Menghibur Diri dengan Curhat dan Berbagi Makanan

SEORANG pasien di lantai 26, mengaku dirujuk oleh RSUD Tangerang. Ia sebetulnya tak memiliki gejala apapun

Editor: hasyim
TRIBUNNEWS/CECEP BURDANSYAH
Pasien berjemur dan saling berbincang di roof top RS Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Minggu (3/5/2020). Wisma Atlet Kemayoran telah dialihfungsikan menjadi RS Darurat Covid-19, setelah pandemi Virus Corona mendera Indonesia. TRIBUNNEWS/CECEP BURDANSYAH 

 * Kisah Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Jakarta

Tak seorang pun yang mau jadi  penghuni  Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta. Namun, ketika hasil rapid test, atau rumah sakit merujuk seseorang harus isolasi di tempat tersebut, tak ada pilihan lain.

SEORANG pasien di lantai 26, mengaku dirujuk oleh RSUD Tangerang. Ia sebetulnya tak memiliki gejala apapun, kecuali selalu keluar keringat dingin. Ia kemudian memeriksakan diri ke RSUD Tangerang bersama istrinya.

Setelah menjalani rapid test, hasilnya positif, lalu RSUD merujuknya ke Wisma Atlet. Sementara istrinya dinyatakan negatif. "Di rumah jadi nggak tenang, pada khawatir, tetangga gaduh," kata pasien yang berasal dari Jawa Tengah ini.

Kisah pasien di Wisma Atlet memang hampir mengalami perlakuan yang sama, baik dari keluarga, teman, maupun tetangga. Bahkan seorang pasien terpaksa harus kehilangan pekerjaan, karena begitu hasil rapid test positif, perusahaan langsung memutus hubungan kerja.

"Saya langsung di-PHK, tidak boleh ke kantor meskipun nanti sudah keluar dari Wisma Atlet," kata seorang pasien di lantai 27 yang bekerja di bidang keuangan.

Perasaan-perasaan seperti itulah dialami para pasien di Wisma Atlet. Namun mereka mencoba untuk tegar. Mereka berbagi pengalaman, mengobrol di rooftop lantai 33 sambil berjemur. Untuk melepaskan tekanan dan beban, keluar candaan-candaan yang mengundang tawa.

Seperti pemandangan pada Minggu (3/5) pagi, sambil berjemur mereka berkumpul namun tetap menjaga jarak dan mengenakan masker. "Perasaan kita dijauhi keluarga itu sebetulnya salah. Sebab mereka juga mencintai dan menyayangi kita. Ini kan bukan keinginan mereka," kata seorang pasien.

Sebagai bukti perhatian dan kasih sayang keluarga, kerabat atau teman-temannya, mengirim makanan dan kebutuhan lainnya. Hampir semua pasien selalu menerima kiriman dari keluarga, teman, dan kerabatnya.

Memang tidak semua pasien menerima kiriman dari luar. Seorang pasien di lantai 26 mengaku tak pernah mendapat kiriman apapun. Namun ia tetap bersyukur karena makanan di Wisma Atlet berlimpah dan tak pernah kekurangan.

Berbagi makanan di antara sesama pasien menjadi kebiasaan. Ada pasien yang bingung bagaimana menghabiskan makan saking banyaknya kiriman. Ia kemudian menawarkan kepada pasien lain. "Bapak dan Ibu, ayo siapa yang butuh apel, pisang, dan biskuit, saya kebetulan dapat kiriman terlalu banyak. Kalau Bapak dan Ibu mau, silakan ambil ke ruangan saya."

                                                                                                            Pesan mi ayam

Suatu waktu, seorang pasien mendapat kiriman kentang  goreng dalam jumlah sangat banyak. Pasien penerima kiriman langsung mengumumkan, "Ayo, Pak, Ibu, siapa yang mau goreng kentang, ambil ke ruang perawat," katanya. Tak perlu menunggu lama, kantong besar berisi kentang  itu langsung ludes.

Makanan yang disediakan Wisma Atlet memang tidak pernah kurang, namun menunya tak pernah beranjak dari ayam goreng, tumis wortel dan kangkung, ayam tepung, pisang,  dan puding. Karena setiap hari menu selalu sama, itu-itu saja, tak heran bila merindukan menu berbeda.

Ketika ada makanan dari luar dan dibagikan, sudah pasti berlomba ingin mencicipinya. “Serbuuuuu....!!!” Begitulah keseruan di Wisma Atlet.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved