ikut Negara Lain yang Menggelar Pertandingan tanpa Penonton
• Begini Cara Sejumlah Negara di Asia Tenggara dalam Memerangi Covid-19