Mengenang 32 Tahun H Dimurthala
Sejarah Stadion H Dimurthala Lampineung, Proses Pembuatan Tidak Sampai 3 Bulan
Sebelum berdiri Stadion H Dimurthala di Lampineung, tempat tersebut dijadikan sebagai tempat baris-berbaris.
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Zaenal
Laporan Syamsul Azman | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Markas Persiraja Banda Aceh, berlokasi di Stadion H Dimurthala, Lampineung, menjadi saksi bisu kegigihan seorang pecinta sepak bola.
Bisa dikatakan, tanpa adanya Dimurthala, maka tidak akan ada Stadion H Dimurthala seperti yang dikenal saat ini, begitulah pernyataan dari seorang sahabat Dimurthala, Ismail M Syah, mantan Redaktur Olahraga Harian Serambi Indonesia.

Dimur (panggilan H Dimurthala) memperjuangkan stadion sampai terjadi konflik antara dirinya dengan pejabat daerah, ia dianggap memaksa kehendak untuk menyelesaikan stadion.
• Petarung dan Pekerja Keras, Kunci Ketangguhan Persiraja di Liga 1 2020
Sejarah Stadion H Dimurthala
Sebelum berdiri Stadion H Dimurthala di Lampineung, tempat tersebut dijadikan sebagai tempat baris-berbaris.
Pada tahun 1982, Stadion H Dimurthala resmi menjadi markas Persiraja.
Sebelum stadion berdiri, tahun 1982 diadakan MTQ di Blang Padang, selesai acara MTQ semua perlengkapan MTQ tersebut dibawa ke Lampineung sebagai cikal bakal stadion H Dimurthala seperti dikenal saat ini.
Ketika itu, prajurit TNI adalah salah satu pihak yang paling banyak andil dalam membangun stadion Lampineung.
Hal ini karena kedekatan Dimurthala dengan Pangdam Iskandar Muda kala itu.
Dimurthala meminta bantuan Pangdam yang menjabat masa itu, untuk membongkar arena MTQ untuk dibawa ke Lampineung, karena ia ingin mengadakan pertandingan Enam Besar PSSI.
Karena ketika itu ada 12 klub yang bermain, maka diputuskanlah enam klub bermain di Lampineung.
• Garang di Lapangan, Ternyata Pemain Persiraja Ini Rajin Shalat ke Masjid
Mengejar pertandingan tersebut, pengerjaan stadion tidak sampai tiga bulan sudah selesai dan bisa digunakan.
Pengerjaannya stadion tanpa berhenti atau jeda.
Bekerja 24 jam sehingga membuahkan hasil memuaskan, stadion berdiri dengan kokoh meski pengerjaannya tidak sampai 3 bulan.
Karena stadion telah berdiri, maka bisa diselenggarakan pertandingan enam besar di Lampineung, di antaranya yang bermain di Lampineung masa itu ada Manokwari, Persija dan beberapa klub lain.
• Liga 1 Terhenti, Pemain Persiraja Harus Kirim Video Saat Latihan di Rumah
Alasan dijadikan Nama Stadion H Dimurthala
Peran Dimurthala dalam pembangunan stadion begitu besar.
Bisa dibilang, tanpa ada dirinya, stadion tersebut tidak akan pernah terbangun.
Pemberian nama Stadion H Dimurthala, erat kaitannya dengan pembangunan stadion hanya memakan waktu kurang dari tiga bulan.
Ketika itu, Wali Kota Banda Aceh keberatan dijadikan nama H Dimurthala sebagai nama Stadion, karena namanya sudah direncanakan dijadikan sebagai nama jalan.
Namun, karena Dimurthala dkk berjuang habis-habisan, maka diputuskanlah nama Stadion sebagai Stadion H Dimurthala.
Alhasil selain nama stadion, nama H Dimurthala juga dijadikan sebagai nama jalan, tepatnya Jalan Stadion H Dimurthala, Kuta Alam, Banda Aceh.
• Kiper Persiraja Aji Bayu Putra, Kembali Bersawah Sejak Kembali ke Brebes
Perselisihan Karena Stadion
Meskipun Dimurthala memiliki pengaruh besar dan banyak pengorbanan untuk membuat stadion, ternyata tidak semua setuju Dimur membangun sebuah stadion.
Kala itu Dimur sempat berselisih dengan pejabat tertinggi di Aceh dan Kepala Dinas Provinsi.
Selain Walikota Banda Aceh kala itu yang keberatan, karena merencanakan nama Dimurthala dijadikan sebagai jalan, dari pihak yang lebih besar memberi tekanan kepada Dimur.
Para petinggi Aceh marah karena proses membangun stadion, menyebabkan jalan rusak akibat mengangkut tanah.
Apalagi saat stadion dibangun sedang musim penghujan, maka jalan banyak rusak.
Meski cuaca tidak mendukung, pengerjaan stadion tetap dilaksanakan oleh para tentara, sampai keluar ucapan dari Dimur kepada pejabat tersebut.
• Agus Suhendra Bek Bertahan Persiraja Tinggal Sebatang Kara di Mes Pemain Banda Aceh
“Biarkan saja jalan hancur, asalkan stadion tidak hancur,” ucap Dimur masa itu.
Karena dirinya tetap teguh pada pendirian, pejabat setempat sempat menuturkan kepada Dimurthala,
“Bagaimana kamu membuat stadion di musim hujan, nanti rugi semua,” ujar pejabat kepada Dimur kala itu.
Lantas, karena Dimur telah habis-habisan untuk Persiraja, ia hanya menjawab akan memberikan semua untuk Persiraja.
“Kalau rugi, semua harta saya akan saya jual untuk menganti kerugian,” jawab Dimur.
• Tanggapan Pemain Persiraja Rijal Torres & Mukhlis Nakata Jika Liga 1 2020 Dihentikan Akibat Covid-19
Karena adanya perselisihan, Dimur menjadi sorotan, ketika terjadi demonstrasi atau hal berkaitan dengan orang banyak, selalu dikaitkan dirinya.
Padahal, dirinya tidak terlibat sama sekali dengan berbagai demonstrasi masa itu.
Cekcok antara Dimur dengan pejabat setempat berlanjut sampai dirinya menutup usia. (*)