Update Corona di Aceh
BEM Unimal Janji akan Kawal Penggunaan Dana Covid-19 di Aceh
Dana yang disiapkan Pemerintah Aceh saja mencapai Rp 1,7 triliun untuk 23 kabupaten/kota di Aceh.
Penulis: Jafaruddin | Editor: Mursal Ismail
Dana yang disiapkan Pemerintah Aceh saja mencapai Rp 1,7 triliun untuk 23 kabupaten/kota di Aceh.
Laporan Jafaruddin I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM,LHOKSEUMAWE – Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Malikussaleh (BEM UNIMAL) akan mengawasi penggunaan anggaran penanganan dampak Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) oleh Pemerintah Aceh dan sejumlah kabupaten/kota lainnya.
Dana yang disiapkan Pemerintah Aceh saja mencapai Rp 1,7 triliun untuk 23 kabupaten/kota di Aceh.
Namun, hingga kini bantuan yang diterima masyarakat masih sangat minim.
“Berdasarkan data total dana yang disiapkan Pemerintah Aceh dan 23 kabupaten/kota di Aceh mencapai Rp 2,3 triliun,” ujar Wakil Ketua BEM Unimal, Muhammad Sabar dalam siaran pers kepada Serambinews.com, Minggu (26/4/2020).
Muhammad Sabar merincikan peruntukan dana ini untuk jaring pengaman sosial Rp 1,5 triliun, kesehatan Rp 567 miliar.
• Raffi Ahmad Bongkar Tas Menteri Erick Tohir, Apa Isinya?
• PMI Banda Aceh Tetap Laksanakan Donor Darah di Bulan Puasa, Ini Jadwal dan Lokasinya
• Truk Trado dan Excavator yang Terperosok di Jembatan Pantai Dona Bobotnya Mencapai 28 Ton
Kemudian untuk dukungan industri dan UMKM Rp 500 juta dan pemulihan ekonomi Rp 278 miliar.
Tapi kendati anggaran sangat besar, tapi bantuan yang diterima masyarakat sangat minim.
Hingga kini bantuan yang baru diterima perdesa maksimal 2 Kepala Keluarga (KK) jumlah penerimanya.
Bantuan itu berupa beras, gula, mnyak goreng dan mi instan.
“Kami akan terus mengawal terkait penggunaan dana bantuan untuk penanggulangan Covid-19 di Aceh.
Jangan sampai anggaran tersebut dijadikan proyek bagi sepihak penguasa,” tegasnya.
Disebutkan, sebagian dari anggaran tersebut digunakan untuk pengadaan sembako yang telah dibagikan kepada masyarakat hampir seluruh kabupaten kota/di Aceh.
Namun disini terjadinya kejanggalan dalam tahapan pengadaan dimana harga karung beras mencapai Rp 5.000 per unit.
Begitu juga dengan harga sembako yang sangat mahal, padahal pengadaan tersebut di lakukan oleh pemerintah yang mestinya harga sembako harus lebih murah bukan lebih mahal.
“Kami sangat curiga dibalik musibah ini ada pihak tertentu yang ingin mendapatkan untung sepihak,” ujar Sabar.
Jumlah bantuan sembako yang beredar kepada masyarakat Aceh dari 23 kabupaten/kota di Aceh ini sangat tidak memadai dibandingkan anggaran sebanyak itu.
Pasalnya harga sembako semestinya tidak begitu mahal.
Namun untuk pengadaan karung beras saja disebut-sebut sudah memangkas anggaran yang sangat besar mencapai Rp 300 juta dan pengadaan goody bag mencapai Rp 1,2 miliar ini.
"Jumlah tersebut di luar akal sehat, yang mestinya diharga karung dan goody bag saja itu sudah mendapatkan sekian banyak paket sembako jika harga karung murah.
Proses pengangkutan sembako pun dibiayai selayaknya mengirimkan barang di penawaran jasa umum.
Padahal ini punya pemerintah sendiri bisa dengan menggunakan anggaran secukupnya bukan berfoya-foya dengan anggaran tersebut,” ujar Sabar.
Menurut Sabar, ada satu kecamatan dengan jumlah desa 36 di Aceh Utara, tapi hanya mendapatkan 16 paket.
”BEM UNIMAL meminta Forbes harus mengambil peran proaktif pada penanganan dampak Covid-19 di Aceh," ujar Sabar.
BEM Unimal melihat peran anggota dewan di kabupaten/kota di Aceh serta DPR Aceh tak terlihat dalam masyarakat.
Padahal masyarakat sangat berharap kehadiran mereka dalam kondisi seperti sekarang ini.
Kalaupun mereka tidak bisa membantu dalam bentuk sembako, tapi berharap dewan bisa menampung keluhan dan aspirasi yang disampaikan masyarakat.
Hanya beberapa anggota dewan menyalurkan dana aspirasi untuk membantu perekonomian masyarakat dan untuk pencegahan covid-19.
Namun, jumlahnya juga masih bisa dihitung dengan jari. (*)