Update Corona di Indonesia
Media Asing Sorot Angka Kematian Akibat Covid-19 di Indonesia Capai Lebih dari 2.200 Orang
Tiga ahli medis mengatakan angka-angka tersebut mengindikasikan jumlah korban jiwa secara nasional kemungkinan akan jauh lebih tinggi daripada angka
Dia mengatakan banyak dari 19.897 orang yang diduga penderita virus corona di Indonesia belum diuji karena antrean panjang spesimen yang menunggu diproses di laboratorium yang kekurangan staf.
Beberapa orang telah meninggal sebelum sampel mereka dianalisis, katanya.
“Jika mereka memiliki ribuan atau ratusan sampel yang perlu mereka uji, mana yang akan mereka prioritaskan? Mereka akan memberikan prioritas kepada orang-orang yang masih hidup, ”katanya kepada Reuters.
Adisasmito adalah pakar kesehatan masyarakat paling senior di Gugus Tugas COVID-19 Indonesia dan Biro Pers Presiden Joko Widodo.
Menurut pedoman COVID-19 terbaru dari Kementerian Kesehatan, pasien yang diklasifikasikan sebagai PDP adalah mereka yang menderita penyakit pernapasan akut yang tidak ada penjelasan klinis selain virus corona.
“Saya percaya sebagian besar kematian PDP disebabkan oleh COVID-19,” kata Pandu Riono, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia.
Beberapa anggota senior pemerintah pernah menganggap wabah virus corona tidak berbahaya pada bulan Januari dan Februari.
Mereka malah menyarankan orang-orang untuk doa, pengobatan herbal dan kondisi cuaca panas akan membantu menangkal virus.
Jumlah korban tewas sekarang adalah yang tertinggi di Asia setelah China, menurut penghitungan Reuters.
Data Reuters mengatakan bahwa penguburan jenazah di DKI Jakarta pada Maret 2020 naik 40% setiap bulan.
Gubernur provinsi itu mengatakan kepada Reuters bahwa virus corona adalah satu-satunya penjelasan yang mungkin.
Indonesia telah melakukan 210 tes per satu juta orang.
Berbeda dengan tetangganya, Australia yang telah menguji 100 kali lebih banyak per satu juta orang, sementara Vietnam sekitar 10 kali lebih tinggi.
“Tingkat infeksi dan kematian sebenarnya lebih tinggi daripada data yang dilaporkan secara resmi oleh pemerintah. Hal itu karena tes kami masih sangat rendah dibandingkan dengan populasi,” kata Dr Iwan Ariawan, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah dituduh oleh para aktivis dan penentang politiknya karena kurangnya transparansi dalam menangani epidemi.