Luar Negeri
Donald Trump Ancam Tindak Keras Cina, Jika Serang Demonstran Hong Kong
Presiden AS, Donald Trump mengeluarkan ancaman terhadap Cina, jika menyerang para demonstran di Hong Kong.
SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON – Presiden AS, Donald Trump mengeluarkan ancaman terhadap Cina, jika menyerang para demonstran di Hong Kong.
“AS akan merespons dengan sangat kuat, jika Beijing memberlakukan kontrol yang lebih ketat terhadap Hong Kong ,” kata Trump.
Hal itu dipicu ketegangan terus meningkat antara kedua negara di tengah-tengah meluasnya penyebaran pandemi virus Corona.
Dilansir AFP, Jumat (22/5/2020), pemerintah Cina telah mengumumkan bahwa undang-undang keamanan nasional untuk Hong Kong akan diusulkan pada sesi parlemen tahunan yang dibuka pada Rabu (20/5/2020).
Cina memberi sinyal terbaru dari rencana Beijing untuk menindak protes pro-demokrasi di wilayah semi-otonomi.
"Jika itu terjadi, kami akan mengatasinya dengan sangat kuat," kata Trump di Gedung Putih pada Kamis (21/5/2020).
Trump telah meningkatkan serangannya terhadap Cina atas pandemi virus Corona dalam beberapa hari terakhir ini.
Tampaknya Trump secara langsung menyalahkan presiden China Xi Jinping atas disinformasi Covid-19 ke seluruh dunia .
Dalam sebuah tembakan langka ke Tiongkok, presiden AS tweeted pada Rabu (20/5/2020) malam:
"Itu semua berasal dari atas, mereka bisa dengan mudah menghentikan wabah, tetapi mereka tidak!" katanya.
Komentar Trump muncul ketika sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 36.000 lebih orang Amerika akan meninggal karena pandemi.
• Donald Trump Tuduh Cina Sebagai Pembunuh Massal, Virus Corona Ancam Penduduk Dunia
• AS Sebut Cina Jadi Musuh Besar, Cina Cap ‘Gila’ Menlu Mike Pompeo
• Raja Salman Hubungi Donald Trump, Ini Isi Pembicaraannya
Jika AS telah memberlakukan langkah-langkah jarak sosial hanya satu minggu lebih awal pada pertengahan Maret 2020.
Menurut perkiraan dari Universitas Columbia di New York, jika AS telah memperkenalkan penguncian dua minggu sebelumnya, pada 1 Maret, sebanyak 54.000 jiwa dapat diselamatkan pada 3 Mei.
Hingga saat ini, lebih dari 93.000 orang Amerika meninggal karena virus, jauh melebihi negara lain.
Juru bicara Gedung Putih Judd Deere, mengeluarkan pernyataan yang bertentangan dengan temuan-temuan Universitas Columbia, dengan mengatakan: