Kisah Perbudakan ABK di Kapal, Disiksa hingga Tewas, Mayat Disimpan di Pendingin, Dibuang ke laut

Kisah perbudakan di kapal, ABK berontak dan meloncat dari kapal, penyiksaan hingga tewas berujung mayat disimpan di pendingin di buang ke laut.

Editor: Amirullah
Dokumen Mashuri
ABK Indonesia di Kapal Fu Yuan Yu 1218 berbendera China. Mashuri kedua dari kanan 

Tidak ada biaya apapun yang perlu dikeluarkan bahkan mendapat bayaran dengan dollar Amerika.

Ia pun tertarik, dan mendapatkan kontak pihak MTB.

Ia tiba di Tegal pada 15 Agustus tahun lalu dan tinggal di penampungan para pencari kerja dari seluruh Indonesia yang disediakan MTB.

Di angkatannya terdapat 20 orang.

Setelah beberapa hari dengan berdiam diri, akhirnya ia dan temannya pergi ke Cirebon untuk mengikuti pelatihan dasar keselamatan dan mendapatkan buku pelaut.

Kemudian mereka kembali ke penampungan tersebut, menunggu lebih dari satu bulan, namun tidak ada pelatihan dasar perikanan.

Paris Saint-Germain Inginkan Cristiano Ronaldo untuk Merapat ke Prancis

"Lalu buat paspor dua hari, tes kesehatan dan langsung berangkat ke Singapura. Dari PT aku ada 20 orang, banyak juga dari PT yang lain. Ada ratusan anak yang berangkat ke Singapura," katanya kepada wartawan BBC News Indonesia, Selasa (19/05).

Ia dan empat WNI lainnya menuju laut di kawasan Timur Tengah untuk menangkap ikan pada September 2019.

"Kami kepala dipukul, ditendang, disiksa. Tidur paling mentok Cuma 3-4 jam.

"Teman kami ada yang sakit, dan tidak dirawat tapi masih disuruh kerja akhirnya meninggal. Lalu disimpan di freezer (tempat pendingin ikan) selama satu bulan. Setelah itu dibuang ke tengah laut.

"Katanya pertama dibilang pakai bahasa isyarat mau dibawa ke Singapura tapi ternyata dibuang. Kami lihat pakai mata kepala sendiri. Kami menangis, sujud-sujud jangan dibuang. Tapi kaptennya marah-marah dan tetap membuang teman kami," demikian pengakuan ABK ini.

()

Kondisi tempat tidur ABK Indonesia di Kapal Fu Yuan Yu 1218 berbendera China

'Melompat dari kapal'

Sejak kejadian itu, ia dan ketiga temannya mencoba tetap sehat dan bertahan serta tidak melawan saat "perbudakan" dilakukan.

Sampailah pada hari di mana kapal tiba di sekitar Selat Malaka.

Halaman
1234
Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved