Luar Negeri

Pemimpin Separatis Selatan Tetap Klaim Kemerdekaan, Abaikan Seruan Saudi

Pemimpin separatis, Dewan Transisi Selatan (STC) Aydarous al-Zubaidi menegaskan tetap mengklaim kemerdekaan untuk memberi pemerintahan sendiri di Kota

Editor: M Nur Pakar
AFP/Saleh Al-OBEIDI
Konvoi kendaraan Pasukan Keamanan Dewan Transisi Selatan (STC) di Kota Aden, Yaman Selatan pada 26 November 2019. 

SERAMBINEWS, COM KAIRO – Pemimpin separatis, Dewan Transisi Selatan (STC) Aydarous al-Zubaidi menegaskan tetap mengklaim kemerdekaan untuk memberi pemerintahan sendiri di Kota Aden, Yaman.

Namun, kawasan Yaman Selatan yang dikuasai kelompok S ) terancam pecah dalam perang saudara baru..

Pemimpin separatis Aydarous al-Zubaidi menyampaikan deklarasi pemerintahan sendiri pada 25 April 2020, seusai mendapat dukungan dari UEA, Abu Dhabi.

Al-Zubaidi mengepalai Dewan Transisi Selatan, sebuah payung dari milisi bersenjata lengkap dan dibiayai dengan baik oleh Uni Emirat Arab (UEA) sejak 2015.

“Kami berharap mengembalikan Yaman Selatan yang independen, seperti dari tahun 1967 sampai 1990,” katanya, seperti dilansir AP, Selasa (5/5/2020).  

Kondis itu, membuat pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi dalam posisi lemah di tengah upaya mengakhiri konflik dengan Houthi, dukungan Iran.

Deklarasi pemerintahan sendiri, berati merampok pemerintahan sementara di ibukota Hadi, Aden. Hadi telah tinggal di pengasingan di ibukota Saudi, Riyadh selama beberapa tahun.

Tetapi pemerintahannya tetap hadir di Aden.

Warga menghadiri pemakaman anggota keluarganya di pemakaman umum Qutay, Distrik Crater, Kota Aden, Yaman Selatan, Selasa (5/5/2020).
Warga menghadiri pemakaman anggota keluarganya di pemakaman umum Qutay, Distrik Crater, Kota Aden, Yaman Selatan, Selasa (5/5/2020). (AFP/Saleh Al-OBEIDI)

Hebatnya Cara Yaman Menangkal Pandemi Corona

Arab Saudi dan UEA Terancam Bertikai

VIDEO - Wakil Presiden Iran Terjangkit Virus Corona. Mulai Tak Nyaman Saat Konferensi Pers

Namun, Arab Saudi menyebut pengumuman itu sebagai kudeta terang-terangan terhadap perjanjian damai dengan separatis yang ditandatangani di Riyadh pada November 2019.

Arab Saudi telah memperantarai perjanjian itu setelah pertempuran mematikan antara separatis dan pasukan sekutu Hadi.

Pertempuran itu membuat separatis memegang kendali penuh atas Aden, dengan bantuan perlindungan udara dari jet Emirat.

Koalisi yang dipimpin Saudi mengatakan deklarasi pemerintahan sendiri adalah tindakan aneh dan menyerukan implementasi kesepakatan pembagian kekuasaan Riyadh.

Bahkan, Saudi meminta penyerahan senjata berat, penarikan pasukan dan pembentukan pemerintahan baru bersama.

Pemerintah Hadi mengatakan sebagian besar telah menguatkan perjanjian pembagian kekuasaan November 2019.

Dia menuduh separatis gagal memenuhi kewajiban mereka.

Dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press, menteri luar negeri dalam pemerintahan Hadi, Mohammed al-Hadhrami, mengimbau kepada UEA untuk menghentikan dukungan bagi dewan separatis.

“Mengabaikan perjanjian November 2019 berarti mengabaikan semua kesepakatan damai yang komprehensif dan adil di Yaman Selatan," katanya.

Tidak jelas apakah Arab Saudi masih memiliki daya lebih banyak lagi bermanuver di Yaman, karena telah terlibat dalam perang berbiaya besar saat ini.

Bahkan, sedang  menghadapi turunnya harga minyak internasional dan wabah virus Corona.

Mengkonsolidasikan selatan Yaman hanya melanjutkan kebuntuan dengan Houthi, mungkin membuktikan tugas yang terlalu besar, beberapa pengamat mengatakan.

Pejuang separatis Dewan Transisi Selatan (STC) menjaga pintu masuk gedung Kementerian Keuangan di Kota Aden, Yaman Selatan pada 26 April 2020.
Pejuang separatis Dewan Transisi Selatan (STC) menjaga pintu masuk gedung Kementerian Keuangan di Kota Aden, Yaman Selatan pada 26 April 2020. (AFP/Saleh Al-OBEIDI)

"Ini seperti perahu yang penuh peluru dan Saudi harus menggunakan semua 10 jari dan 10 jari mereka untuk memasukkan semua lubang lain atau kapal akan tenggelam," kata Carvajal.

Perpecahan yang semakin intensif di selatan makin menghambat upaya Saudi menemukan jalan keluar dari perang yang mahal dan tampaknya tidak dapat dimenangkan terhadap Houthi.

 Arab Saudi telah mempercepat strategi dalam beberapa bulan terakhir ini, termasuk melakukan pembicaraan dari pintu belakang dengan pemberontak.

Bulan lalu, Saudi mendeklarasikan gencatan senjata sepihak, tetapi ditolak oleh Houthi dengan alasan hanya taktik saja, sehingga pertempuran kedua belah pihak terus berlanjut.

Selain itu, Yaman Selatan sedang digempur virus Corona, sehingga memberlakukan lockdown atau penutupan, untuk mencegah penyebaran virus Corona.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved