Jurnalisme Warga
Melirik Potensi Budi Daya Belimbing Wuluh di Aceh
BELIMBING wuluh (Averrhoa bilimbi) dikenal juga sebagai belimbing sayur oleh masyarakat luas, salah satu bahan pelengkap

Buah belimbing wuluh biasanya dapat dipanen setelah berumur satu tahun pascatanam. Ciri buah yang telah siap dipanen adalah buah yang sudah besar dengan warna yang agak pudar. Mudahnya pembudidayaan belimbing wuluh seharusnya bisa memotivasi masyarakat untuk membudidayakan tanaman ini guna menghasilkan nilai ekonomi yang lebih.
Khusus bagi masyarakat Aceh budi daya belimbing wuluh sangat baik untuk dilakukan mengingat keseharian masyarakat Aceh tidak bisa terlepas dari belimbing wuluh, terutama dalam penggunaan asam sunti. Saat ini harga asam sunti berkisar Rp5.000 sampai Rp8.000/ kilogram, tergantung dari kualitasnya.
Melihat tingginya harga asam sunti rasanya sangat bagus untuk dilakukan pembudidayaan pohon belimbing wuluh secara besar-besaran di Aceh.
Namun, sejauh yang saya amati, pembudidayaan belimbing wuluh masih kurang diminati oleh masyarakat Aceh, bisa saja karena kurang informasi yang didapatkan sehingga masyarakat Aceh masih belum maksimal melakukan budi daya belimbing wuluh.
Dalam benak masyarakat Aceh, pohon belimbing wuluh memiliki prospek yang kurang bagus dibandingkan dengan tanaman lain. Padahal, kalau kita mau menekuni dengan betul-betul pembudidayaan tanaman ini akan mampu menopang perekonomian keluarga. Percayalah!
Melihat banyaknya manfaat dari belimbing wuluh tentu pembudidayaan pohon ini tidak akan sia-sia kita lakukan, terlebih bagi masyarakat Aceh yang sangat fanatik terhadap buah ini, di mana dalam setiap masakannya selalu menggunakan buah belimbing maupun asam sunti.
Sebenarnya di luar Aceh prospek pemasaran belimbing wuluh ini semakin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya kecukupan gizi dari buah-buahan.
Selain itu, penyuluhan yang diberikan pemerintah daerah tentang pentingnya pembudidayaan belimbing wuluh ini harus sering dilakukan sehingga masyarakat paham akan pentingnya pembudidayaan belimbing wuluh.
Dengan banyaknya budi daya pohon belimbing wuluh maka jumlah produksi yang dihasilkan juga semakin banyak. Peningkatan produksi ini terjadi sebagai akibat adanya perkembangan dalam segi teknis maupun nonteknis. Pertambahan luas areal tanam, semakin banyaknya tanaman yang berproduksi, serta berkembangnya teknologi produksi yang diterapkan petani merupakan perkembangan dari segi teknis.
Perkembangan dari segi nonteknis adalah semakin intesifnya bimbingan dan fasilitas yang diberikan kepada petani dan pelaku usaha, semakin baiknya manajemen usaha yang diterapkan pelaku usaha, dan adanya penguatan kelembagaan agribisnis petani.
Oleh karena itu, rasanya sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Aceh untuk membudidayakan tanaman ini. Hal ini mengingat banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh pohon belimbing wuluh ini, apalagi di Aceh buah belimbing wuluh dan asam sunti tidak bisa terlepas dari campuran dalam setiap makanan yang dimasak.
Dilihat dari sudut pandang agribisnis, pembudidayaan pohon belimbing wuluh sangat baik dilakukan oleh masyarakat Aceh, karena selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, dari sisi ekonomi buah belimbing wuluh bisa dijual mentah. Namun, bisa juga dimanfaatkan untuk pembuatan asam sunti yang tentunya asam sunti ini bisa dijual baik itu ke pasar maupun kepada orang-orang yang membutuhkan asam sunti. Dengan demikian, mampu memberikan nilai tambah dari segi pendapatan keluarga.
Setiap usaha yang akan kita tekuni pasti membuahkan hasil yang baik selama usaha tersebut kita lakukan dengan penuh kesungguhan. <3lfiana83@gmail.com>