Breaking News

Berita Aceh Tengah

Kritikus Sastra Sebut Puisi LK Ara, Ironi di Bulan Suci, Perseteruan Bupati dan Wakil Bupati

"Kebersahajaan hidup itu dibandingkan dengan kenaikdarahan pejabat atau pemimpin tertentu ihwal apa pun itu dalam latar Aceh.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Nur Nihayati
Sumber internet
Narudin Pituin 

"Kebersahajaan hidup itu dibandingkan dengan kenaikdarahan pejabat atau pemimpin tertentu ihwal apa pun itu dalam latar Aceh.

Laporan Fikar W.Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Penerjemah, penyair dan kritikus sastra, Narudin Pituin memberi perhatian khusus kepada puisi "Penjual Tiram pun Malu" yang ditulis penyair senior Indonesia, LK. Ara.

Puisi tersebut "masih hangat" dan tersebar luas di grup WhatsApp, memiliki konteks dengan peristiwa perseteruan tajam dan terbuka dua pemimpin, Bupati dan Wakil Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar dan Firdaus.

"Puisi-puisi "Penjual Tiram pun Malu" berhasil melukiskan gambaran kehidupan seorang penjual tiram yang sederhana dan pejabat tertentu yang tak memberi teladan seharusnya," kata Narudin.

Puisi-puisi penjual tiram pun malu digubah oleh L.K. Ara pada bulan suci Puasa tahun 2020, di tengah wabah corona melanda dunia hingga.

"Namun, di tengah wabah corona yang kejam dan jahat, melenakan kepala dan dada umat, penyair L.K. Ara menarik diri untuk merenungkan arti sunyi yang ia tenggang secara kritik sosial bahwa ada orang tak mampu banyak, orang kekurangan, yang hidup sekadarnya, menjemput rezeki halal dari Tuhan dengan berdagang tiram di pinggir jalan atau sebut saja tempat bersahaja," lanjut Narudin.

"Kebersahajaan hidup itu dibandingkan dengan kenaikdarahan pejabat atau pemimpin tertentu ihwal apa pun itu dalam latar Aceh.

Warga Geulanggang Baro dan Guru PAI Bireuen Santuni Anak Yatim, Ini Jumlah Santunan

Mopen L300 Angkut BBM dari Aceh Tamiang ke Aceh Timur, Terbakar dan Sambar Rumah Serta Kios Warga

Plt Gubernur Bersama Pangdam IM dan Kapolda Aceh Dijadwalkan Berkunjung ke Aceh Tamiang Siang Ini

Alhasil, wabah corona menggila, nasib penjual tiram apa adanya, dan perilaku pemimpin yang kurang bersyukur di bulan puasa telah menciptakan kisah mengharukan yang digubah secara lancar, berbait-bait oleh L.K. Ara," Narudin menekankan.

Ia menyebut, puisi-puisi penjual tiram pun malu merupakan puisi-puisi neo-sufistik, yakni puisi-puisi yang simpati terhadap kesederhanaan hidup, bahwa kesalehan individual harus seirama dengan kesalehan sosial.

Beberapa bait puisi sangat rapi tersusun dan mampu menggambarkan batin L.K. Ara secara baik. Narudin memhambil satu contoh bait yang menggetarkan:

Dalam berdoa
Penjual tiram berurai air mata
Semogalah dikabulkan segala pinta
Agar damai penduduk negeri antara//

"Perhatikan kata-kata 'berdoa', 'berurai air mata', 'semogalah dikabulkan', dan 'agar damai," kata Narudin yang juga pengajar di beberapa perguruan tinggi.

Narudin adalah salah seorang kritikus sastra yang menaruh perhatian kepada puisi-puisi LK. Ara. Setidam ada tiga buku LK Ara yang telah dikritisi oleh Narudin, salah satunya buku "Gemercik Air." (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved